Harapan Baru Pasien Gagal Ginjal di Indonesia Timur
Keberhasilan transplantasi ginjal di RSUP Wahidin Sudirohusodo jadi harapan baru pasien gagal ginjal di kawasan timur.
Keberhasilan operasi transplantasi ginjal pertama di Rumah Sakit Umum Pusat atau RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo, Sulawesi Selatan, jadi harapan baru pasien gagal ginjal di kawasan timur Indonesia. Operasi perdana yang didampingi oleh tim dari RS Dr Cipto Mangunkusumo, Senin (27/11/2023), berjalan lancar.
Pasien pertama transplantasi ginjal rumah sakit ini adalah kakak beradik. Penerima organ adalah Munir (48), sementara pendonornya adalah Irwan (33), adik Munir. Operasi berjalan dengan durasi sekitar 4,5 jam.
Tim transplantasi ginjal RSWS dipimpin oleh Prof Haerani Rasyid. Adapun Ketua Tim Pendamping dari RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) adalah Prof Nur Rasyid. Operasi sudah disiapkan sejak tiga bulan lalu, termasuk pemantauan kondisi pasien resipien dan pendonor.
Haerani menjelaskan, tak sampai satu menit setelah operasi, pasien sudah mengeluarkan urine. Hingga 44 menit pascaoperasi, jumlah urine yang keluar mencapai 400 mililiter. Ini adalah kondisi normal dan dinilai bagus.
”Sebenarnya kami sempat khawatir karena seminggu sebelum operasi keduanya mendapat masalah. Tanpa diketahui penyebabnya, HB (hemoglobin) keduanya turun. Kami tentu panik. Namun, dengan segala perlakuan, kondisi mereka akhirnya membaik dan operasi bisa dilaksanakan hari ini,” kata Haerani di Auditorium Pusat Jantung Terpadu, RSWS, Senin sore, seusai operasi.
Menurut dia, kondisi kedua pasien dalam keadaan stabil. ”Namun, kami terus memantau, terutama hingga tujuh hari pascaoperasi karena yang dikhawatirkan terjadi infeksi. Bahkan, nanti untuk perawatan rumah juga akan kami pantau,” kata Haerani.
Istri Munir, Rahma Junaid (43), adalah orang yang paling lega bercampur haru saat tim dokter menyatakan operasi suaminya berhasil.
Selama hampir sembilan tahun dia mendampingi suaminya yang menderita gagal ginjal. Salama itu pula dia rutin menemani suaminya melakukan hemodialisis atau cuci darah. Karena itu, operasi ini seperti hidup baru bagi dia dan suaminya. Bertahun-tahun keduanya menunggu kesempatan ini.
Baca juga: Transplantasi Ginjal Meningkatkan Kualitas Hidup
Dia mengakui keinginan Irwan mendonorkan ginjal untuk kakaknya sudah muncul sejak lama. Irwan yang tinggal serumah dengan Munir melihat betul bagaimana kondisi kakaknya yang kian hari kian berat akibat gagal ginjal akut.
”Sejak 2019 kami berkeinginan untuk ikut program operasi transplantasi ginjal di Bali. Kami sudah minta surat pengantar ke sana. Kami bahkan sudah berangkat ke Bali,” katanya.
Saat mereka ke Bali, Covid-19 pun merebak. Pihak RS Sanglah di Bali memutuskan menunda operasi tersebut. Mereka akhirnya pulang. Pandemi Covid yang terjadi hingga 2022 membuat operasi tak kunjung dilaksanakan.
”Selama itu tiga kali seminggu suami saya harus cuci darah. Suami saya sudah sempat putus asa dan mengira operasi sudah tidak mungkin dilakukan, tapi akhirnya pihak Rumah Sakit (Dr) Wahidin Sudirohusodo mengatakan mereka siap melakukan operasi. Saat itu suami saya bertanya apakah memungkinkan dioperasi di (RS) Wahidin. Ternyata bisa,” ujarnya.
Baca juga: Transplantasi Ginjal, Terapi Paling Ideal untuk Gagal Ginjal
Sejak saat itu Rahma dan suaminya seolah mendapat titik terang. Keduanya, termasuk adiknya yang akan mendonor, terus mempersiapkan kondisi kesehatan dan mental. Keinginan kuat agar Munir sembuh membuat mereka akhirnya siap menjalani operasi.
Biaya operasi yang mencapai lebih dari Rp 400 juta ditanggung oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Ini juga melegakan bagi keluarga pasien. Terlebih, operasi dilakukan di Makassar. Keluarga tak harus keluar biaya banyak.
Harapan baru
Ketua Tim Pendamping dari RSCM, Prof Nur Rasyid, mengatakan, keberhasilan operasi di rumah sakit ini menjadi harapan baru pasien gagal ginjal di kawasan timur Indonesia.
”Memang, sebaiknya di setiap provinsi setidaknya ada satu rumah sakit yang bisa melakukan operasi transplantasi ginjal. Tetapi, kalau (RS) Wahidin ini kenapa kami sangat mendukung karena kita tahu (Makassar) ini hub-nya Indonesia timur. Banyak penerbangan ke sini, jadi memang pengembangan harus dilakukan di rumah sakit ini,” kata Nur Rasyid.
Dia mengatakan, walau biaya operasi ditanggung BPJS, biayanya akan membengkak bila operasi harus dilakukan di Jakarta atau daerah lain. Biaya perjalanan dan akomodasi keluarga selama operasi menjadi beban. Di Makassar, penerbangan dari sejumlah daerah di kawasan timur Indonesia ada, akan signifikan menekan biaya.
”Pihak BPJS juga jangan melihat biaya operasi ini besar. Karena, jika operasi dilakukan, hasilnya bisa seumur hidup. Namun, jika cuci darah, biayanya yang seumur hidup. Jadi, BPJS tidak rugi. Masyarakat juga perlu diedukasi bahwa transplantasi ginjal adalah pilihan terbaik. Jangan lagi berpikir bahwa setelah operasi ginjal lalu tak bisa bekerja berat lagi,” katanya.
Sejauh ini belum semua provinsi di Indonesia punya rumah sakit yang bisa melakukan operasi transplantasi ginjal.
Menurut Nur Rasyid, sejauh ini belum semua provinsi di Indonesia punya rumah sakit yang bisa melakukan operasi transplantasi ginjal. Saat ini yang ada adalah RSCM di Jakarta. Selain itu, ada pula di Jawa Tengah dan Yogyakarta serta Malang dan Surabaya.
”Surabaya ada, tapi belakangan ini agak lambat. Yang baru mandiri itu ada di Denpasar dan di Padang. Yang sedang berproses ada di Banda Aceh, Medan, dan Palembang. Kalau di Pulau Sulawesi, selain di sini juga ada di Manado yang sedang berproses ada,” katanya.
Untuk menjadi rumah sakit yang bisa mandiri melakukan operasi atau tanpa pendampingan, setidaknya dibutuhkan lima kali operasi. Ini pun dengan interval yang tidak lama, yakni setidaknya 2-3 bulan sekali.
”Karena itu, kami mendorong agar waktu operasi pertama ke operasi berikutnya tidak lama. Kenapa? Karena jika lama, nanti akan seperti baru mengoperasi lagi. Kami harap di (RS) Wahidin, akhir tahun depan atau awal 2025 sudah bisa mandiri,” katanya.
Direktur Utama RSWS Prof Syafri Kamsul Arif mengatakan, pascaoperasi perdana ini, operasi kedua akan dilakukan dua bulan ke depan. Berdasarkan data di RSWS, saat ini ada enam pasien yang sedang antre untuk melakukan operasi transplantasi ginjal.
”Sudah lama sekali kami berkeinginan bisa melaksanakan operasi transplantasi ginjal di rumah sakit ini. Akhirnya, sekarang bisa terlaksana dan berhasil. Tentu kami akan terus berusaha agar bisa melakukan operasi secara mandiri. Tim kami sudah siap dan kami terus berinovasi,” katanya.
Baca juga: Pemberian Penghargaan untuk Donor Transplantasi Organ Dipertimbangkan