Dukungan Publik Krusial dalam Pencapaian Visi Bali Net Zero Emissions 2045
Visi Bali Net Zero Emissions 2045 dapat diakselerasi dan dicapai apabila didukung semua pemangku kepentingan, termasuk masyarakat. Memaksimalkan pemanfaatan energi terbarukan menjadi upaya menuju energi bersih.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·3 menit baca
DENPASAR, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Bali menetapkan visi menuju emisi nol bersih pada 2045 atau Bali Net Zero Emissions 2045. Strategi pencapaian emisi nol bersih di antaranya dengan meningkatkan bauran energi terbarukan. Pencapaian target Bali Net Zero Emissions 2045 memerlukan dukungan dan partisipasi semua pihak, termasuk masyarakat.
Kepala Dinas Ketenagakerjaan dan Energi Sumber Daya Mineral Provinsi Bali Ida Bagus Setiawan mengatakan, Pemprov Bali sudah membuat regulasi dan mengadakan kerja sama dengan beberapa mitra kerja untuk mewujudkan visi Bali Net Zero Emissions 2045. Pencapaian visi emisi nol bersih itu dapat diakselerasi apabila masyarakat juga berperan dan berpartisipasi.
”Pemerintah bergerak sebagai regulator melalui perda dan pergub,” kata Setiawan dalam acara tayang bincang atau gelar wicara bersama Institute for Essential Services Reform (IESR), Sabtu (25/11/2023). Acara bertajuk Sustainable Energy Bali 2023 digelar di Trans Studio Mall Bali, Kota Denpasar.
Visi Bali Net Zero Emissions 2045 merupakan target ambisius Pemprov Bali untuk mencapai emisi karbon nol bersih. Target ini mengacu pada visi pembangunan Nangun Sat Kerthi Loka Bali, yakni transisi energi bersih untuk menuju ekonomi yang berkelanjutan dan rendah emisi.
Sejumlah regulasi yang telah diterbitkan untuk mendukungnya, di antaranya, adalah Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 8 Tahun 2019 tentang Sistem Pertanian Organik, Peraturan Gubernur Bali No 45/2029 tentang Bali Energi Bersih, dan Pergub Bali No 48/2019 tentang Penggunaan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai.
Senada dengan Setiawan, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa menyatakan, masyarakat Bali memiliki kesadaran tentang lingkungan dan keharmonisan alam, salah satunya ditunjukkan melalui pelaksanaan Nyepi. Kesadaran itu menjadi potensi untuk mendukung pencapaian visi Bali Net Zero Emissions 2045. Walakin, kesadaran saja belum cukup karena harus juga diterjemahkan sebagai gaya hidup, yang terstruktur, sistemik, dan masif.
Lebih lanjut, Fabby mengungkapkan, Bali memiliki potensi sumber energi terbarukan yang besar. Namun, pemanfaatan sumber energi terbarukan di Bali masih belum besar. Penyediaan energi listrik di Bali juga masih banyak mengandalkan pasokan energi berbahan fosil meskipun sudah dibangun infrastruktur pembangkit tenaga listrik dengan tenaga surya dan tenaga bayu.
Keberadaan Bali sebagai destinasi dunia, menurut dia, perlu dijaga juga dalam aspek lingkungan. ”Visi (Bali Net Zero Emissions) tidak akan menjadi apa-apa jika hanya sekadar visi. Visi akan dapat berkontribusi bagi pembangunan Bali jika semua pihak pemangku kepentingan dan semua orang bisa terlibat,” kata Fabby.
Pemerintah, swasta, dan masyarakat terus didorong untuk berpartisipasi sesuai kapasitas, misalnya, dengan memasang PLTS atap, menggunakan kendaraan listrik atau mengonversikan ke kendaraan listrik, dan mengolah sampah. ”Bahkan, dengan menghemat energi dan menghemat air, bisa menjadi kontribusi mencapai visi Bali Net Zero Emissions,” ujar Fabby.
Adapun Ketua Center of Excellence Community Based Renewable Energy (Core) Universitas Udayana, Bali, Ida Ayu Dwi Giriantari mengatakan, pencapaian visi Bali Net Zero Emissions 2045 sudah diupayakan dengan membangun infrastruktur energi terbarukan. Pembangunan infrastruktur dan fasilitas pemanfaatan energi terbarukan itu dapat diupayakan secara bertahap dan berkelanjutan.