Kasus Kematian Mahasiswa di Bali Masih Diselidiki Polisi
Kematian seorang mahasiswa asal Sumatera Utara di Bali masih diselidiki Polresta Denpasar dan Polsek Kuta Selatan. Polisi menunggu hasil otopsi jenazah korban sebelum menentukan penyebab meninggalnya korban.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·3 menit baca
DENPASAR, KOMPAS — Kematian Aldi S Nababan (23), seorang mahasiswa kampus perhotelan asal Tapanuli Utara, Sumatera Utara, masih dalam penyelidikan polisi di Bali. Polisi masih menunggu hasil penyidikan medis terhadap jenazah korban.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Kota (Polresta) Denpasar Komisaris Losa Lusiano Araujo mengatakan, otopsi atau penyidikan medis terhadap jenazah korban dilaksanakan di Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat II Medan, Sumatera Utara, karena otopsi di Bali ditolak keluarga korban.
”Alasan keluarga (menolak otopsi di Bali), kami tidak bisa menjelaskan. Akan tetapi, betul dari pihak keluarga korban yang sempat menolak otopsi ketika awalnya kami meminta otopsi,” kata Losa kepada wartawan di Kantor Polresta Denpasar, Kota Denpasar, Jumat (24/11/2023).
Kasus kematian Aldi terungkap pada Sabtu (18/11/2023) setelah polisi dari Polsek Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali, menanggapi laporan pemilik tempat kos yang curiga melihat banyak lalat di sekitar kamar kos korban di kawasan Kelurahan Benoa, Kuta Selatan, Badung.
Polisi mendatangi lokasi kemudian membuka pintu kamar kos korban yang terkunci dari dalam. Polisi menemukan korban sudah meninggal. Berdasarkan laporan polisi, korban ditemukan dalam keadaan tergantung pada tali dengan posisi tubuh bersandar di pintu kamar.
Saat ditemukan, jenazah sudah mengeluarkan darah dari hidung dan kondisi jenazah dalam proses pembengkakan. Korban diketahui bernama Aldi S Nababan yang berstatus mahasiswa di sebuah kampus perhotelan di Kota Denpasar.
Kematian Aldi itu dinilai janggal oleh keluarga korban di Sumatera Utara. Jenazah korban kemudian diotopsi di RS Bhayangkara Tingkat II Medan. Keluarga korban juga mendesak polisi agar mengusut kasus kematian anggota keluarga mereka itu hingga tuntas.
Seperti dikutip dari Kompas.com, kakak korban, Monalisa, mengatakan, informasi kematian adiknya diterima keluarga di Tapanuli Utara dari polisi pukul 09.00 WIB pada hari kejadian. Kemudian Monalisa menerima foto jasad adiknya dengan banyak luka di bagian tubuhnya.
”Kami melihat ada foto dari rumah sakit, ternyata adik saya itu kamarnya penuh dengan darah, kelaminnya rusak. Terus mengeluarkan darah di hidung, mulut, badannya semua memar,” ujar Monalisa.
Sebelum ditemukan tewas, pada Rabu (15/11/2023) korban menghubunginya untuk meminta dikirimkan uang makan.
Terkait penyelidikan kasus kematian korban itu, petugas dari Polresta Denpasar dan Polsek Kuta Selatan, Bali, juga sudah berangkat ke Medan.
Losa berencana mengotopsi jenazah korban setelah penemuan jenazah korban. Otopsi itu diperlukan untuk mengetahui penyebab kematian korban. Dari pemeriksaan awal, menurut Losa, tidak ditemukan bekas kekerasan pada korban.
Akan tetapi, rencana otopsi di Bali saat itu tidak diizinkan keluarga korban. ”Penolakan disampaikan orangtua korban, dalam hal ini ayah korban,” ujar Losa di Polresta Denpasar, Jumat (24/11/2023).
Polisi juga meminta keterangan dari sejumlah orang terkait penyelidikan terhadap penemuan jenazah korban itu. Losa menyatakan, enam orang sudah diperiksa dan dimintai keterangan perihal kasus itu.
Losa tidak menjelaskan siapa saja keenam orang yang sudah diperiksa sebagai saksi dengan alasan keterangan saksi-saksi itu juga sedang didalami. Losa menambahkan, pihaknya berencana meminta keterangan dari keluarga korban.