Bayi Perempuan Ditemukan di Trotoar Tepi Jalan Raya di Magelang
Seorang bayi ditemukan di trotoar tepi jalan raya di Kota Magelang, Jawa Tengah, Selasa (21/11/2023). Diduga karena lama di jalan dan kedinginan, bibir bayi itu terlihat membiru.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·4 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Seorang bayi perempuan ditemukan di trotoar di depan toko roti di Jalan A Yani, Kelurahan Kedungsari, Kecamatan Magelang Utara, Kota Magelang, Jawa Tengah, Selasa (21/11/2023) pagi. Bayi tersebut diperkirakan masih berusia sekitar satu hari.
Bayi ditemukan tergeletak begitu saja, tanpa beralas apa-apa. Dia juga hanya memakai baju berlengan pendek, tanpa ada selimut yang menutupi badannya.
Kepala Kepolisian Resor Magelang Kota Ajun Komisaris Besar Yolanda E Sebayang mengatakan, bayi tersebut terlihat seperti baru saja dilahirkan.
”Ketika pertama kali dipegang saat ditemukan, di ubun-ubun kepala bayi masih terdapat cairan lengket. Seperti dia belum tuntas dibersihkan,” ujarnya saat ditemui, Selasa siang.
Bayi tersebut memiliki berat 2,54 kilogram dengan panjang badan sekitar 47 sentimeter. Saat ditemukan, bibir bayi terlihat membiru.
Yolanda menuturkan, ada indikasi bayi sengaja dibuang dan polisi saat ini masih melakukan penyelidikan untuk mengungkap pelakunya. Dari hasil pantauan kamera CCTV di sekitar lokasi, Senin sekitar pukul 21.30, sebuah mobil terlihat berhenti sesaat di depan toko roti di Jalan A Yani. Mobil tersebut sebelumnya diketahui datang dari arah utara, kemudian meluncur masuk ke pusat Kota Magelang.
Ini adalah kasus kedua bayi ditemukan di Kota Magelang. Sebelumnya, seorang bayi laki-laki diletakkan ibu kandungnya di teras rumah warga di Kampung Polosari, Kelurahan Kedungsari, Kecamatan Magelang Utara, Kota Magelang, Kamis (12/10/2023).
Sekalipun mobil terlihat berhenti, pantauan kamera CCTV tidak mampu menunjukkan secara jelas aktivitas penumpang yang turun dari mobil. Selain karena letak kamera CCTV yang terlalu jauh, hal ini terjadi karena lampu mobil terus dinyalakan dan menyilaukan pemandangan di sekitarnya.
”Untuk mendapatkan hasil pengamatan yang lebih jelas, saat ini kami masih menunggu penyelidikan dan kesimpulan dari pantauan seluruh kamera CCTV di jalan,” katanya.
Bayi ini ditemukan oleh Ahmad Taufik (30), karyawan toko roti, yang waktu itu akan masuk toko untuk bekerja, Selasa sekitar pukul 04.30. Ketika itulah, dia mendengar tangisan bayi.
”Awalnya, saya mendengar suara jeritan yang semula saya kira suara kucing berkelahi,” ucapnya.
Setelah mengecek dan mengetahui keberadaan bayi, dia pun segera melaporkannya ke kantor polisi terdekat.
Saat dia kembali, lokasi temuan bayi sudah ramai dikerumuni orang. Salah seorang ibu warga sekitar kemudian berinisiatif mengambil selimut dari rumah, menyelimuti bayi itu, dan menggendongnya.
Bayi tersebut kemudian dibawa ke RSU Budi Rahayu, Kota Magelang. Saat dibawa ke rumah sakit, bayi diketahui dalam kondisi demam ringan.
Arifah Mabruroh Prilia, dokter jaga di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSU Budi Rahayu, mengatakan, bayi tersebut sudah ditangani dan dirawat sesuai rekomendasi penanganan dari dokter spesialis anak.
Semula bayi tersebut memang mengalami demam ringan, tetapi kini kondisinya sudah membaik. Bibir yang membiru, menurut dia, diduga karena bayi tersebut kedinginan di jalan.
Kasus kedua
Ini adalah kasus kedua bayi ditemukan di Kota Magelang. Sebelumnya, seorang bayi laki-laki diletakkan ibu kandungnya di teras rumah warga di Kampung Polosari, Kelurahan Kedungsari, Kecamatan Magelang Utara, Kota Magelang, Kamis (12/10/2023). Hal itu dilakukannya karena sang ibu merasa tidak mampu secara ekonomi untuk memiliki dan merawat anak lagi. Bayi itu anak ketiga dari ibu tersebut.
Dosen Fakultas Psikologi dan Humaniora Universitas Muhammadiyah Magelang, Aning Azzahra, mengatakan, upaya meletakkan bayi di area ramai, di tempat yang pasti dikunjungi orang atau bahkan banyak orang, menandakan bahwa pelaku pembuang bayi sebenarnya masih memiliki rasa sayang terhadap bayi. Namun, orangtua si bayi merasa kurang siap atau tidak mampu untuk merawatnya.
”Dengan latar belakang rasa sayang dan ketidakmampuan diri tersebut, maka, dengan meletakkannya di area ramai, dia memiliki harapan besar agar bayi tersebut tetap hidup dan dirawat dengan baik oleh orang lain yang lebih siap,” ujarnya.
Ketidakmampuan dan ketidaksiapan merawat tersebut bisa dipicu oleh berbagai faktor. Selain karena ketidakmampuan ekonomi, upaya membuang bayi juga bisa dipicu oleh kondisi psikologis dari orangtua bayi akibat pernikahan dini atau ketidaksiapan ibu karena dirinya hamil di luar nikah.
”Tidak semua perempuan yang hamil di luar nikah merasa benci dan ingin membunuh bayinya. Setelah melahirkan, ada saat-saat sebagian perempuan tetap merasa sayang pada anaknya,” katanya.
Dengan mempertimbangkan kondisi tersebut, maka setiap orang diharapkan mempersiapkan diri dengan baik sebelum memiliki anak. Orangtua diharapkan juga memberikan pendidikan seks kepada putra-putrinya sehingga mereka bisa menjaga perilaku dan terhindar dari risiko hamil di luar nikah.