Percepat Layanan, Badan Karantina Luncurkan Enam Aplikasi Digital
Meningkatnya aktivitas perdagangan komoditas pertanian dan perikanan membutuhkan layanan yang semakin cepat. Badan Karantina Indonesia luncurkan enam aplikasi digital untuk tingkatkan pelayanan.
Oleh
VINA OKTAVIA
·3 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Badan Karantina Indonesia meluncurkan enam aplikasi layanan inovasi untuk mempercepat layanan karantina. Uji coba aplikasi tersebut dilakukan menuju sistem terpadu.
Enam aplikasi tersebut ialah Sistem Laboratorium Terintegrasi Karantina Indonesia (Silasik), Quarantine-Sistem Informasi Perkarantinaan Indonesia Terintegrasi (Q-Ipas), dan Sistem Manajemen Pelatihan Karantina (Simpatik). Selain itu, ada aplikasi Sistem Pengawasan dan Pengendalian Cites Karantina Indonesia (Specia), Sistem Ketertelusuran Karantina Terintegrasi (Sikatrin), dan Strategi Peningkatan Pelayanan Karantina terhadap Ekspor Pertanian dalam Mendukung Strategi Nasional Pencegahan Korupsi (Stranas PK). Keenam aplikasi itu dibuat oleh pejabat internal Badan Karantina Indonesia.
”Masing-masing aplikasi ini berbeda-beda peruntukkannya. Tapi, nanti akan ada satu aplikasi untuk masuk ke muara sistem aplikasi Badan Karantina nasional yang akan mempermudah penggunaan layanan,” kata Sahat M Panggabean, Kepala Badan Karantina Indonesia, dalam peluncuran aplikasi di Bandar Lampung, Kamis (9/11/2023).
Ia mengatakan, perdagangan komoditas pertanian dan perikanan semakin meningkat. Karena itulah, dibutuhkan sistem layanan digital yang dapat mempercepat layanan dan mempermudah masyarakat.
Menurut dia, keenam aplikasi itu masih dalam tahap uji coba untuk memastikan efektivitas dan keamanan sistem. Selanjutnya, aplikasi tersebut akan disosialisasikan kepada semua para pegawai Badan Karantina. Ia menargetkan, aplikasi akan diperkenalkan kepada publik tahun depan.
”Untuk saat ini yang terpenting adalah idenya mempermudah layanan kita karena untuk mengimplementasikannya harus ada sosialisasi hingga harus melihat lagi tingkat keamanannya,” kata Sahat.
Menurut dia, inovasi tersebut menunjukkan semangat inovasi para pegawai Badan Karantina Pertanian. Ia mendorong agar lebih banyak lagi pegawai yang menciptakan inovasi untuk mempercepat layanan pada masyarakat. Karya inovasi tersebut dibutuhkan untuk meningkatkan daya saing global.
Sebaran penyakit
Selain peluncuran aplikasi, Sahat mengatakan, saat ini pihaknya tengah fokus mengkaji daerah sebaran hama dan penyakit hewan karantina di wilayah Sumatera. Di Lampung, pegawai Badan Karantina Indonesia di wilayah Sumatera berkumpul untuk melaporkan kajian terkait sebaran hama dan penyakit hewan karantina di daerahnya masing-masing.
Selanjutnya, hasil kajian tersebut akan dihimpun dalam sistem laporan terpadu dari seluruh wilayah Indonesia. Hasil kajian tersebut akan dijadikan acuan untuk mengambil kebijakan penanganan penyebaran hama dan penyakit hewan karantina di masa yang akan datang.
Kepala Pusat Karantina Hewan Keamanan Hayati Hewani Wisnu Wasesa menuturkan, Sumatera merupakan pulau yang berbatasan dengan sejumlah negara di Asia, seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand. Kondisi geografis ini membuat penyebaran hama dan penyakit hewan karantina rentan masuk ke wilayah Sumatera.
Sejumlah penyakit hewan yang menjadi wabah beberapa tahun terakhir adalah penyakit mulut dan kuku dan lumpy skin disease yang menyerang sapi. Selain itu, ada juga wabah virus african swine fever yang menyerang babi. Dari hasil kajian, wabah tersebut menyebar di sebagian besar wilayah Sumatera.
Ia menyebut, saat ini pihaknya tengah melakukan investigasi bersama karantina dari Australia untuk memperkuat biosekuriti. Penelitian ini diharapkan dapat memperkuat sistem karantina untuk mencegah penularan penyakit pada hewan.