Tengkes tidak hanya dipicu masalah ekonomi. Pola asuh menitipkan anak kepada orang lain juga berkontribusi memicu asupan rendah nutrisi bagi tumbuh kembang anak.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·4 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Pola pengasuhan anak turut memicu terjadinya kasus tengkes di Kota Magelang, Jawa Tengah. Tengkes banyak ditemukan pada anak-anak yang dititipkan orangtua kepada orang lain, seperti pengasuh dan pengurus rumah tangga.
Ketua Kelompok Kerja Tim Penggerak (TP) Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Kota Magelang Hastuti mengatakan, ketika anak dititipkan kepada orang lain, sumber tumbuh kembang anak dalam makanan cenderung kurang diperhatikan.
”Mereka, orang-orang yang dititipi mengasuh anak, biasanya memberikan asupan makan asal-asalan dan sembarangan,” ujarnya saat pemantauan status gizi di Puskesmas Magelang Tengah, Kota Magelang, Rabu (25/10/2023).
Kebutuhan anak akan nutrisi jadi kurang diperhatikan. Pengasuh lebih mengutamakan asupan makanan yang membuat anak tenang, tidak rewel, dan tidak merepotkan. Sering kali didapati anak berperilaku susah makan atau menolak lewat gerakan tutup mulut (GTM). Ada juga anak yang cenderung pilih-pilih makanan.
Makanan yang diberikan sebatas makanan yang mengenyangkan, namun nutrisi yang terkandung tentu saja jauh dari kebutuhan.
Pengasuh yang kurang sabar dan telaten akan mengatasi kondisi tersebut dengan cara termudah. Anak hanya diberi makanan yang disukai, seperti cqmilan instan, roti, dan kue. ”Makanan yang diberikan sebatas makanan yang mengenyangkan, namun nutrisi yang terkandung tentu saja jauh dari kebutuhan,” ujarnya.
Dengan kondisi tersebut, kasus tengkes di Kota Magelang masih saja ditemukan. Untuk mengatasinya, TP PKK Kota Magelang meluncurkan program Ceting Emas, yang merupakan singkatan dari Cegah Stunting Emak-emak Magelang Sehat, tahun ini. Semua organisasi, dinas, instansi, dan perorangan di Kota Magelang digerakkan mengumpulkan donasi untuk pemberian makanan tambahan (PMT) tinggi protein hewani bagi anak berusia di bawah dua tahun (baduta) atau di bawah lima tahun (balita).
Dimulai Mei 2023, program pemberian PMT dari program Ceting Emas sudah dilakukan kepada 24 baduta di Kecamatan Magelang Utara dan 40 anak di Kecamatan Magelang Selatan. PMT diberikan selama 90 hari, dengan alokasi dana yang diberikan untuk PMT Rp 20.000 per anak.
Dana Kemanusiaan Kompas
Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas (YDKK) juga berupaya membantu penuntasan tengkes dengan fokus pada pemberian PMT bagi anak-anak di Kecamatan Magelang Tengah. ”Bukan sekadar masalah individu, masalah tengkes adalah persoalan yang harus menjadi bahan pemikiran bersama, termasuk kami dari YDKK,” ujar Ketua YDKK Gesit Ariyanto saat ditemui dalam kesempatan terpisah, beberapa waktu lalu.
Program bantuan dengan intervensi gizi berupa PMT dari YDKK ini akan diberikan dalam dua tahap. Pada tahap pertama, YDKK akan memberikan bantuan PMT bagi 28 anak baduta berisiko tengkes di Kecamatan Magelang Tengah selama 15 September hingga 15 November 2023. Evaluasi keberhasilan program akan dilakukan setiap bulan.
Pada tahap kedua, YDKK akan menyalurkan bantuan dana untuk 200 anak balita gizi buruk, gizi kurang, serta ibu hamil kurang energi kronis (KEK) di seluruh Kota Magelang. Penyaluran dana untuk PMT ini mulai 15 Desember 2023 hingga 15 Maret 2024.
Total dana yang akan disalurkan untuk PMT mencapai Rp 513 juta. Dana tersebut berasal dari para pembaca harian Kompas/Kompas.id, yang semuanya dikelola oleh YDKK.
Ketua TP PKK Kecamatan Magelang Tengah Prihatin Setyawati mengatakan, penanganan tengkes difokuskan pada baduta karena usia tersebut adalah masa awal pertumbuhan sehingga diharapkan bisa dilakukan upaya pencegahan tengkes sedari dini. Namun, sebagian baduta juga tidak lolos sehingga tetap dinyatakan mengalami tengkes saat sudah memasuki usia balita.
Kepala Puskesmas Kecamatan Magelang Tengah dr Siwi Rochmaningsih mengatakan, bukan sekadar karena masalah pola asuh dan asupan makanan, tengkes juga bisa terjadi karena anak tersebut memiliki penyakit bawaan tertentu.
Oleh karena itu, rata-rata orangtua yang anaknya mengalami tengkes disarankan membawa anaknya menjalani perawatan lanjutan dan melakukan konsultasi dengan dokter spesialis anak. Namun, hal itu biasanya juga tidak bisa langsung dilakukan orangtua karena mereka tidak menjadi peserta BPJS Kesehatan.
Pihaknya juga beberapa kali tidak bisa membantu karena mereka tidak tertib administrasi. ”Ada orangtua yang belum memiliki kartu keluarga, ada anaknya yang lahir belum dimasukkan ke dalam kartu keluarga,” ujarnya. Dalam beberapa kasus, ada pula anak yang terlahir dari pasangan nikah siri dan hubungan di luar nikah.