Mekar Ekonomi dalam Bugar Jasmani
Kegiatan lari dalam pariwisata olahraga bukan sekadar untuk kebugaran jasmani, melainkan juga mendorong kemekaran ekonomi warga.
Saat pelari mengejar garis akhir, di waktu bersamaan, roda ekonomi berputar, termasuk di Surabaya, Jawa Timur. Beribu-ribu peserta tak cuma menikmati lari, tetapi juga mencicipi kuliner, berwisata, dan tenggelam dalam suasana sehingga seolah tamasya di metropolitan. Dalam kegiatan lari, bugar jasmani untuk peserta bersanding dengan mekar ekonomi untuk masyarakat pendukung.
Harum dan sedap aroma rempah menyebar di halaman Balai Kota Surabaya, Minggu (8/10/2023) dini hari. Berjam-jam sebelum serbuan 2.000 orang peserta RunHub datang, kalangan ibu, bapak, dan pemuda-pemudi dalam barisan tenda sibuk meracik makanan-minuman dan mengemas nasi.
Lomba lari 5K (5.000 meter) dan 10K (10.000 meter) dimulai pukul 05.30. Dengan batas waktu satu jam, semua peserta 5K harus mencapai garis akhir. Untuk 10K, batas waktu dua jam atau 120 menit. Di dekat garis akhir, barisan tenda makanan-minuman menyambut para pelari yang sukses menyelesaikan lomba.
Seusai menuntaskan misi berlari, para penyelesai (finisher) itu disambut dengan semangkuk Soto Ponorogo Pak Tukiman. Soto bening dengan nasi, daging ayam suwir, sohun atau bihun, kecambah, dan keripik kentang renyah yang pas untuk sarapan.
Ada juga menu tahu campur khas Lamongan. Dalam mangkuk ada mi kuning dan selada, irisan tahu goreng, perkedel, dan kecambah yang disiram kuah gulai dengan irisan daging, kikil, dan tetelan sapi. Sebagai penyempurna rasa ditambahkan bumbu petis, sambal, dan bawang goreng.
Juga ada nasi Madura, nasi pulen hangat berlauk cumi bumbu hitam, babat, paru, daging ayam suwir, dan sambal khas yang sudah pasti nampol dan nendang karena lezatnya kelewatan.
Kuliner suroboyoan dan jawa timuran itu dihadirkan di RunHub untuk dikenalkan dan diharapkan disukai peserta event dari luar Jatim. Kehadiran makanan-minuman khas menjadi bagian tak terpisahkan dari event lari. Di Surabaya, sepanjang 2023 diadakan 20 acara lari yang tentu menjual kekhasan. Di mana ada event, di sana ekonomi bergerak dan menciprat, termasuk bagi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) milik rakyat.
Baca : Seporsi Dua Kuliner Legenda Surabaya
Bangkitkan cuan
Titik Lestari (36), peracik soto Ponorogo, mengatakan, setiap ada acara atau pameran, Pemerintah Kota Surabaya mengajak pengelola UMKM terlibat, tetapi harus melalui seleksi. Yang lolos dapat berjualan di tenda-tenda yang telah disediakan. Mereka adalah ”lulusan” kursus kuliner tentang resep, penataan, penyajian, dan manajemen dari pemerintah. Keamanan makanan dan minuman terjamin.
Hal senada diutarakan Ny Fajar, pengelola UKM Fajar Cantian, yang menyediakan menu nasi Madura. Ia senang terlibat di RunHub karena bisa mengenalkan kuliner khas itu kepada peserta, terutama yang belum pernah ke Jatim dan atau Madura.
Ny Fajar senang melihat pembeli menyantap habis nasi Madura. Artinya, mereka pembeli baru yang akan menjadi pelanggan. ”Biasanya lebih dikenal kuliner Madura itu bebek, tapi ada juga pilihan lain, nasi Madura, misalnya, yang menawarkan beraneka lauk sesuai selera,” katanya.
Baca juga : UMKM Surabaya Berdaya Tanpa Melulu Bicara Biaya
Sekretaris Kota Surabaya Ikhsan mengatakan, pemerintah selalu mendukung beragam acara, termasuk olahraga, karena membawa dampak bergulir yang positif, terutama dalam aspek ekonomi. Untuk lari, bukan sekadar UMKM yang terdampak positif. Perhotelan, biro perjalanan, dan pengelola obyek wisata juga turut menikmati manfaat.
”Misalnya, ada 500 peserta dari luar Surabaya. Mereka biasanya datang bersama keluarga atau teman. Di sini, mereka tentu memerlukan tempat menginap, kuliner, dan wisata,” ujar Ikhsan, yang juga mantan Kepala Dinas Pendidikan Surabaya.
Untuk itu, pemerintah memberi dukungan dengan menawarkan keterlibatan UMKM makanan-minuman yang telah dipilih untuk memeriahkan sekaligus menyosialisasikan kekayaan pangan di Surabaya.
Pernyataan Ikhsan diamini oleh General Manager Hotel Kampi Surabaya Zainuddin Moechlis. Kehidupan sosial ekonomi telah pulih sejak 2022 setelah dua tahun sebelumnya dihajar pandemi Covid-19. Event olahraga, wisata, dan lainnya di Surabaya meningkatkan keterisian. Rerata keterisian harian Hotel Kampi adalah 85 persen, sedangkan di akhir pekan sering kali penuh.
Untuk itu, menurut Dinda, tim marketing Hotel 88 Embong Malang, event olahraga serupa perlu terus bergulir. Okupansi penginapan akan terdongkrak sehingga pengelola perhotelan dapat tersenyum kembali karena mandi cuan.
Kekuatan
Event di Surabaya turut menggerakkan bisnis transportasi dari dan ke ibu kota Jatim tersebut. Sebagian dari 2.000 peserta RunHub, misalnya, datang dari provinsi selain Jatim di Pulau Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali, dan Nusa Tenggara. Peserta dari luar pulau tentu harus menggunakan moda udara atau laut untuk menjangkau Surabaya.
Itulah mengapa, Lion Air Group, perusahaan transportasi multinasional, turut andil dan terlibat sebagai pendukung di RunHub. Menurut Daniel Putut Kuncoro Adi selaku Presiden Direktur Lion Air Group, Surabaya amat strategis sebagai hub atau penghubung dengan Indonesia tengah dan timur. Metropolitan berpopulasi 3 juta jiwa ini menjadi tujuan berbisnis dan berwisata.
Lion Group menjaring pasar wisata olahraga itu dengan melebarkan sayap ke bisnis travel lewat aplikasi Bookcabin. ”Singa Udara” ini ingin melayani pelanggan loyal dan calon pelanggan dengan total. ”Jadi, sekali pesan tiket pesawat, juga bisa pesan hotel dalam satu aplikasi,” kata Daniel.
Corporate Communications Lion Air Group Danang Mandala Prihantoro menambahkan, kegiatan lari RunHub pada Oktober bagi perusahaan dapat mendongkrak masa sepi atau low season. ”Jadi, di masa sepi ini, tiket penerbangan lebih terjangkau dan bisa dimanfaatkan untuk menjelajah Surabaya dengan ikut lari, ke tempat-tempat bersejarah, menjajal kuliner lokal, dan mengenal budaya,” ujarnya.
Baca juga : Menapaki Pemulihan Bisnis Penerbangan Indonesia 2022
Event lari juga mendorong produksi dan kehidupan UMKM kelengkapan olahraga, terutama busana. Setiap acara sudah pasti mengeluarkan produk terbatas berupa jersei (kaus). Produksi disesuaikan dengan jumlah peserta dan panitia serta pendukung acara.
Saya yakin bahwa acara olahraga bukan sekadar menyehatkan para pesertanya, melainkan turut menyehatkan ekonomi warga melalui pemberdayaan usaha mereka.
Satu acara mengeluarkan 500-10.000 kaus, bahkan lebih, bergantung skala kegiatannya. Jika sehelai kaus kualitas premium seharga Rp 100.000, perputarannya saja Rp 50 juta-Rp 1 miliar per acara. Padahal, dalam setahun ini ada 19 event lari di Surabaya.
Itu pun belum termasuk pembelian kaus, celana, sepatu, kaus kaki, dan kelengkapan lari yang biasanya dibeli oleh para pelari untuk memaksimalkan diri saat event. Toko, gerai, dan griya besar produk olahraga untuk lari, misalnya di Jalan Praban, hingga di pusat belanja, bahkan pasar, tidak sepi peminat.
Baca juga : Menyambut Pelari, Menyambut Investasi
Menurut data Badan Pusat Statistik, kekuatan ekonomi Surabaya, selain yang terdepan di Jatim, juga terkemuka setelah Jakarta dalam skala metropolitan. Kekuatan itu diukur berdasarkan produk domestik regional bruto 2022 atas dasar harga berlaku mencapai Rp 655,6 triliun.
Penyediaan akomodasi dan makan-minum di urutan ketiga terbesar senilai Rp 102,2 triliun, sedangkan jasa kesehatan dan kegiatan sosial senilai Rp 5,5 triliun.
Dari data itu, terbayang kekuatan simpul ekonomi yang bisa digerakkan oleh beragam acara, termasuk olahraga lari. Tidak berlebihan jika Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi berharap agar beragam event bisa dihadirkan dan didukung oleh aparatur karena memang dapat memberi tarikan atau dampak ekonomi yang positif.
”Saya yakin bahwa acara olahraga bukan sekadar menyehatkan para pesertanya, melainkan turut menyehatkan ekonomi warga melalui pemberdayaan usaha mereka,” kata Eri.
Mungkin ini ikhtiar jika ada ungkapan bugar jasmani mekar ekonomi.