Penerapan Merdeka Belajar di PT NTT Berpotensi Menciptakan Lapangan Kerja Mandiri
Program Merdeka Belajar yang digagas pemerintah bisa memberi peluang kepada para lulusan sarjana untuk membuka usaha sendiri.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·4 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Penerapan program Merdeka Belajar Kampus secara massif dan tepat di semua perguruan tinggi di Nusa Tenggara Timur bisa berpotensi mengurai angka pengangguran lulusan sarjana selama ini. Melalui Merdeka Belajar, perguruan tinggi bisa memberi peluang kepada mahasiswa untuk mengembangkan minat dan bakat di masyarakat. Mahasiswa pun bisa membuka peluang kerja mandiri.
Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang Damianus Adar seusai membuka workshop peningkatan kompetensi kerja mahasiswa dan lulusan Undana di Kupang, Senin (16/10/2023), mengatakan, dari sisi pengetahuan, para lulusan sarjana cukup menguasai bidangnya. Sistem pendidikan Undana 70 persen teori dan 30 persen praktik.
Namun, dengan adanya program Merdeka Belajar Kampus (MBK), mahasiswa diberi peluang memiliki keterampilan khusus sesuai dengan minat dan bakat. Tidak hanya bidang ilmu yang ditekuni, tetapi keterampilan apa saja. Ini membuka peluang bagi para lulusan sarjana memiliki pekerjaan setelah lulus, sekaligus mengurai lulusan sarjana.
MBK ini dimulai tahun 2021, tetapi sampai hari ini pun belum semua perguruan tinggi di NTT menerapkan secara sempurna program ini. Para lulusan PT masih mengharapkan pekerjaan di kantor pemerintah atau BUMN dan BUMD.
Program MBK, menurut Damianus, sangat mudah diterapkan. Program ini berlangsung enam bulan, tetapi bisa diperpanjang 12 bulan oleh mahasiswa bersangkutan. Tergantung dari mahasiswa itu. Terpenting, mahasiswa memiliki keterampilan yang ditekuni itu sebagai peluang kerja setelah lulus dan tidak harus menunggu panggilan dari kantor pemerintah atau perusahaan.
Keberhasilan MBK dinilai sangat tergantung dari mahasiswa bersangkutan. PT hanya menyiapkan program, peluang, serta sarana dan prasarana di kampus. ”Misalnya, dia Fakultas Kedokteran, tetapi tertarik menjadi peternak atau membuka restoran dengan menu makan lokal,” kata Damianus.
Sekarang, kalau mau lamar kerja, orang tidak tanya kamu lulusan apa dan indeks prestasimu berapa. Tetapi, kamu bisa kerja apa dan mana bukti untuk itu.
Pilihan pekerjaan anak-anak ini pun perlu didukung keluarga. Masih banyak orangtua yang ingin agar anaknya lulus sarjana itu bekerja di kantor pemerintah.
Program MBK juga memberi peluang kepada lulusan, memilih bekerja apa saja di bidang yang disukai. Apalagi sajian dunia digital saat ini, semua dapat dipelajari dengan mudah. Platform media digital menyediakan berbagai jenis keterampilan yang telah diemban orang-orang sukses dan sejumlah peluang kerja lain. Silakan memilih.
”Sekarang, kalau mau lamar kerja, orang tidak tanya kamu lulusan apa dan indeks prestasimu berapa. Tetapi, kamu bisa kerja apa dan mana bukti untuk itu. Merdeka Belajar tadi yang menjawab. Karena, dia punya sertifikat kompetensi atau sertifikat profesi. Jadi, tidak mengandalkan ijazah sarjana saja,” kata Damianus.
Kepala UPT Lembaga Sertifikasi Profesi Universitas PGRI Semarang, Jawa Tengah, Perdana Afif Lutfi saat berbicara soal kompetensi dan profesi dalam workshop itu mengatakan, sertifikasi kompetensi dan sertifikasi profesi menjadi modal utama mencari kerja saat ini, di samping ijazah. Setiap lulusan PT diharuskan memiliki tiga sertifikat ini.
Kompetensi ini masih ada kaitan dengan keterpautan dan kesesuaian yang digagas mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI tahun 1993-1998, Prof Wardiman Djojonegoro. Pemahaman ini digagas 25-30 tahun silam, tetapi saat ini baru diangkat sebagai salah satu program unggulan pendidikan menyambut kemajuan revoluasi industri 4.0.
Ia mengatakan, di tengah revolusi industri saat ini, ada sejumlah pekerjaan yang akan hilang dan muncul pekerjaan baru. Pekerjaan yang bakal hilang, antara lain, ialah entri data, sekretaris administrasi, auditor, akuntan, pekerjaan perakitan, dan pabrikan.
Adapun jenis pekerjaan yang akan bertahan, antara lain, ialah manajer proyek, CO, manajer pemasaran, pengacara, editor, penulis, ilmuwan, hingga pengembang software.
Pimpinan Lembaga Pelatihan Eklesia Komputer Kupang, Trisulis Lestari, mengatakan, siapa yang menguasai teknologi, ia memiliki peluang bersaing di dunia bisnis. Segala sesuatu bertransformasi di dalam dunia digital. Lulusan perguruan tinggi, suka tidak suka, harus menguasai teknologi informasi yang tengah berkembang pesat saat ini.
Dosen Sosiologi Undana Kupang, Lasarus Jehamat, mengatakan, jika tidak menguasai dunia digital saat ini, lulusan perguruan tinggi akan ketinggalan di semua bidang. Bahkan, mereka sulit bersaing mendapatkan kerja atau menciptakan lapangan kerja sendiri.
”Terjadi kesenjangan sosial yang semakin jauh di tengah kehadiran kecanggihan teknologi dan derasnya arus informasi yang kian masif. Masyarakat yang tidak belajar, termasuk generasi muda saat ini, bakal ketinggalan jauh. Teknologi informasi itu jendela melihat dunia yang lebih luas, tidak sekedar berbisnis,” katanya.