Kerja Sama Indonesia dan Jerman Dorong Bauran Energi di Kota Denpasar
Kementerian PPN/Bappenas bersama mitranya dari Jerman, GIZ, meluncurkan program SEERI untuk mendukung penggunaan energi baru terbarukan menggunakan kecerdasan artifisial. Kota Denpasar di Bali menjadi lokasi pendahuluan.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·4 menit baca
DENPASAR, KOMPAS — Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional bekerja sama dengan Deutsche Gesellschaft fur Internationale Zusammenarbeit (GIZ) dari Pemerintah Jerman mendorong penggunaan energi baru terbarukan di Indonesia. Hal ini dilakukan melalui program Solar Energy Estimator for Rooftop in Indonesia (SEERI).
SEERI merupakan sebuah landasan (platform) berbasis web, yang bertujuan meningkatkan kesadaran dan pemakaian energi terbarukan, khususnya bagi para pemangku kepentingan dan pengambil kebijakan. Dalam proyek SEERI, sumber energi terbarukan melalui penggunaan pembangkit listrik tenaga surya atap (PLTS atap) dengan teknologi fotovoltaik.
Dengan SEERI dapat dipetakan potensi, dampak ekonomi, dan dampak lingkungan serta estimasi kebutuhan investasi penggunaan PLTS atap dalam area tertentu.
Kota Denpasar di Bali dipilih sebagai lokasi proyek pendahuluan (pilot project) SEERI karena termasuk jajaran kota cerdas (smart city) nasional. ”Kota Denpasar dipilih karena menjadi ibu kota provinsi sehingga pemerintah lain bisa belajar dari pengalaman Denpasar dan dapat diaplikasikan ke daerah lain,” kata Koordinator Ekosistem dan Pemanfaatan Teknologi Informatika dan Komunikasi di Direktorat Ketenagalistrikan, Telekomunikasi, dan Informatika Kementerian PPN/Bappenas Andianto Haryoko dalam konferensi pers, Rabu (4/10/2023).
Selain Andianto, konferensi pers tentang peluncuran SEERI itu juga dihadiri Kepala Dinas Ketenagakerjaan dan Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Bali Ida Bagus Setiawan dan Head of Digital Transformation Center (DTC) Indonesia dari GIZ Indonesia Daniel Schroeder.
Andianto menerangkan, Pemerintah Provinsi Bali juga dinilai sudah memiliki kebijakan regulasi, yang mendukung program pemanfaatan energi baru terbarukan dan ambisi Indonesia mencapai emisi nol bersih (net zero emission).
Lebih lanjut, menurut Andianto, Pemprov Bali didukung Kementerian PPN/Bappenas juga sudah menetapkan arah transformasi ekonomi Bali melalui Ekonomi Kerthi Bali, yang di dalam upaya transformasi ekonomi Bali itu juga mengakomodasi penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi digital.
Ida Bagus Setiawan mengatakan, kebijakan dan regulasi Pemprov Bali, yang mendukung komitmen penggunaan energi bersih, di antaranya, dituangkan dalam Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 9 Tahun 2020 tentang Rencana Umum Energi Daerah Provinsi Bali Tahun 2020-2025.
Selain itu, komitmen Bali juga dituangkan dalam sejumlah peraturan gubernur, antara lain Pergub Bali Nomor 45 Tahun 2019 tentang Bali Energi Bersih dan Pergub Bali Nomor 48 Tahun 2019 tentang Penggunaan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai.
Setiawan menjelaskan, pemilihan Kota Denpasar sebagai lokasi proyek pendahuluan diharapkan mampu menjadi tolok ukur bagi daerah lain dalam mengelola transisi energi bersih melalui kemitraan dan kerja sama.
Menurut dia, pemerintah di daerah tidak akan mampu mengerjakan program tersebut sendirian sehingga memerlukan dukungan dan bantuan dari pemerintah pusat dan mitra kerja sama lainnya.
Lebih lanjut Setiawan mengungkapkan, bahan bakar pembangkit listrik untuk memenuhi kebutuhan listrik di Bali masih didominasi bahan bakar minyak dan batubara, yakni sekitar 85 persen. Adapun sisanya, yakni 15 persen, memanfaatkan bahan bakar gas dan energi baru terbarukan (EBT). Di sisi lain, Bali dinilai memiliki potensi pemanfaatan energi baru terbarukan yang tidak kecil.
Setiawan menyebutkan, pemanfaatan EBT melalui PLTS atap juga dapat menghemat konsumsi BBM sekaligus mengurangi emisi karbon serta meminimalkan dampak terhadap alam dan lingkungan.
”Tugas kami adalah menyiapkan sumber daya manusia agar bisa berperan sebagai subyek sehingga daerah dapat berperan dan ada peluang lapangan kerja di sektor energi,” kata Setiawan.
Adapun berkaitan dengan pengurangan emisi karbon dan pencapaian target ambisius Bali Emisi Nol Bersih 2045, sebuah program kampanye kolaboratif untuk mendorong dekarbonisasi ekonomi, yakni KemBali Becik, beberapa waktu lalu merilis hasil survei emisi gas rumah kaca dari sektor pariwisata di Bali.
Survei yang dijalankan KemBali Becik pada Juli 2023 dengan menjaring 1.011 wisatawan dan 325 unit bisnis sebagai responden mengindikasikan emisi gas rumah kaca (GRK) yang dihasilkan dari aktivitas wisata di Bali mencapai 0,02479 ton ekuivalen karbon dioksida (CO2) per orang per hari.
Jumlah emisi dari aktivitas wisata itu dinyatakan setara dengan 3.016 unit ponsel cerdas (smartphone), yang terisi daya. Dari survei KemBali Becik itu tecermin aktivitas wisata berkontribusi signifikan terhadap emisi GRK Bali.
Program ini tidak hanya memasang PLTS atap, tetapi juga menyiapkan peralatan dan sistem untuk meningkatkan pemanfaatan energi surya dalam bauran energi.
Dalam konferensi pers tentang peluncuran SEERI di Kota Denpasar, Rabu (4/10/2023), Head of DTC Indonesia Daniel Schroeder mengatakan, DTC Indonesia di GIZ fokus pada transisi energi dengan mendorong energi baru terbarukan melalui penggunaan teknologi digital.
Schroeder menerangkan, kegiatan SEERI mendukung upaya Indonesia menuju target ambisius mencapai bauran energi sebesar 23 persen pada 2025. SEERI akan memanfaatkan citra satelit sebagai sumber data serta menggunakan kecerdasan artifisial (AI) untuk memperkirakan dan menganalisis potensi PLTS atap fotovoltaik.
”Program (SEERI) ini tidak hanya memasang PLTS atap, tetapi juga menyiapkan peralatan dan sistem untuk meningkatkan pemanfaatan energi surya dalam bauran energi,” kata Schroeder.