Warga Palangkaraya Lagi-lagi Hadapi Kabut Asap dan ISPA
Kualitas udara di Kota Palangkaraya terus memburuk seiring meluasnya kebakaran gambut. Ancaman ISPA pun membayangi kehidupan warga.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Masyarakat bagai tak punya pilihan menghadapi kabut asap yang kian menebal di Kota Palangkaraya. Kualitas udara yang terus memburuk memicu kerentanan lebih besar bagi kesehatan masyarakat.
Kualitas udara terus memburuk sepanjang Selasa (26/9/2023). ISPUNet milik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengukur indeks particulate matter 2,5 sebelumnya mencapai 126 pukul 07.00 WIB, menjadi 133 pukul 11.00. Indeks PM naik lagi menjadi 143 pukul 17.00.
Indeks PM 2,5 di atas 100 menandakan kualitas udara tidak sehat. Bersifat merugikan kesehatan manusia, bahkan hewan dan tumbuhan.
Tak jauh beda dengan hasil pengukuran aplikasi IQAir, indeks PM 2,5 mencapai 160 pada pukul 07.00 WIB atau sangat tidak sehat. Angka itu meningkat pukul 17.00 menjadi 165.
Udara di Kota Cantik itu tak lagi segar. Bau serasah terbakar menyengat masuk hingga ke dalam rumah penduduk. Jarak pandang mata pun kian pendek pada pagi hari hanya 800-900 meter. Pada siang hingga sore hari, udara menguning dengan bau masih menyengat.
Sumarni (27), warga Palangkaraya, tak punya pilihan untuk menghadapi situasi itu. Ia sebelumnya membeli mesin filter udara dengan harga Rp 500.000 agar tetap bisa menikmati udara sehat di dalam rumah. Penyaring udara dibelinya pada 2019 lalu, tetapi kini tidak bisa berfungsi maksimal. Akhirnya, ia gunakan plastik tebal untuk menutup ventilasi udara.
”Saya harus siap-siap begini karena punya riwayat pneumonia, jadi udara harus sehat. Untung masih ada pohon di sekitar rumah jadi masih jauh lebih baik,” kata Sumarni.
Hal serupa dilakukan Gideon (47) yang punya riwayat infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) sejak Palangkaraya diselimuti asap pada Juni lalu. Seminggu sekali ia terpaksa belanjakan Rp 75.000 untuk menggunakan nebulizer. Ia bahkan menyiapkan tabung oksigen kecil atau oxycan dengan harga Rp 47.000 per tabung.
”Kalau nebulizer itu rutin saya lakukan kalau sudah mulai batuk. Kalau sudah batuk itu sembuhnya lama,” ungkap Gideon.
ISPA menjadi ancaman di tengah kabut asap yang menyelimuti sejumlah daerah di Kalimantan Tengah. Data Dinas Kesehatan Kalteng, terdapat 7.871 kasus ISPA pada Juni. Kemudian meningkat pada Juli menjadi 10.181 kasus.
Data Dinas Kesehatan Kota Palangkaraya menunjukkan, kasus ISPA pada Juli 2023 mencapai 629 kasus. Meningkat jadi 901 kasus pada Agustus 2023.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Palangkaraya Achmad Zaini menjelaskan, kondisi kualitas udara memang sudah tidak sehat berdasarkan data ISPU. Hal itu disebabkan kejadian kebakaran hutan dan lahan di wilayah Kota Palangkaraya dan luar kota.
Pihaknya mengimbau masyarakat agar membatasi aktivitas di luar rumah apabila tidak ada yang mendesak. Warga juga diminta menggunakan masker jika keluar rumah. ”Kami juga tak henti-hentinya mengingatkan masyarakat agar tidak membakar lahan dan membantu petugas di lapangan memadamkan api selagi masih kecil,” kata Zaini.
Kenaikan kasus ISPA itu terjadi seiring dengan intensitas kejadian kebakaran yang terus meningkat. Di Kota Palangkaraya, BPBD menangani setidaknya enam kebakaran sekaligus pada Senin (25/9/2023). Pemadamannya ditangani mulai dari pagi hingga malam hari.
Pada Selasa api makin meluas. BPBD menangani setidaknya sembilan kejadian kebakaran hingga di perbatasan Kota Palangkaraya dan Kabupaten Pulang Pisau. Ada juga di perbatasan Kabupaten Katingan dan Gunung Mas.
Kompas tiba di lokasi kebakaran lahan Jalan Karya Hapakat sekitar 16 kilometer dari pusat Kota Palangkaraya, pada Selasa sore. Namun, belum ada petugas datang. Sejumlah orang menggunakan slang tanaman untuk coba padamkan api yang terus membesar. Lima menit kemudian petugas pemadam baru datang.
Hingga pukul 18.00, petugas masih berjibaku memadamkan api. Salah satu petugas lapangan, Yogi, mengaku mulai kewalahan menangani api. Ia bahkan belum pulang ke rumah sejak pagi karena tak henti menjinakkan api dari satu tempat ke tempat lain. ”Tapi, ya, kami berusaha sebaik mungkin untuk padamkan api,” katanya.