Web3, Masa Depan yang Sudah di Depan Mata
Web3 sudah di depan mata. Ia hadir dari hal yang kecil, mulai gim, karya seni, hingga sistem keuangan dunia. Dengan munculnya Web3, ditambah lagi dengan kecerdasan buatan, wajah dunia tak lagi sama.

Tangkapan layar tampilan Metaverse Batik Lasem saat diskusi Metaverse Ruang Virtual Masa Depan Pelestarian Batik Lasem melalui daring, Jakarta, Minggu (18/12/2022).
Pernah menjelajah metaverse, mengoleksi NFT, atau sekadar bermain Roblox? Jika iya, selamat datang di Web3, teknologi web generasi ketiga atau terbaru dari kehidupan berbasis digital.
Web3 inilah yang digadang-gadang bisa mengubah wajah dunia, tetapi membuat ketar-ketir perusahaan telekomunikasi di seluruh dunia karena perubahan teknologinya yang sangat cepat.
Web3 adalah teknologi web generasi ketiga atau terbaru dari kehidupan berbasis digital. Web3 bertujuan untuk menciptakan internet yang lebih terdesentralisasi, aman, dan transparan, bahkan menyenangkan. Web3 berbasis rantai blok (blockchain) yang dapat memberikan pengalaman pengguna yang lebih baik melalui interaksi peer-to-peer.
Sebagai gambaran, pada awal Web1 kita hanya melihat dan menonton media online. Pada masa Web2 kita bisa berinteraksi; menulis, membaca, atau mengisi konten di sosial media, seperti Instagram, Twitter, Facebook atau Tiktok.
Kini, di Web3 kita bisa menulis, membaca bahkan memilikinya, contohnya adalah non-fungible token (NFT) dan metaverse. Di Web3 perusahaan yang berfungsi sebagai pengontrol seperti di masa Web1 dan Web2 tidak akan ada. Teknologi ini mendukung pembayaran mata uang kripto, di antaranya Bitcoin dan Ethereum, serta mempertahankan privasi data secara terenkripsi.
Baca Juga: Web3 Sebagai Platform Koperasi Digital
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F11%2F03%2F3a5839a0-6a6d-4cd7-9ac5-1fb4d45fb9f8_jpg.jpg)
Sertifikat keaslian karya seni berjudul Pesan dari Laut” dari seniman Catur Nugroho dapat ditelusuri di lokapasar non-fungible token OpenSea, Kamis (3/11/2022). Karya seni ini adalah bagian dari Rekam Masa, pameran seni terintegrasi blockchain yang diselenggarakan oleh Artopologi. Pameran berlangsung selama 28 Oktober-6 November 2022.
Dalam Bali Annual Telkom Indonesia Conference (BATIC) 2023 di Bali, 4-8 September lalu, 300-an perusahaan yang bergerak di bidang telekomunikasi, data, digital, serta regulator membicarakan khusus Web3. Mereka melihat kecerdasan buatan (AI) dan Web3 ini sangat berpotensi, tetapi juga bisa menimbulkan disrupsi bagi dunia telekomunikasi.
Direktur Bisnis Digital Telkom Indonesia Muhammad Fajrin Rasyid menganggap Web3 sebagai sebuah peluang. Isu keamanan siber, misalnya, bisa diatasi dengan sistem rantai blok. Dalam rantai blok, seorang hacker atau pencuri data harus melumpuhkan setengah lebih atau 50 persen lebih rantai blok untuk menembus data.
Ini berbeda dengan web sebelumnya yang cukup menyerang satu bagian yang lemah saja dari sebuah sistem sentral. Isu ini menjadi penting di tengah maraknya serangan siber saat ini.
Web3 juga memunculkan zero knowlegde proof, sebuah sistem yang bisa memverifikasi sesuatu tanpa mengungkap konten informasi itu. ”Kita kadang menunjukkan KTP untuk membuktikan bahwa kita berumur 21 tahun lebih. Dengan teknologi ini bisa langsung terverifikasi bahwa kita berumur 21 tahun ke atas tanpa memperlihatkan data lain, seperti tempat atau tanggal lahir yang tertera dalam KTP. Ini jauh lebih aman,” tutur Fajrin.

Foto diambil 4 Agustus 2020. Seorang anggota dari grup Red Hacker Alliance yang menolak memberikan nama aslinya menggunakan komputer di kantor mereka di Dongguan, Provinsi Guangdong, China.
Di bidang finansial, teknologi di Web3 juga membuat ongkos transaksi lebih rendah karena tak membutuhkan pihak yang harus mengotorisasi transaksi. Otorisasi transaksi dilakukan oleh rantai blok itu sendiri.
”Saat ini, jika kita mengirim uang dari satu bank ke bank yang lain, ada tambahan biaya untuk membayar perantara antarbank. Di sistem Web3 itu biaya tak akan ada karena otorisasi dilakukan oleh rantai blok,” kata Fajrin.
Dengan teknologi ini bisa langsung terverifikasi bahwa kita berumur 21 tahun ke atas tanpa memperlihatkan data lain, seperti tempat atau tanggal lahir yang tertera dalam KTP.
Web3 juga akan berpadu dengan AI. Microsoft kini mengenalkan Co-pilot, AI yang bisa dipakai oleh berbagai profesi untuk menganalisis banyak data dengan cepat dan akurat. Jika dikerjakan manusia, pekerjaan menganalisis data ini bisa memakan waktu berhari-hari. Namun, Co-pilot bisa membuat analisis data hanya dalam hitungan detik.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2020%2F04%2F14%2Fb1c42c9b-dc7f-430b-8d69-51cab7030c07_jpg.jpg)
Rektor ITS Mochamad Ashari berinteraksi dengan Robot Medical Assistant ITS-UNAIR (RAISA) yang baru dibuat oleh Tim Robot Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, Jawa Timur, Selasa (14/4/2020). Robot yang dikendalikan dengan alat kontrol jarak jauh dan didukung kecerdasan buatan tersebut dibuat untuk membantu melayani pasien Covid-19.
Kompas mencoba layanan AI yang paling simpel dari Microsoft yakni WPS AI untuk membuat tulisan kreatif tentang Web3. Dengan perintah spesifik, WPS AI bisa menyajikan tulisan menarik mengenai Web3 dan kelengkapannya dalam hitungan detik. Namun, untuk membuat tulisan itu lebih hidup masih perlu sentuhan manusia.
Manprit Singh Chief AI Strategist dari Microsoft mengatakan, Co-pilot ini berfungsi memudahkan dan bukan untuk mengganti manusia sepenuhnya. Co-pilot bisa membantu seorang ahli, seperti dokter spesialis, misalnya, untuk menganalisis banyak data pasien dalam waktu singkat.
Co-pilot juga bisa digunakan untuk menganalisis bisnis hingga kondisi ekonomi dalam hitungan detik. ”Ini membantu manusia untuk mengerjakan pekerjaan yang berulang. Dengan demikian, waktu luang kita makin banyak,” katanya.
Investasi tanpa akhir
Telkom Indonesia sudah menjajaki teknologi Web3. Salah satu bentuknya adalah loyalti point exchange yang melibatkan Telkomsel, Garuda Indonesia, dan Bank Mandiri. Dalam loyalti poin itu, nasabah atau pengguna bisa menukarkan poin dari ketiga perusahaan tersebut sesuai kebutuhan tanpa platform perantara. Selain itu, ada juga Metanesia, yakni dunia metaverse yang dikembangkan Telkom Indonesia.
Namun, menurut Fajrin, investasi dalam Web3 tidaklah murah, sedangkan potensinya belum benar-benar tergali. Efisiensi biaya karena ketiadaan otoritas sentral, misalnya, masih belum bisa sepenuhnya terealisasi. Apalagi, kini gaung dari metaverse tak seramai dulu.

Keraguan yang sama dirasakan pimpinan perusahaan telekomunikasi. CEO Voice and Mobile Data iBasis Edwin van Lerland mengakui ongkos yang harus dikeluarkan akan sangat tinggi jika berinvestasi pada Web3 dan AI.
Perusahaan telekomunikasi yang berpusat di Belanda itu mengakui AI penting karena bisa membuat segala sesuatu lebih efisien. Namun, sampai saat ini, ia belum menemukan produk kecerdasan buatan yang tepat untuk perusahaannya.
Menurut Van Lerland, butuh biaya besar untuk menemukan produk AI yang cocok dengan perusahaannya. ”Berapa jumlah investasinya? Saya belum bisa membayangkan,” katanya.
Meski demikian, perusahaannya suatu saat bakal menggunakan AI. Untuk itu, ia memilih bekerja sama dengan perusahaan lain yang benar-benar ahli di bidang AI agar lebih efisien dan efektif.
Baca Juga: Perusahaan Telekomunikasi Masih Berhati-hati Berinvestasi di Web3

Muhammad Buldansyah, Direktur and Chief Business Officer Indosat Ooredoo Hutchison, juga ketar-ketir dengan perubahan teknologi yang sedemikian cepat ini.
Awalnya Indosat mengembangkan mahadata, kemudian memperluas fiber optic, tetapi ternyata tak cukup. Saat ini Indosat harus menyesuaikan arsitektur telekomunikasi agar tetap sesuai dengan perkembangan terkini. ”Dan ini tidak murah,” katanya.
Paul Gampe Chief Tecnology Officer dari Console Connect dan PCCW Global, sebuah perusahaan service provider dunia, mengatakan, pihaknya masih harus berhati-hati untuk mengivestasikan ratusan juta dollar AS di Web3. Namun, ia tak memungkiri bahwa nanti perusahaannya juga akan fokus ke Web3 karena mau tak mau dunia akan bergerak ke sana.
Melissa Kurtcan, pendiri dan CEO Satoshi Twenty One Web3 Hub Bali, mengatakan, Web3 bisa menjadi disrupsi bagi perusahaan yang tak siap. Oleh karena itu, ia sepakat dengan istilah gotong royong yang dikenalkan Telkom Indonesia di ajang BATIC 2023.
Baca Juga: BATIC Membawa Bisnis Telekomunikasi Indonesia Mendunia
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F09%2F06%2Fa32139a6-9ce1-4f10-bbcc-520c691baa95_jpg.jpg)
Suasana konferensi hari pertama BATIC 2023 di Nusa Dua, Badung, Rabu (6/9/2023).
Gotong royong atau kolaborasi bisa jadi solusi. Istilahnya, menurut Kurtcan, setiap perusahaan bisa bekerja sama dengan perusahaan lain untuk saling mengisi dan melengkapi kebutuhan masing-masing dan tak lagi bersaing.
Senior Managing Director Delta Partner (sebuah perusahaan yang bergerak di bidang konsultan telekomunikasi, media, dan teknologi dari Amerika Serikat) Vincent Stevens menyatakan, Web3 terus berkembang. Saat ini mungkin gaungnya tak seramai dulu, tetapi dari data yang ia peroleh, Web3 terus tumbuh.
Kripto sebagai mata uang digital, misalnya, tercatat dimiliki oleh 354 juta orang pada Agustus 2022. Data terakhir pada Juni 2023 kepemilikannya sudah mencapai 516 juta orang.
Roblox dan Fortnite, permainan yang populer di kalangan anak-anak, bahkan lebih masif. Kini, Roblox punya 3 juta lebih pengembang, 15 miliar waktu keterkaitan dengan pengguna dan 66 juta pengguna aktif.
Adapun Fortnite yang juga permainan dalam jaringan sudah dimainkan oleh 500 juta akun. Sebanyak 239 juta orang bermain gim ini setiap bulan, bahkan sebanyak 15 juta orang bisa memainkan permainan ini dalam sehari.
Mark Zukerberg, pernah menyatakan bahwa ia melalui perusahaannya, Meta, akan merealisasikan teknologi AI dalam jangka pendek dan menginvestasikan banyak hal di metaverse dalam jangka panjang.
Baca Juga: Indonesia Manfaatkan Peluang Dunia Digital
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2017%2F05%2F02%2Fcb366058-044b-482d-9da2-622185a5561c_jpg.jpg)
Pengunjung mencoba fitur gear virtual reality saat peluncuran seri telepon pintar Samsung Galaxy S8 dan S8+ untuk pasar Indonesia di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Pernyataan itu turut mendorong investasi teknologi pendukung Web3. Bisnis augmented reality dan virtual reality yang pada 2020 baru mencapai 5 miliar dollar AS, pada 2023 telah menjadi 12 miliar dollar AS. Diprediksi, pada 2027 mencapai 24 miliar dollar AS.
Kenaikan jumlah pengguna dan investasi Web3 juga diiringi dengan kenaikan penciptaan dan pengguna kecerdasan buatan. ChatGPT, misalnya, hanya butuh 2 bulan untuk bisa mendapatkan 200 juta pengguna aktif, padahal baru diluncurkan pada 2023.
Perkembangan itu menunjukkan bahwa saat ini kita sudah kian dekat dengan masa depan. Dalam Batic 2023, para pemimpin perusahaan optimistis telekomunikasi dan digital optimistis bahwa masa depan itu bisa dikejar dengan cara berjalan bersama-sama.
Pada akhirnya kita akan sampai pada satu masa ketika tak perlu lagi ada KTP elektronik untuk membuktikan identitas diri. Teknologi seperti zero knowledge proof akan menggantikannya. AI pun akan mempermudah pekerjaan itu. Kecuali ekosistem sekitar memilih untuk tak memakai teknologi itu dan mempertahankan cara yang lama, yakni menunjukkan KTP elektronik, bahkan memfotokopinya.

Warga mengambil KTP elektronik di Kelurahan Grogol Utara, Jakarta Selatan, Rabu (8/7/2020).