Pencatatan dan pendokumentasian pemikiran dan karya para maestro seni dan budaya sangat penting dilakukan. Kegiatan pencatatan tersebut membutuhkan inisiatif publik.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
BANTUL, KOMPAS — Pemerintah menunggu inisiatif publik untuk melakukan pencatatan pemikiran serta pendokumentasian karya-karya dari para maestro seni dan budaya dari berbagai penjuru Tanah Air. Akses dan kesempatan untuk melakukan pencatatan juga dibuka luas, untuk selanjutnya semua data akan ditampung dalam pusat data pokok kebudayaan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.
Alex Sihar, Staf Khusus untuk Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek, menyatakan, keterlibatan masyarakat menjadi komponen penting dalam proses pendokumentasian karya dan pemikiran para maestro.
”Pencatatan terkait seni dan budaya ini harus melibatkan publik. Sebab, selama ini laku budaya yang dilakukan oleh para maestro tersebut, biasa berlangsung, bersentuhan dengan masyarakat,” ujarnya saat ditemui di sela-sela acara diskusi yang digelar di Padepokan Seni Bagong Kussudiardja di Kasihan, Kabupaten Bantul, DIY, Senin (18/9/2023).
Dengan mempertimbangkan hal tersebut, pemerintah akan menjalankan tugas sebagai fasilitator pencatatan saja.
Akses pencatatan dan pendokumentasian pemikiran dan karya para maestro dibuka sejak tahun 2020. Selama berjalan hampir tiga tahun, ada lebih dari 120 orang yang berinisiatif untuk melakukan pencatatan.
Alex mengatakan, upaya pendokumentasian bisa dilakukan dalam beragam bentuk, antara lain berupa film, video, foto atau buku. Setiap kegiatan pencatatan tersebut akan didanai oleh pemerintah dengan menggunakan dana abadi kebudayaan. Besaran dana yang diterima setiap inisiator bervariasi, tergantung pada bentuk dokumentasi yang akan dibuat.
Pencatatan atau pendokumentasian pemikiran tersebut, menurut dia, sangat penting dilakukan untuk membuat kumpulan materi yang nantinya bisa menjadi bahan kajian bagi siapa saja yang ingin belajar lebih dalam tentang kebudayaan.
Mempertimbangkan nilai penting pemikiran yang bisa menjadi bahan pembelajaran tersebut, Alex mengatakan, pihaknya juga akan segera bekerja sama dengan para seniman, dan sejumlah pihak terkait, untuk membuat skema atau metode khusus tentang bagaimana mengumpulkan pengetahuan, pemikiran dari para tokoh seni dan budaya di masa lalu.
”Kami akan membuat skema khusus, bagaimana mengumpulkan pengetahuan yang tercecer dari para maestro tersebut,” ujarnya.
Senada, tokoh seniman Butet Kartaredjasa mengatakan, pencatatan atau pengarsipan, dalam bidang seni dan budaya, sangatlah penting dilakukan.
Dia mencontohkan pengalamannya, yakni semangat berkeseniannya tumbuh, terdorong dari kekuatan arsip-arsip tentang ayahnya, Bagong Kussudiardja, yang dibacanya sejak SD.
”Setelah membaca semua arsip itulah, saya kemudian terdorong untuk menempuh pendidikan di sekolah seni, bermain teater, melukis, dan terus berkesenian apa saja hingga sekarang,” ujarnya.
Para seniman, terutama mereka yang berkesenian secara individual, menurut dia, juga diharapkan sadar untuk melakukan dokumentasi atas kiprah masing-masing. ”Setidaknya, salah satu bentuk dokumentasi yang bisa dengan mudah dilakukan adalah memotret setiap karya dengan telepon selular,” ujarnya.
Butet mengatakan, pihaknya saat ini terus aktif mendokumentasikan semua kiprah seninya. Hal ini dilakukan agar generasi penerusnya dan semua orang di berbagai daerah bisa belajar dari semua kegiatan kesenian yang telah dilakukannya.