Kemarau panjang membuat puluhan hektar lahan persawahan di Lampung mengalami kekeringan. Pemerintah Provinsi Lampung mengupayakan penyedotan air dari sungai dan irigasi tanah untuk mencegah gagal panen.
Oleh
VINA OKTAVIA
·3 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Kemarau panjang membuat puluhan hektar lahan persawahan di Lampung mengalami kekeringan. Pemerintah Provinsi Lampung mengupayakan penyedotan air dari sungai dan irigasi tanah untuk mencegah gagal panen.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan, dan Hortikultura Lampung Bani Ispriyanto mengatakan, berdasarkan laporan yang diterima hingga Senin (4/9/2023), area persawahan di Lampung yang terdampak kekeringan seluas 93 hektar. Sawah yang mengalami kekeringan itu tersebar di empat kabupaten, yakni Kabupaten Tulang Bawang, Lampung Utara, Pringsewu, dan Tanggamus.
Menurut dia, saat ini pihaknya mengupayakan penyedotan air dari sungai dan irigasi tanah untuk mencegah gagal panen. Berdasarkan perhitungan, ada lebih 1.000 ton gabah yang berpotensi hilang jika lahan yang kering tersebut puso.
”Kami sudah salurkan pompa air ke 15 kabupaten dan kota di Lampung untuk mengambil air dari sungai. Saat ini, kondisi air masih aman, hanya perlu diatur penggunaannya,” kata Bani di Bandar Lampung, Selasa (5/9/2023).
Lampung menjadi salah satu daerah yang diupayakan bisa melakukan gerakan percepatan tanam untuk mencegah dampak El Nino. Program percepatan tanam yang dimulai pada Agustus 2023 itu menargetkan 36.000 hektar sawah di Lampung bisa ditanami padi. Area persawahan yang telah ditanami padi diharapkan bisa dipanen pada Desember 2023 sehingga bisa mengamankan pasokan beras.
Sementara itu, berdasarkan pantauan di sejumlah toko beras di Lampung, harga beras mengalami kenaikan hingga mencapai Rp 15.000 per kilogram. Sejumlah pedagang beras mengatakan, kenaikan harga dipicu peningkatan permintaan beras dari masyarakat, sementara pasokan dari penggilingan mulai menipis.
Sanimah (53), pedagang beras di Kecamatan Natar, Lampung Selatan, menuturkan, stok beras di tokonya hanya tersisa 1,5 kuintal. Sementara pasokan beras dari penggilingan padi di sekitar Kecamatan Natar saat ini juga mulai seret. Harga beras pun semakin naik.
Saat ini, kondisi air masih aman, hanya perlu diatur penggunaannya.
”Harga terbaru sudah Rp 11.700–Rp 12.000 per kilogram dari penggilingan padi. Stoknya juga terbatas. Hari ini, saya hanya dapat kiriman 1 kuintal,” katanya.
Menyikapi kenaikan harga beras itu, Pelaksana Tugas Kepala Perum Bulog Kanwil Lampung Nurman Susilo mengatakan, stok beras di gudang Bulog Lampung siap didistribusikan untuk mencegah lonjakan harga jual beras di pasaran. Selain itu, pihaknya juga segera menyalurkan bantuan sosial beras untuk masyarakat.
”Penyaluran bantuan beras itu rencananya dilakukan pada Oktober 2023, tapi dimajukan menjadi pekan kedua atau pekan ketiga September 2023. Stoknya sudah kami siapkan sebanyak 24.900 ton untuk tiga bulan ke depan,” katanya.
Selain itu, Bulog Lampung juga bekerja sama dengan toko-toko menjual beras murah kepada masyarakat. Saat ini, pihaknya sudah menyalurkan beras ke 79 pasar di Lampung. Setiap bulan, stok yang dikeluarkan sebanyak 2.000-2.200 ton.