Rekreasi dan Nostalgia dengan Mabar Layang-layang di Banyumas
Angin kencang saat musim kemarau ini disambut warga berbagai desa di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, dengan bermain layang-layang. Selain untuk rekreasi, main layang-layang juga menghadirkan nostalgia.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
Beragam jenis layang-layang mengudara di atas lapangan Desa Karangmangu, Kecamatan Baturraden, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Minggu (3/9/2023) sore. Ada layang-layang berbentuk burung, ikan pari, dan kerangka tubuh manusia.
Puluhan warga antusias memainkan layang-layang tersebut. Mereka sigap menggenggam, menarik, dan mengulur senar untuk mengendalikan layang-layang yang sedang menari-nari di langit sore.
Selama sekitar sebulan terakhir, aktivitas mabar alias main bareng layang-layang memang sedang marak di sejumlah desa di Banyumas. ”Musim layang-layang” itu terjadi seiring kondisi angin yang cukup kencang pada musim kemarau ini sehingga cocok untuk menerbangkan layang-layang.
Di Desa Karangmangu yang berlokasi di lereng Gunung Slamet, aktivitas mabar layang-layang tak hanya diikuti anak-anak dan remaja. Warga berusia dewasa pun turut hadir ke lapangan untuk beradu memainkan layang-layang.
Sebagian warga bahkan mengajak istri dan anaknya sehingga kegiatan mabar layang-layang itu menjadi kesempatan rekreasi bersama keluarga. Aktivitas itu juga menghadirkan momen nostalgia bagi mereka yang dulu gemar main-layang-layang saat kecil.
”Ini mengenang masa kecil. Dulu saya main layangan di sawah sebelah sana,” kata Tarsito (49), warga Desa Karangmangu, yang datang ke lapangan desa bersama anak dan istrinya untuk main layang-layang.
Dengan membawa kursi lipat, Tarsito duduk manis sambil sesekali bercengkerama dengan anaknya, Kevin (12), yang asyik bermain layang-layang. ”Tadi layangannya beli. Harganya Rp 28.000 dan talinya Rp 7.500,” katanya.
Selain rekreasi dan nostalgia, Tarsito menyebut, aktivitas mabar itu juga bisa mempererat silaturahmi antarwarga. Sebab, dalam kegiatan tersebut, masyarakat bisa bertemu dan ngobrol satu sama lain tentang berbagai hal.
Warga lainnya, Eka Suwitno (37), juga tampak asyik menerbangkan layang-layang bersama kedua anaknya, Risky (11) dan Aishan (5). ”Ini layangannya bikin sendiri, modal plastik saja Rp 3.000 dan senar Rp 5.000,” tuturnya sambil menunjuk layang-layang berbentuk burung.
Menurut Eka, sejak angin mulai berembus kencang selama musim kemarau ini, hampir setiap sore anaknya bermain layang-layang. ”Setiap hari main layangan. Ini tadi sudah datang ke sini sejak pukul 14.00,” kata Eka yang berulang kali membujuk anaknya untuk pulang karena jarum jam sudah menunjukkan pukul 16.30.
Selain Tarsito dan Eka, ada pula Pepi (27), warga Kelurahan Bancarkembar, Kecamatan Purwokerto Utara, Banyumas, yang ikut main layang-layang bersama istri dan dua anaknya.
”Tadinya mau jalan-jalan ke kawasan wisata Baturraden, tapi setelah lihat ada banyak layangan di lapangan ini, kami belok ke sini dan ikut main,” ujar Pepi.
Selain sebagai permainan, layang-layang ternyata juga bisa menjadi sarana pendidikan. Hal itu terungkap dalam penelitian Iwan Kuswidi dan kawan-kawan dari Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta.
Laporan penelitian berjudul ”Eksplorasi Etnomatematika pada Permainan Tradisional Layangan (Pemahaman Materi Bangun Datar Layang-layang dan Pengembangan Karakter)” itu diterbitkan di Jurnal Pengembangan Pembelajaran Matematika pada 2021.
Selama sekitar sebulan terakhir, aktivitas mabar alias main bareng layang-layang memang sedang marak di sejumlah desa di Banyumas.
Dalam tulisan itu disebut, permainan layang-layang bisa menjadi sarana pembelajaran matematika karena di kerangka layang-layang terkandung konsep dasar matematika, misalnya garis, panjang, diagonal, titik sudut, dan sudut. Oleh karena itu, anak-anak bisa diajak menghitung keliling dan luas layang-layang.
Bermain layang-layang juga bisa menjadi medium pendidikan karakter, misalnya pengembangan semangat kerja sama. Hal ini karena untuk memainkan layang-layang diperlukan kerja sama dua orang. Satu orang bertugas menarik senar dan satu lainnya memegang layang-layang.
Permainan layang-layang juga mengajarkan nilai pantang menyerah karena biasanya butuh proses berulang kali untuk menerbangkan layang-layang. Jadi, yuk main layang-layang!