Sebanyak 910 Titik Panas Terpantau di Papua Selatan
Musim hujan di wilayah Papua Selatan baru akan terjadi pada Oktober mendatang, sedangkan fenomena El Nino diperkirakan terjadi hingga Januari 2024.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Terdapat 910 titik panas di wilayah Provinsi Papua Selatan pada Minggu (3/9/2023). Hal ini dipicu fenomena El Nino atau meningkatnya suhu permukaan laut dan musim kemarau berkepanjangan.
Kepala Stasiun Meteorologi Mopah, Merauke, Gatot Rudiantoro saat dihubungi dari Jayapura, Papua, mengatakan, temuan 910 titik panas tersebar di tiga kabupaten, yakni Merauke, Mappi dan Asmat. Temuan ini berdasarkan hasil pengamatan sensor VIIRS dan MODIS pada satelit polar hingga Minggu pukul 01.00 WIT. Sebelumnya hanya terpantau 90 titik panas pada Agustus lalu di Papua Selatan.
Gatot memaparkan, suhu udara di Merauke kini mencapai 30 derajat celsius pada siang hari dan 20 derajat celsius pada malam hari. Merauke dan sekitarnya juga tidak lagi turun hujan selama 30 hari terakhir.
Dari 910 titik panas itu, jumlah terbanyak ada di Merauke dengan jumlah titik panas mencapai 781 titik. Selain itu, Mappi 120 titik dan Asmat 9 titik. Sebanyak 68 titik dengan tingkat kepercayaan tinggi, 802 titik dengan tingkat kepercayaan sedang, dan 40 titik dengan tingkat kepercayaan rendah.
”Sebanyak 68 titik yang dipastikan terjadi kebakaran lahan karena berdasarkan tingkat kepercayaan tinggi. Titik panas akan terus meningkat apabila terjadi musim kemarau berkepanjangan dan fenomena El Nino moderat,” papar Gatot.
Pihaknya memprakirakan musim hujan di wilayah Papua Selatan baru akan terjadi pada Oktober mendatang, sedangkan fenomena El Nino diperkirakan terjadi hingga Januari 2024. Berdasarkan pantauan, lanjut Gatot, kualitas udara di Merauke masih baik dengan visibilitas di atas 10 kilometer.
Merauke memang merupakan daerah rawan kebakaran lahan karena mayoritas lahannya merupakan padang sabana. Dari catatan Kompas dan data BMKG, sepanjang 2015-2018 terdapat 500-1.000 titik panas per tahun di wilayah itu.
Mayoritas masyarakat di wilayah Papua Selatan, seperti Merauke, mengandalkan air hujan untuk kebutuhan sehari-hari.
”Kami mengimbau masyarakat agar tidak membakar lahan dan sampah sembarangan. Kondisi ini dapat menyebabkan titik panas di Merauke semakin meningkat. Akibatnya, warga rawan terserang infeksi saluran pernapasan akut akibat menghirup asap dan penerbangan dapat terganggu,” tuturnya.
Ia pun meminta warga agar menggunakan air dengan hemat di tengah kondisi musim kemarau. Sebab, mayoritas masyarakat di wilayah Papua Selatan, seperti Merauke, mengandalkan air hujan untuk kebutuhan sehari-hari.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebakaran, Penyelamatan, dan Satuan Polisi Pamong Praja Papua Selatan Elias Refra mengatakan, pihaknya telah menyurati setiap pemda kabupaten di Papua Selatan yang rawan terjadi kebakaran lahan seperti Merauke. Dalam surat tersebut, pihaknya meminta pemda di kabupaten meningkatkan upaya pemantauan hingga pencegahan kebakaran lahan.
”Kami akan menyampaikan perkembangan informasi titik panas di Papua Selatan ke pemerintah pusat. Tujuannya agar kami bisa mendapatkan bantuan penanganan kebakaran lahan. Sebab, Papua Selatan yang baru dimekarkan dari Papua belum memiliki sarana yang lengkap,” kata Elias.