Kelapa Sawit di Kalsel Butuh Peremajaan hingga Hilirisasi Produk
Akselerasi program peremajaan kelapa sawit hingga hilirisasinya melalui perbaikan tata kelola sawit secara berkelanjutan terus didorong dalam upaya menjaga dan meningkatkan produksi sawit Indonesia.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·3 menit baca
BANJARMASIN, KOMPAS — Pelaku perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Selatan didorong mengakselerasi program peremajaan sawit hingga hilirisasinya melalui perbaikan tata kelola sawit berkelanjutan. Tujuannya, menjaga dan meningkatkan produksi sawit Indonesia.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, industri sawit berperan penting untuk perekonomian Indonesia. Dalam makroekonomi Indonesia, industri minyak sawit memiliki peran strategis, seperti menghasilkan devisa terbesar, lokomotif perekonomian nasional, kedaulatan energi, pendorong sektor ekonomi kerakyatan, dan penyerapan tenaga kerja.
Perkebunan kelapa sawit Indonesia juga berkembang cepat dan mencerminkan adanya revolusi perkebunan sawit. Saat ini, perkebunan kelapa sawit telah berkembang di 26 provinsi di Indonesia. Dua pulau utama sentra perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Sumatera dan Kalimantan.
”Maka, saya secara khusus mengajak semua pihak ikut memajukan perkebunan sawit berkelanjutan melalui program peremajaan sawit rakyat, serta program pengembangan sumber daya manusia, sarana dan prasarana,” kata Yasin Limpo saat membuka Rapat Koordinasi Kelapa Sawit se-Provinsi Kalsel di Banjarmasin, Selasa (22/8/2023) malam.
Menurut Yasin Limpo, kelapa sawit adalah komoditas andalan Indonesia yang memiliki prospek hari ini, besok, dan ke depan. Prospeknya sebagai komoditas yang diminati dunia semakin terbuka dan semakin baik sehingga diyakini bisa tetap berkontribusi pada kehidupan bangsa yang lebih baik.
”Kalsel memiliki potensi (sawit) yang sangat mumpuni. Kelapa sawit di sini bisa diusahakan secara maksimal agar produksinya lebih baik,” ujarnya.
Dalam Rapat Koordinasi Kelapa Sawit se-Kalsel, ungkap Mentan, telah disepakati peremajaan (replanting) sawit di Kalsel pada 2023 mencapai 10.000 hektar. Maka, petani sawit yang melakukan peremajaan juga didorong melakukan pola tanam tumpang sari sawit dengan komoditas lain, misalnya kacang, umbi-umbian, dan jagung.
”Komoditas jagung, umbi-umbian, dan kacang-kacangan bisa diintervensi dulu sambil menunggu sawit yang sudah di-replanting berproduksi sehingga kesejahteraan petani tetap terjaga,” katanya.
Yasin Limpo pun berharap adanya sinergi multipihak dalam mengakselerasi dan memacu semangat memperkuat perkelapasawitan nasional. Tentu saja, ini dalam rangka mendorong peningkatan daya saing dan pemulihan ekonomi nasional di sentra-sentra kelapa sawit melalui program-program pemerintah dengan memanfaatkan seluruh potensi yang ada.
Langkah konkret
Gubernur Kalsel Sahbirin Noor dalam sambutan yang disampaikan Sekretaris Daerah Provinsi Kalsel Roy Rizali Anwar mengatakan, Kalsel sebagai salah satu daerah penghasil kelapa sawit memainkan peran penting. Untuk itu, pemprov telah mengambil langkah konkret menuju pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan.
Langkah pemerintah provinsi tersebut tertuang dalam Peraturan Gubernur Kalsel Nomor 013 Tahun 2023 tentang Rencana Aksi Daerah Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan (RAD-KSB) Provinsi Kalimantan Selatan 2022-2024.
”Kami telah menetapkan arah yang jelas mewujudkan visi dan misi, yakni Kalsel Maju (makmur, sejahtera, dan berkelanjutan) sebagai gerbang ibu kota negara,” kata Roy.
Direktur Jenderal Perkebunan Kementan Andi Nur Alamsyah mengatakan, saat ini berupaya memperbaiki tanaman perkebunan yang telah tua, rusak, dan tidak menghasilkan dengan penggantian tanaman melalui kegiatan peremajaan ataupun rehabilitasi.
Berdasarkan data statistik perkebunan tahun 2022, hampir 30 persen dari total luas perkebunan di Indonesia dalam kondisi tua, rusak, dan tidak menghasilkan. ”Jika kondisi itu dibiarkan, akan memengaruhi produksi perkebunan dan berdampak pada penurunan devisa negara,” katanya.
Menurut Andi, Kalsel merupakan salah satu sentra perkebunan kelapa sawit Indonesia yang cukup strategis di Pulau Kalimantan. Luas areal perkebunan kelapa sawit di Kalsel menyumbang 3,1 persen dari total luas areal perkebunan kelapa sawit Indonesia dan 2,6 persen dari total produksi kelapa sawit Indonesia.
”Pengembangan kelapa sawit ke depan memiliki konsep ’sawit satu’. Ini dilakukan melalui perbaikan tata kelola sawit yang memiliki sistem terintegrasi berbasis spasial sehingga perlu kerja inovatif dan kerja kolaboratif dengan berbagai pihak,” katanya.