Kegiatan Jelang 17 Agustus, Fokus Melestarikan Permainan Tradisional yang Terancam Punah
Jelang 17 Agustus, fokus perlombaan dan kegiatan sebaiknya pada permainan dan kuliner tradisional yang sudah dan sedang terancam punah. Melalui lomba kelompok, permainan tradisional itu bisa dihidupkan dan dilestarikan.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·4 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Permainan kolektif dilombakan setiap menjelang peringatan hari ulang tahun kemerdekaan RI, 17 Agustus. Masyarakat sebaiknya diarahkan menggali dan menemukan kembali sejumlah permainan tradisional yang sudah punah dan sedang terancam punah. Permainan itu sebagai kekayaan budaya bangsa, yang tidak boleh hilang oleh perkembangan zaman.
Lektor Kepala Kajian Budaya Fakultas Filsafat Universitas Katolik Widya Mandira Kupang, Watu Yohanes Vianey, di Kupang, Selasa (15/8/2023), mengatakan, permainan panjat pinang, tarik tambang, makan kerupuk, dan lari karung bukan lagi sesuatu yang unik. Juga bukan warisan budaya lokal NTT.
Permainan tradisional dan lomba kuliner lokal, menurut dia, harus menjadi titik sentral setiap perlombaan menjelang 17 Agustus. Jika semua desa menggali dan menampilkan keunikan permainan tradisional dan kuliner masing-masing, itu lebih unik dan seru untuk diperlihatkan ke publik. ”Budaya lokal pun tetap lestari diperkenalkan generasi muda. Apalagi, sekarang segala sesuatu yang unik mulai diviralkan,” kata Yohanes.
Permainan tradisional dan kuliner lokal yang unik menjadi penanda peringatan kemerdekaan itu. Masyarakat lebih merasa memiliki kegiatan itu dan benar-benar menghayati kemerdekaan dengan tradisi warisan nenek moyang. Budaya nasional pun diperkaya.
Kemerdekaan, memperkokoh warisan budaya lokal, yang unik dan beragam di setiap daerah. Ini mesti dipahami para pengambil kebijakan. Pesta peringatan hari ulang tahun kemerdekaan, juga pesta untuk menggali kembali nilai-nilai luhur warisan nenek moyang, yang selama ini sebagai perekat keutuhan bangsa.
Ia mengatakan, NTT punya banyak permainan tradisional dan kuliner lokal. Namun, sebagian besar sudah hilang. Kabupaten Ngada dan Nagekeo, misalnya, memiliki permainan tradisional tinju adat disebut etu, silat tradisional, dan permainan gasing. Flores Timur memiliki permainan tradisional yang disebut silang, sengge, keso, umpet-umpetan, gasing, lompat tali, lompat bambu, dan silat tradisional.
Namun, beberapa permainan tradisional itu sudah hilang seperti silang, keso, gasing, dan umpet-umpetan. Padahal, permainan itu melibatkan lebih dari dua orang. Kebersamaan hidup di kalangan generasi muda sejak dini perlu ditumbuhkembangkan.
Karakter bangsa
Tradisi lokal yang dipentaskan memperlihatkan karakter kebangsaan yang baru. Nasionalisme Pancasilais yang mewujudkan unity in diversity pada penguatan pilar Bhineka Tunggal Ika. Setiap suku di negeri ini menampilkan karakter daerah masing-masing.
Karena itu, setiap menjelang 17 Agustus, kepala daerah dan ketua panitia penyelenggara 17 Agustus harus punya ide dan gagasan baru. Harus ada agenda memperlombakan jenis-jenis permainan tradisional di daerah itu. NTT sangat kaya dan unik akan permainan tradisional. Namun, sebagian besar sudah lama ditinggalkan masyarakat.
Ia mengatakan, yang termasuk dalam budaya lokal, antara lain, cerita rakyat, lagu daerah, ritual kedaerahan, adat istiadat daerah, bahasa daerah, pakaian adat, dan segala sesuatu yang bersifat kedaerahan dipraktikkan masyarakat di daerah itu. Budaya lokal begitu banyak ditinggalkan nenek moyang, yang perlu dilestarikan.
Tokoh adat Flores Timur Frans Duli (77) mengatakan, generasi muda saat ini lebih banyak terlibat dalam gameonline. Permainan jenis ini butuh biaya yang besar. Harus memiliki telepon seluler dan paket data internet serta ketersediaan listrik. Game online cenderung mengarahkan generasi muda untuk terlibat dalam permainan berjam-jam, sampai lupa waktu belajar dan membantu orangtua.
Game online ini cenderung menjerumuskan anak muda ke hal-hal negatif. Lebih individual, menyendiri, dan membuat orang itu ketagihan. Melupakan kegiatan belajar di sekolah, dan orang-orang sekitar. Hal ini sangat merusak mental dan cara pikir generasi muda saat ini.
Permainan tradisional dilakukan secara kelompok, membantu anak-anak sejak dini untuk bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Mereka tidak mudah terpengaruh dengan perkembangan dunia modern yang disajikan melalui ponsel pintar dengan jaringan internet yang mendunia.
Kelompok ini sudah keluar dari akar budaya yang diwariskan nenek moyang. (Frans Duli)
Ia mengatakan, sebagian generasi muda saat ini tidak memiliki sikap sopan santun dan peduli terhadap lingkungan sekitar. Tidak menghormati orangtua dan anggota keluarga lain. Mudah dihasut dan dipengaruhi. Tidak memiliki prinsip hidup.
”Kelompok ini sudah keluar dari akar budaya yang diwariskan nenek moyang. Kembalikan generasi muda ini melalui hal-hal praktis yang ada di dalam masyarakat, termasuk menjaga warisan nenek moyang, berupa adat dan budaya lokal,” kata Frans.
Merosotnya budaya lokal saat ini disadari para pengambil kebijakan. Namun, mereka tidak punya kepedulian terhadap tradisi lokal. Pengambil kebijakan pun cendrung mengikuti dan mempraktikkan budaya yang masuk dari luar, yang beredar secara daring.
Lagi pula, melestarikan budaya lokal tidak mendatangkan keuntungan besar. Melestarikan sebuah tradisi di masyarakat bukan suatu proyek dengan nilai miliaran rupiah. ”Pejabat saat ini tidak peduli dengan budaya lokal karena secara ekonomi kurang mendatangkan keuntungan,” kata Frans.
Ketua Aliansi Masyarakat Adat Timor Aleta Baun mengatakan, keluarga sebagai kunci membentuk watak dan karakter anak. Sebuah tradisi leluhur dijalankan atau tidak, pun ditentukan praktik hidup keluarga dan lingkungan sekitar.
Namun keluarga muda belakangan ini tidak paham adat dan budaya lokal, termasuk permainan-permainan, dan kuliner lokal. Mereka lebih mudah mengikuti semua petunjuk yang disiapkan secara instan melalui media sosial.
”Pemerintah punya kewajiban menghidupkan dan melestarikan kembali tradisi lokal yang sudah punah itu. Ini saat yang tepat. Menjelang 17 Agustus. Para pemenang diberi hadiah sebagai pemicu,” katanya.