Dua Gempa Dangkal di Sesar Lawanopo Guncang Kendari
Sesar Lawanopo diketahui memang merupakan sesar aktif. Selain dua gempa ini, dua gempa lain juga mengguncang wilayah Kendari dan sekitarnya pada medio April lalu.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·3 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Dua gempa dangkal mengguncang Kendari, Sulawesi Tenggara, pada Rabu (9/8/2023) dini hari. Gempa yang berpusat di darat ini terjadi di Sesar Lawanopo yang diketahui merupakan sesar aktif. Meski tidak menimbulkan korban, warga diharapkan meningkatkan mitigasi menghadapi bencana.
Gempa berkekuatan magnitudo 4,0 mengguncang Kendari dan sekitarnya pada pukul 02.29 Wita. Gempa di kedalaman 5 kilometer ini berpusat di Kecamatan Lalonggasumeeto, Konawe, sekitar 20 kilometer dari Kendari. Guncangan gempa yang berlangsung sekitar lima detik ini membuat panik sejumlah warga.
Fadli (30), warga Kendari, menuturkan, ia yang masih terjaga kaget dengan guncangan yang terasa cukup lama. Sejumlah barang di rumahnya juga bergerak akibat guncangan tersebut.
”Saya pikir cuma pusing, tetapi lihat barang bergoyang, ini pasti gempa. Saya bangunkan istri dan bersiaga. Apalagi, lebih satu jam kemudian kembali ada gempa,” ujarnya, Rabu pagi.
Gempa susulan dengan kekuatan magnitudo 3,3 memang terjadi pada pukul 03.57 dengan pusat di Kecamatan Soropia, tidak jauh dari gempa pertama. Meski berkekuatan lebih kecil, guncangan kembali dirasakan warga Kendari dan sekitarnya.
Kepala Stasiun Geofisika BMKG Kendari Rudin menyebutkan, hingga Rabu pagi terpantau dua gempa terjadi di Sesar Lawanopo tersebut. Meski begitu, belum ada laporan kerusakan atau korban dari guncangan gempa.
Meski berkekuatan magnitudo 4,0 dan 3,3, ia melanjutkan, guncangan gempa cukup terasa karena pusat gempa cukup dangkal, yaitu 5 kilometer. Hal ini menyebabkan guncangan dirasakan hingga skala III MMI.
”Gempa dangkal di Sesar Lawanopo ini menyebabkan guncangan cukup terasa. Apalagi di wilayah Kendari dan sekitarnya, struktur tanah lebih banyak sedimen sehingga guncangan itu teramplifikasi dan terasa,” katanya.
Sesar Lawanopo, tutur Rudin, merupakan sesar aktif. Selain dua gempa ini, dua gempa lain juga mengguncang wilayah Kendari dan sekitarnya pada medio April lalu.
Peta rawan bencana yang lengkap, dengan memperhitungkan kondisi struktur batuan, dan rentannya bencana gempa, harus diaplikasikan pada kebijakan.
Sesar ini membentang dari wilayah Konawe Utara hingga Laut Banda sepanjang sekitar 100 kilometer dan bergerak dari barat laut ke tenggara. Sesar ini muncul akibat pergerakan Lempeng Pasifik dan Indo-Australia dengan pergerakan 5-7 milimeter dalam setahun. Pergerakan sesar ini bergeser ke arah kiri atau disebut juga sesar geser (strike-slip fault).
Berdasarkan data Stasiun Geofisika Kendari, selama 2020 terjadi 33 gempa di Sesar Lawanopo. Tiga gempa di antaranya dirasakan. Pada 2021, tercatat baru ada dua kali gempa dan dua-duanya dirasakan warga. Sementara itu, pada 2022, puluhan gempa juga terjadi.
”Kami harapkan masyarakat tidak panik dan tetap waspada. Lebih dari itu, agar mitigasi selalu ditingkatkan ke depannya, khususnya untuk masyarakat di daerah rawan bencana seperti di Soropia,” tambahnya.
Di wilayah Sultra terdapat sejumlah sesar yang aktif. Selain Lawanopo, terdapat juga Sesar Buton, Sesar Naik-Tolo, Sesar Kendari, dan Sesar Tolo.
Sebelumnya, Jamhir Safani, Ketua Forum Pengurangan Risiko Bencana Sultra, menjabarkan, rentetan gempa yang terjadi di Sesar Lawanopo menunjukkan kerentanan wilayah ini terdampak bencana. Gempa bisa menimbulkan bencana lanjutan, baik tsunami, tanah longsor, maupun runtuhnya bangunan.
Oleh karena itu, Jamhir menyampaikan, pemerintah daerah penting untuk membuat kebijakan yang peka terhadap bencana. Aturan pendirian bangunan, lokasi, struktur, hingga tinggi bangunan sebaiknya memperhitungkan dampak gempa.
”Peta rawan bencana yang lengkap, dengan memperhitungkan kondisi struktur batuan, dan rentannya bencana gempa, harus diaplikasikan pada kebijakan. Dengan begitu, antisipasi korban bisa dilakukan lebih dini ketika gempa terjadi. Selain itu, mitigasi dan program penyebarluasan informasi ke masyarakat harus terus dilakukan,” tuturnya.