Warna-warni Meteorit Nusantara di Jember Fashion Carnaval 2023
Temuan batuan meteorit di Nusantara seolah menguatkan dan menjadi bukti bahwa Indonesia benar-benar kaya. Tidak saja karena kesuburan alamnya, tetapi juga batuannya. Salah satu batu berharga tersebut adalah meteorit.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·4 menit baca
Temuan batuan meteorit di Nusantara seolah menguatkan dan menjadi bukti bahwa Indonesia benar-benar kaya. Bukan saja karena kesuburan alamnya, melainkan juga karena bebatuannya. Salah satu batu berharga tersebut adalah batu meteorit.
Batu-batuan meteorit turut dipamerkan dalam rangkaian Jember Fashion Carnaval (JFC) 2023, 4-6 Agustus 2023, di lantai 2 Pendopo Kabupaten Jember. Sebanyak 78 batuan meteorit dipamerkan, baik jenis logam maupun tektit atau batu kaca alami. Semua batu meteorit itu disebut ditemukan di Nusantara.
Meteorit, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), disebutkan sebagai benda angkasa yang melayang bebas (meteoroid) yang tidak terbakar habis saat memasuki atmosfer planet dan jatuh ke permukaan. Atau, bahasa gampangnya, meteorit merupakan meteor yang tidak habis terbakar dan bisa tiba di Bumi.
Batu meteorit yang dipamerkan mulai dari bentuk tak beraturan atau bongkahan hingga bentuk bulat dengan warna-warni indah saat terkena cahaya yang disebut sebagai tektit. Salah satu contoh meteorit jenis tektit yang ditemukan di Bangka Belitung adalah batu satam.
Selain berbentuk batu, ada juga batu meteorit yang sudah diolah menjadi mahkota, ikat pinggang raksasa, ataupun sandal.
Yang paling indah, meteorit jenis tektit yang ditempatkan dengan penyinaran lampu di bagian bawahnya. Batu tampak seperti bongkahan kaca bersinar warna-warni, sesuai kandungan mineral di dalamnya. Warna merah, kuning, hijau, biru, dan ungu dari meteorit tersebut menarik perhatian setiap pengunjung.
”Tujuan pameran ini adalah lebih mengenalkan batuan meteorit ini ke panggung internasional. Batuan meteorit ini belum banyak dikenal. Yang kita pamerkan ini, dunia internasional sebagian besar belum punya karena mereka rata-rata punyanya yang kecil-kecil,” kata Suyanto (77), CEO JFC sekaligus ketua penyelenggara pameran meteorit, Sabtu (5/8/2023).
Menurut Suyanto, dengan mengenalkan batuan meteorit tersebut kepada masyarakat umum, maka masyarakat bisa lebih menghargai segala sesuatu yang ada di Nusantara.
Pameran batuan meteorit tahun ini merupakan yang ketiga kali digelar meramaikan JFC. Pameran kali ini sesuai dengan tema JFC 2023, yaitu ”Timelapse, Journey to the Earth”. Setidaknya ada 78 batu meteorit dipamerkan. Ini sesuai dengan usia kemerdekaan RI, yaitu 78 tahun.
Dalam Album Digital Tektite Meteorite Volume 1 JFC 2023 disebutkan bahwa hantaman meteor di permukaan Bumi mengakibatkan ledakan dahsyat yang menghancurkan satu kawasan di permukaan Bumi, juga melontarkan kepingan-kepingan meteorit ke berbagai arah. Ledakan hasil tumbukan meteor ke permukaan Bumi ini juga menghasilkan tektit.
Pada saat meteor membentur Bumi, tercipta ledakan dahsyat bersuhu tinggi. Ledakan ini menghamburkan bebatuan meteor itu menjadi berkeping-keping, sekaligus menghamburkan kepingan bebatuan permukaan Bumi. Semua kepingan itu kemudian bercampur dan berhamburan bersamaan. Semua keping batuan itu meleleh seketika akibat panas yang dihasilkan oleh ledakan benturan.
”Campuran bebatuan yang seketika mencair itu terlempar ke angkasa dan seketika itu pula langsung mendingin, membentuk benda padat yang mirip kaca. Benda padat mirip kaca itu kemudian jatuh kembali ke permukaan Bumi, dan itulah yang disebut tektit,” kata Suyanto.
Jika tidak mendapat sinar, bentuk tektit sangat biasa. Biasanya, ada guratan corak atau motif indah pada tektit. Namun, begitu mendapat sinar, maka tektit tersebut akan memancarkan aneka warna sesuai kandungan di dalam batuan tersebut.
”Orang secara umum menganggap meteorit itu bentuknya bongkahan batu tak beraturan. Tapi, sebenarnya ada batu meteorit yang saat ditemukan bentuknya bulat bagus dan indah,” kata Nugra Seno, pencinta dan kolektor meteorit asal Banyuwangi, Jawa Timur, yang koleksinya turut dipamerkan.
Beberapa hal sederhana yang mencirikan meteorit, menurut Seno, adalah berat batu, tekstur yang berbeda, serta seolah menyerap energi yang memegangnya. Ada yang bersifat magnet, namun ada juga yang tidak bersifat magnet. Jika dibaui, menurut Seno, ada bau bekas terbakar seperti petasan.
”Batu meteorit ini ada di berbagai tempat di Nusantara, baik di dalam laut maupun di darat,” kata Seno.
Saat ini ada komunitas pencinta meteorit nasional. Komunitas tersebut masih mengacu segala sesuatunya pada komunitas internasional karena di dalam negeri belum ada peralatan dan teknologi pendukung terkait meteorit.
Seno mengatakan, Nusantara dilalui garis khatulistiwa sehingga medan magnetnya besar. Akibatnya, meteoroid banyak jatuh di sini. Tak mengherankan jika wilayah Nusantara kaya akan meteorit yang beraneka ragam.