Bertambah, Penyelenggara Program Studi Kedokteran di Surabaya
Kampus penyelenggara program studi kedokteran di Surabaya, Jawa Timur, bertambah menjadi sepuluh dengan Unesa dan ITS yang diharapkan mengatasi masalah ketersediaan dan kompetensi dokter.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·4 menit baca
Seorang laki-laki mendatangi Unit Layanan Terpadu Pendidikan Tinggi di kantor Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Jakarta, Rabu (12/7/2023). Tempat ini kerap dikunjungi mahasiswa lulusan kedokteran universitas luar negeri untuk proses penyetaraan ijazah.
SURABAYA, KOMPAS — Jumlah kampus penyelenggara program studi kedokteran di Surabaya, Jawa Timur, bertambah menyusul seleksi yang sedang dilaksanakan di Universitas Negeri Surabaya dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Dengan penambahan dua kampus negeri itu, di ibu kota Jatim terdapat sepuluh perguruan tinggi penyelenggara program studi kedokteran. Sekolah dokter pertama di Jatim ialah Universitas Airlangga ketika masih bernama Netherlandsch Indische Artsen School (NIAS) sejak 1913. Setelah 75 tahun, penyelenggara kedokteran bertambah lewat Universitas Wijaya Kusuma Surabaya sejak 1988.
Kampus penyelenggara kedokteran terus bertambah dengan Universitas Hang Tuah sejak 1998, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya sejak 2011, Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya sejak 2014, Universitas Surabaya sejak 2016, Universitas Muhammadiyah Surabaya sejak 2019, Universitas Ciputra Surabaya sejak 2020, dan Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jatim sejak 2022.
Dari pantauan Kompas pada Rabu (2/8/2023), pendaftaran mahasiswa baru Fakultas Kedokteran Unesa berlangsung 1-10 Agustus 2023 dengan daya tampung 50 mahasiswa. Biaya pendaftaran Rp 750.000 per orang. Calon mahasiswa tidak buta warna parsial atau total, lulusan SLTA 2021, 2022, atau 2023, dan lulusan SLTA jurusan IPA 2023 sudah menerapkan kurikulum merdeka dan telah mendapat Biologi dan Kimia. Lulusan SLTA di luar negeri harus memiliki surat penyetaraan ijazah dari Kemendikbudristek.
Semoga penyelenggaraan kedokteran di Unesa turut membantu solusi kekurangan dokter di Indonesia. (Nurhasan)
Selanjutnya, ada tes psikologi (11 Agustus), tes tulis berbasis komputer (12 Agustus), dan tes kesehatan (14 Agustus) berbiaya Rp 350.000. Kelulusan tahap pertama diumumkan 13 Agustus, sedangkan tahap kedua pada 15 Agustus. Unesa menerapkan uang kuliah tunggal dibayarkan setiap awal semester senilai Rp 18 juta (kelompok 5), Rp 21,5 juta (kelompok 6), Rp 25 juta (kelompok 7), dan Rp 30 juta (kelompok 8).
Unesa juga mengenakan sumbangan pengembangan institusi senilai Rp 250 juta, Rp 300 juta, Rp 350 juta, atau Rp 400 juta yang dipilih oleh calon mahasiswa saat mengisi formulir pendaftaran. SPI dibayar penuh di awal semester atau dicicil dua kali.
Pendaftaran calon mahasiswa baru Fakultas Kedokteran dan Kesehatan ITS berlangsung 1-6 Agustus ini yang berlaku bagi lulusan SLTA 2021-2023. Biaya pendaftaran Rp 250.000 per orang. Pengumuman pada 8 Agustus, tes kesehatan pada 9-10 Agustus, dan daftar ulang pada 10-12 Agustus. Di kedokteran ITS, seleksi didasarkan pada nilai rapor mata pelajaran pendukung kedokteran, yakni Matematika peminatan, Biologi, Kimia, dan Fisika. Selain itu, nilai ujian tulis berbasis komputer pada SNPMB 2023.
Kemampuan keluarga
Mahasiswa kedokteran ITS akan dikenakan biaya SPP setiap awal semester senilai sekitar Rp 20 juta. SPP ditentukan oleh ITS dilihat dari kemampuan keluarga saat pelaporan daftar ulang. Selain itu, setiap mahasiswa dikenakan SPI senilai minimal Rp 150 juta dengan besaran yang diisi saat pendaftaran.
Rektor Unesa Nurhasan mengatakan, kedokteran di Kampus Lidah Wetan ini punya kekhasan, yakni sebagian komposisi bermuatan keolahragaan. Untuk praktik mahasiswa telah terjalin kerja sama dengan RSUD Bhakti Dharma Husada, Surabaya, dan RSUD Dr Sayidiman, Magetan, sebagai RS pendidikan satelit. ”Semoga penyelenggaraan kedokteran di Unesa turut membantu solusi kekurangan dokter di Indonesia,” ujarnya.
Rektor ITS Mochamad Ashari mengatakan, kebutuhan dokter di Indonesia masih di bawah standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang 1:1.000. Dengan penduduk 280 juta jiwa, minimal ideal tersedia 280.000 dokter. Namun, di Indonesia baru ada 140.000 dokter.
”Selain itu, para dokter dari generasi milenial dituntut berkompetensi dalam pengembangan teknologi revolusi industri, yakni kecerdasan buatan, nano, analisis data, dan 3D printing,” kata Ashari. Untuk praktik mahasiswa, ITS telah menjalin kerja sama dengan RSUD Dr Wahidin Sudirohusodo, Kota Mojokerto.
Secara terpisah, Ketua Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen (YLPK) Jatim Said Utomo berharap semakin banyak penyelenggara kedokteran bisa mengatasi persoalan kekurangan dokter. Selain itu, juga mengatasi beragam keluhan pelayanan kesehatan, terutama antre, waktu tunggu, dan perhatian terhadap pasien.
Di sisi lain, lanjut Said, penyelenggara kedokteran membebani biaya yang tinggi. Di luar jalur seleksi nasional berbasis tes, calon mahasiswa kedokteran hanya dari kalangan ekonomi mapan dan berlebih. Ada kekhawatiran, dokter-dokter yang semasa studi menghabiskan biaya terlalu banyak, selama pengabdian malah mengutamakan mengejar materi setidaknya pengembalian biaya tersebut.
”Pemerintah bisa memperbesar cakupan beasiswa penuh bagi calon mahasiswa kedokteran terutama dari keluarga miskin,” kata Said.