Indonesia kekurangan talenta digital. Potensi ekonomi digital sangat besar, tetapi para pengguna internet lebih banyak memanfaatkan untuk hal-hal yang kurang produktif.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·2 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Indonesia masih kekurangan talenta digital mumpuni. Padahal, potensi sumber daya manusia dan ceruk ekonomi dari dunia digital di Indonesia sangat besar.
Talenta digital adalah orang yang cakap dan mampu menggunakan teknologi digital. Biasanya pengaplikasiannya untuk berbagai hal positif dan produktif.
Hal itu menjadi benang merah dalam workshop SheHacks Innovate-Borobudur di Auditorium Universitas Muhammadiyah Magelang (Unimma), Kota Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (29/7/2023).
Salah seorang pembicara, Direktur Tata Kelola Ekonomi Digital Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Yuana Rochma Astuti, mengatakan, salah satu pemicu kurangnya talenta digital adalah kebiasaan warga menggunakan internet. Masih banyak warga berlaku pasif sehingga tidak memicu munculnya kemampuan digital mumpuni.
Padahal, total jumlah pemilik telepon seluler di Indonesia terdata 370,1 juta orang dan pengguna internet 210,3 juta orang. Selain itu, pengguna aktif media sosial mencapai 196,7 juta orang.
Apalagi, potensi ekonomi digital Indonesia juga besar. Hingga tahun 2025, nilainya diperkirakan mencapai Rp 1.700 triliun. Untuk memaksimalkan potensi itu, Yuana memperkirakan dibutuhkan 9 juta talenta digital.
”Dengan pelatihan, pemerintah menargetkan 600.000 talenta digital baru tiap tahun. Sekarang jumlahnya masih jauh dari separuh kebutuhan tersebut," katanya.
Tidak hanya warga awam, tidak semua pelaku UMKM dan pelaku wisata juga akrab dengan dunia digital. Mereka menggunakan teknologi digital sebatas untuk berkomunikasi sederhana. Padahal, potensi peningkatan usaha saat menerapkan digitalisasi mencapai 50 persen.
”Sebagian tidak aktif menggunakan internet karena kelelahan menjalankan usahanya sendiri,” ujarnya.
Senior Vice President Corporate Communications Indosat Ooredoo Hutchison Steve Saerang mengatakan, bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, pihaknya melatih talenta digital baru. Pelatihan SheHacks Innovate, misalnya, dilakukan sejak 2019 dan meluluskan 5.000 perempuan pelaku usaha pemula.
Di sana, peserta diajari membuat skema usaha oleh pendamping. Lama pelatihannya enam bulan.
Ratih Rachmatika, pendiri sekaligus CEO PT Solusi Teknologi Air Nusantara, mengatakan menerapkan digitalisasi saat menjalankan usaha di bidang penyediaan instalasi dan aplikasi pengukur tingkat konsumsi dan kualitas air sejak 2021.
Saat ini, perangkatnya telah digunakan 150 pelanggan rumah tangga. Selain itu, ada juga enam perusahaan daerah air minum di Solo Raya, Jakarta dan Surabaya.
Alumnus SheHacks Innovate ini mengatakan, banyak perempuan pelaku usaha membutuhkan pendampingan usaha.Dia yakin, saat mereka mendapat kesempatan yang sama, akan lebih banyak perempuan yang berdaya.