Rayuan Jaga Sungai dari Media Sosial
Ratusan warga membersihkan sampah di Bendungan Bugel, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, saat memperingati Hari Sungai Nasional. Kesadaran banyak orang tidak membuang sampah sembarangan masih rendah.
Tangan-tangan berlumuran lumpur dari ratusan orang membersihkan badan sungai di Bendungan Bugel di Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Rabu (26/7/2023) pagi. Mereka mendapat rayuan dari media sosial untuk bekerja sama menjaga sungai tetap bersih dan lestari.
Kawasan sekitar Bendungan Bugel telah ramai sejak pukul 08.30. Ratusan sukarelawan dari sejumlah daerah turun ke badan Sungai Cikeruh yang ditutupi aneka sampah.
Tidak hanya botol plastik, mereka juga menemukan popok bayi hingga sendal butut. Bahkan kasur hingga televisi tabung memuramkan wajah sungai.
Annisa Latifa (25), salah satu peserta, bahkan menemukan tengkorak bekas makhluk hidup. Dia menaksir itu tengkorak kucing atau anjing karena ukurannya lebih kecil dari manusia. Namun, sebagian besar yang dia angkut adalah sampah plastik dan botol beraneka macam.
”Kita juga kaget kenapa ada tengkorak di antara tumpukan sampah. Tadi sudah di sini dan bersih-bersih sejak pukul 09.00. Saya dapat informasi dari media sosial Pandawara Group, yang mengajak warganet untuk membersihkan sungai di sini,” ujarnya sambil menyeka keringat yang mengalir di keningnya.
Baca juga: Kisah Menarik Pandawara Group yang Menjadi Tiktok Local Heroes 2022
Tangan dan kaki Annisa dilumuri lumpur yang telah mengering, seperti para sukarelawan yang lainnya yang berkutat dengan sedimen tebal menutupi permukaan sungai. Saat matahari semakin meninggi dan sampah telah habis, mereka mulai beranjak dari badan sungai dan beristirahat.
Rumah Annisa memang jauh dari sungai itu. Dia tinggal di Kecamatan Cinunuk, Kabupaten Bandung, berjarak sekitar 10 kilometer dari Bendungan Bugel. Namun, semua itu tidak mengurungkan niatnya untuk turut menjaga sungai.
”Bersih-bersih sungai seperti ini juga untuk mengurangi banjir. Walaupun di daerah saya tidak ada banjir, di jalan genangan air biasa terjadi. Biasanya juga ada sampah yang terbawa,” ujarnya.
Karena itu, saat Pandawara Group mengumumkan akan membersihkan Bendungan Bugel, Annisa langsung tertarik. Video berdurasi 1 menit 20 detik yang diunggah di akun Instagram @pandawaragroup, Senin (24/7/2023), berhasil menarik penonton hingga 1,2 juta akun dalam dua hari.
Bagi Annisa, ajakan ini tidak hanya untuk ikut meramaikan Hari Sungai Nasional yang jatuh pada 26 Juli, tetapi juga meningkatkan kesadaran untuk menjaga sungai. ”Kalau tidak ada acara ini, saya tidak tahu ternyata ada sungai yang sampahnya menumpuk sebanyak ini,” ujarnya.
Rayuan untuk ikut membersihkan sungai juga membuat Isti Nur Faizah (21) bergerak jauh-jauh dari Semarang, Jawa Tengah. Bahkan, dia sengaja mendaftar sebagai salah satu dari 50 sukarelawan yang diseleksi oleh Pandawara Group untuk ikut bersama.
”Dari dulu memang sudah sering ikut kegiatan lingkungan seperti ini. Saat Pandawara membuka pendaftaran melalui Google Form, saya langsung ikutan. Dengan kegiatan seperti ini, saya merasa perlu menjaga lingkungan, terutama sungai,” ujarnya.
Pembersihan sungai dilakukan sekitar tiga jam. Gilang Rahma (23), salah satu anggota Pandawara Group, menyebut jumlah peserta bersih-bersih sungai kali ini hingga 700 orang. Sebelumnya, kelompok ini juga ikut mengajak ribuan masyarakat membersihkan pantai di Lampung dan Banten.
”Sepertinya kalau kita bersih-bersihnya weekend bisa lebih banyak dari ini. Kami melihat titik ini lokasinya bermasalah, dan ini sudah kami awasi dari awal tahun. Ini sudah pembersihan yang ketiga kali,” ujarnya.
Hari Sungai Nasional
Menurut Gilang, kegiatan pembersihan badan Sungai Cikeruh ini dilakukan untuk menyambut Hari Sungai Nasional. Dengan mengajak para pengikutnya, Pandawara Group menggugah kesadaran untuk lebih peduli lingkungan, terutama sungai.
”Sampah itu tidak akan ada di sungai kalau tidak ada yang buang. Otomatis, kesadaran masyarakat, terutama yang tinggal di pelataran sungai, baik di hilir maupun di hulu. Mereka masih dengan gampang buang sampah ke sungai tanpa rasa bersalah,” ujarnya.
Ketidakpedulian masyarakat itu membuat sampah-sampah mengotori sungai. Bendungan Bugel ini menjadi contohnya Karena dalam sehari saja, para sukarelawan dan petugas gabungan telah mengumpulkan lebih dari 10 ton sampah.
Kepala Bidang Operasional dan Pemeliharaan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum Jaya Sampurna menaksir permukaan sungai yang tertutup sampah di dekat Bendungan Bugel kali ini sekitar 30 meter x 15 meter dengan kedalaman 1 meter. Sampah-sampah ini dimasukkan ke dalam karung kemudian dimasukkan ke truk sampah.
Hilir dari aliran Sungai Cikeruh ini, lanjutnya, bermuara di Sungai Citarum. Sungai yang menjadi salah satu urat nadi kehidupan di Tatar Sunda ini rentan dengan pencemaran sampah karena hampir seluruh anak sungai di hulunya menyumbangkan sampah.
”Di bagian hulu, lebih dari 13 anak sungai dan kerap menyumbangkan pencemaran sampah. Kami sebagai menjaga badan air tidak memiliki data terkait jumlah sampah, tetapi temuan (sampah) itu ada di setiap anak sungai yang bermuara di Citarum,” ujarnya.
Program Citarum Harum yang dicanangkan sejak tahun 2018, lanjutnya, mampu mengurangi potensi sampah yang ada di badan Sungai Citarum hingga ke hulu. Namun, butuh waktu yang lebih lama lagi untuk menyadarkan masyarakat karena masih saja ada sampah yang mengalir di sungai ini.
”Citarum Harum bisa mempercepat pemulihan sungai ini. Namun, masih saja ada warga yang bermukim di sekitar sungai ataupun warga lainnya yang masih membuang sampah sembarangan. Kesadaran ini yang perlu lebih ditingkatkan,” ujarnya.
Sampah tercecer
Sampah yang bertumpuk di Sungai Cikeruh ini menjadi gambaran dari ratusan ton sampah dari masyarakat yang tercecer. Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Prima Mayaningtyas menyebut, 10-20 persen dari 2.000 ton sampah dari masyarakat di Bandung Raya ini tidak masuk ke pembuangan akhir.
”Sebenarnya kalau untuk menghitung sampah yang tercecer itu sulit, tetapi di badan sungai lebih mudah terlihat. Dalam sehari, bisa 100-200 ton sampah yang tersebar dan sebagian besar ada di badan sungai,” ujarnya.
Produksi sampah masyarakat yang sangat besar ini, lanjut Prima, juga menjadi perhatian. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarimukti di Kabupaten Bandung Barat telah kelebihan kapasitas hingga 800 persen. Di sisi lain, pemerintah pusat juga menginstruksikan tidak ada lagi pembangunan TPA di tahun 2030.
”Sebentar lagi TPA Legok Nangka siap untuk dibangun setelah kontraktornya disetujui. Sekarang telah masuk masa sanggah dan menunggu penetapan Gubernur Jabar. Namun, kubikasi sampah ini sudah seharusnya berkurang karena untuk sampah organik tidak masuk ke TPA,” ujarnya.
Kebiasaan masyarakat untuk memilah sampah dan peduli lingkungan, lanjut Prima, diharapkan bisa membuat kehidupan menjadi lebih baik. Dia juga mengapresiasi para pemuda yang mau bergerak membersihkan sungai dan berharap gerakan yang sama hadir di semua tempat.
Dari rayuan dan ajakan untuk bersih-bersih sungai di media sosial, masyarakat melalui dunia maya bisa menyadari pentingnya sungai yang bersih untuk kehidupan. Saat setiap orang peduli, sungai pun mengalir bersih menjaga kehidupan yang lestari.
Baca juga: Tantangan untuk Citarum yang Tak Pernah Berhenti Datang