Ribuan Amunisi Dipastikan Berasal dari Kapal Perang yang Tenggelam di Cilacap
Ribuan amunisi yang ditemukan di dasar perairan Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah, berasal dari kapal yang tenggelam pada era Perang Dunia II.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·4 menit baca
CILACAP, KOMPAS — Jajaran Pangkalan TNI Angkatan Laut Cilacap bersama Pusat Komando Pasukan Katak TNI Angkatan Laut memastikan bahwa ribuan amunisi yang ada di dasar perairan Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah, berasal dari sebuah kapal perang yang tenggelam pada Perang Dunia II. Namun, jajaran TNI Angkatan Laut belum bisa memastikan nama kapal perang tersebut karena belum ditemukan bukti-bukti otentik terkait nama kapal tersebut.
”Pada prinsipnya temuan ini sudah memperkuat temuan awal terkait temuan amunisi kaliber 12,6 mm dan kaliber kecil lainnya. Tadi sudah dilakukan penyelaman mulai pukul 07.00 dan temuan terakhir yang cukup signifikan adalah penyelam menemukan area chamber tempat penyimpanan senjata,” kata Komandan Pangkalan Laut Cilacap Kolonel Laut (P) Bambang Subeno di Cilacap, Jumat (21/7/2023).
Bambang mengatakan, di tempat penyimpanan senjata itu ditemukan banyak amunisi dengan kondisi masih baik. ”Kondisi amunisi masih sangat bagus. Ini memperkuat bahwa kapal itu adalah kapal perang. Untuk spesifikasi dan namanya kami belum bisa memastikan karena belum didapat ciri-ciri bagian kapal yang bisa diangkat karena kondisi laut, arus yang kencang, dan visibility yang cukup gelap,” paparnya.
Menurut Bambang, penyelaman selama dua hari oleh Pusat Komando Pasukan Katak TNI Angkatan Laut menemukan tambahan sekitar 300 butir amunisi. Dari temuan ini serta foto bawah air adanya obyek bawah laut berukuran 40 meter, pihaknya akan berkoordinasi dengan kesyahbandaran serta pelabuhan setempat untuk pengamanan alur laut.
Direktur Operasi Pusat Komando Pasukan Katak Letkol Yudo Ponco menyampaikan, setelah dilakukan pemetaan serpihan kapal pada hari pertama dan penelusuran hari kedua, ditemukan sebuah ruangan yang sudah terdapat banyak lubang di mana di dalamnya terdapat banyak amunisi.
”Di situ sebaran amunisi lebih banyak. Ruangan itu tidak utuh lagi, saya perkirakan tingginya sekitar 3 meter karena kami masuk ke situ, kurang lebih 2 meter ke atas, kepala sudah terbentur atap. Masuknya ke dalam lagi, saya tidak melanjutkan karena kondisinya sangat gelap dan visibility nol,” kata Ponco.
Menurut dia, amunisi di luar chamber itu sudah banyak yang rapuh atau proyektilnya terlepas. Adapun amunisi di dalam chamber dalam kondisi masih baik. ”Untuk yang di dalam chamber, amunisi masih utuh. Kuningannya antara proyektil dan selongsongnya masih bagus. Bahkan, headstamp masih bisa dibaca di sini,” tuturnya.
Ponco mengatakan, selain ditemukan amunisi berkaliber 12,7 mm, ditemukan pula amunisi untuk pistol dan diperkirakan masih ada amunisi dengan kaliber lebih besar. Dari hal itu, ia dan tim menyimpulkan bahwa chamber itu adalah gudang penyimpanan senjata dan amunisi. Kondisi kapal sudah tak dikenali lagi di mana bagian haluan dan buritan.
”Jadi, kami hanya mempelajari seperti Anda tutup mata, lalu meraba sebuah mobil. Jadi, Anda raba ini kira-kira depannya, ini bumpernya, ini rodanya, mundur lagi, oh... ini ternyata bodi tengahnya, ini lampu belakang. Dimensinya sekitar 50 meter dan ke sana 40 meter,” katanya.
Ia menyebutkan, pihaknya juga tidak bisa memastikan apakah itu kapal USS Langley atau bukan. ”Kami tidak memastikan. Kecuali sudah ada bukti otentik, seperti tulisan atau lonceng,” ujarnya.
Historical diver Ady Setyawan yang turut menyelam menyampaikan, berdasarkan tulisan di headstamp, ”CAL 50 FA 33”, amunisi itu buatan Pennsylvania tahun 1933. Namun, terkait nama kapal tempat ditemukannya amunisi itu, dirinya tidak bisa memastikan apakah itu kapal USS Langley atau bukan.
Berdasarkan sejarah, kata Ady, perang di Cilacap terjadi dua kali, yaitu pada 1942 dan 1947. ”Dari surat kabar sezaman, pada 1942 ada 23 kapal ditenggelamkan di selat ini akibat dibombardir Jepang. Kita tahu juga bahwa saat itu Stasiun Cilacap hancur lebur,” katanya.
Ia menuturkan, wilayah Cilacap saat Perang Dunia II itu luluh lantak karena Pelabuhan Cilacap kala itu adalah pintu belakang Hindia Belanda. ”Kaburnya orang-orang Belanda semuanya dari Jakarta, Surabaya, kumpul di Cilacap untuk kabur ke Australia. Ini adalah pelabuhan penting sekali pada masa itu. Jadi, dibombardir,” kata Ady.
Diberitakan sebelumnya, pekan lalu, nelayan menemukan sekitar 6.000 amunisi berupa proyektil kaliber 12,7 mm, selongsong kaliber 12,7 mm, proyektil kaliber 7,62 mm, dan selongsong kaliber 7,62 saat menyelam di dasar air dan kemudian melaporkannya ke Pangkalan TNI Angkatan Laut Cilacap. Amunisi kaliber 7,6 kaliber mitraliur untuk pertahanan udara dan kaliber senjata perorangan.