Lestarikan Permainan Tradisional lewat Buku ”Lithong!”
Buku ”Lithong! Dolanan Tradisional Banyumasan” diterbitkan untuk menghidupkan lagi aneka permainan tradisional yang tergerus kemajuan zaman.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·2 menit baca
PURWOKERTO, KOMPAS — Dosen Universitas Amikom Purwokerto, Rida Purnama Sari, membuat buku berjudul Lithong! Dolanan Tradisional Banyumasan. Buku edukatif tentang aneka permainan tradisional ini disusun dengan visual yang menarik, dilengkapi tata cara permainan, serta filosofinya. Buku ini diharapkan jadi salah satu media untuk melestarikan permainan tradisional yang kian tergerus oleh perkembangan zaman.
”Sekarang tampaknya anak-anak sudah jarang main keluar rumah, main bareng. Kebanyakan terpaku pada gawai di rumah. Buku ini ingin menghidupkan lagi permainan tradisional yang ada di sekitar kita,” kata Rida, di Purwokerto, Kamis (22/6/2023).
Buku yang diterbitkan Zahira Media Publisher ini merupakan karya yang disusun saat Rida meraih gelar sarjana seni di Universitas Maranatha, Bandung, 2013-2014. Seperti diketahui, lithong merupakan seruan saat anak-anak di daerah Banyumas bermain petak umpet atau jonjang. Jika anak yang bersembunyi ketahuan, si pencari lalu berteriak lithong sambil berlari kembali ke pos jaganya.
Buku setebal 41 halaman dan berukuran 20 cm x 20 cm ini terdiri dari dua bagian. Pertama bagian Dolanan Ketangkasan (permainan ketangkasan) dan kedua adalah Dolanan Kesenian (permainan yang berkaitan dengan kesenian).
”Lewat buku ini, orangtua bisa mengenalkan aneka permainan tradisional ini di rumah kepada anaknya atau buku ini bisa juga dipakai di sekolah misalnya untuk muatan lokal SD,” ujar Rida.
Pada bagian permainan ketangkasan terdapat permainan tradisional benthik, gobag sodor, Ik Ol, banthan, klonthang, sigug, jonjang, dan sundha mandha. Adapun permainan kesenian terdiri dari permainan sledur, dudut keradut, soyang, dan thung balung. Pada permainan kesenian ini dibutuhkan kekompakan serta melatih seni peran, gerak, dan lagu.
”Buku ini juga disusun dengan bahasa ngapak atau panginyongan supaya orang Banyumas juga bangga dengan bahasa daerahnya,” katanya.
Marketing Director Penerbit Zahira Media Publisher Alfian Muhazir menyampaikan, buku permainan tradisional ini menarik karena dikemas dengan konsep desain komunikasi visual (DKV). ”Dengan gambar-gambar yang menarik ini, diharapkan bisa menjadi pembaruan literasi di masyarakat. Diharapkan generasi milenal jadi lebih kenal apa saja permainan tradisional di Banyumas ini,” tutur Alfian.
Menurut Alfian, permainan tradisional tetap perlu dilestarikan di tengah terpaan perkembangan teknologi. ”Lewat bermain bersama, anak-anak dilatih untuk belajar hidup bersosial. (Pasalnya) Kemajuan teknologi ini menghasilkan atau membuat hidup kita tersekat-sekat,” ujarnya.
Idhad Zakaria, ayah dari 3 anak di Purwokerto, mengapresiasi buku Lithong! yang diterbitkan untuk pelestarian dolanan tradisional ini. Namun, Idhad juga menilai 6 halaman pertama terlalu banyak ruang kosong yang mungkin akan membuat anak kurang bisa langsung melihat gambar atau pesan yang ingin disampaikan.