Biaya beratus-ratus juta rupiah harus disiapkan oleh keluarga calon mahasiswa yang ingin menempuh kuliah di kampus negeri di Surabaya, Jawa Timur, melalui jalur mandiri.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Seleksi nasional penerimaan mahasiswa baru untuk perguruan tinggi negeri di Surabaya, Jawa Timur, menyisakan jalur mandiri yang berbayar. Keluarga calon mahasiswa perlu menyiapkan biaya hingga beratus-ratus juta rupiah.
Di kota berjuluk ”Bumi Pahlawan” ini ada tujuh perguruan tinggi negeri, yakni Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Universitas Airlangga (Unair), Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur (UPN Veteran), Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA), Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS), dan Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS).
Untuk seleksi mandiri, setiap kampus menempuh kebijakan berbeda terutama dalam biaya yang akan dibebankan kepada calon mahasiswa. Secara umum, seleksi mandiri akan berlangsung hingga akhir bulan ini (Juni 2023) sehingga perkuliahan atau semester 1 (ganjil) akan dimulai pada Agustus 2023.
Mengutip dari laman https://www.its.ac.id/admission/sarjana/, ITS menetapkan kuota 2.500 orang untuk tiga jalur seleksi mandiri sarjana (S-1) yakni prestasi, umum, dan kemitraan. Calon mahasiswa dapat memilih maksimal 2 program studi yang diminati.
Daya tampung terendah untuk jalur seleksi mandiri ialah Teknik Pangan Fakultas Teknologi Industri dan Rekayasan Sistem yang cuma 20 orang. Daya tampung tertinggi ialah Teknik Informatika Fakultas Teknologi Elektro dan Informatika Cerdas yang 135 orang.
Uang kuliah jalur seleksi mandiri per semester untuk prestasi, umum, dan kemitraan ditetapkan setara dan ada tiga kategori. Setiap per semester ialah Rp 7,5 juta, Rp 10 juta, dan Rp 12,5 juta. Hanya jalur prestasi tidak dikenakan sumbangan pengembangan institusi (SPI) dan sumbangan pengembangan akademik (SPA).
Di jalur umum ditetapkan SPI berkisar Rp 15 juta-Rp 37,5 juta. SPA dibayarkan setiap semester dari semester 2 sampai semester 6 dengan kisaran Rp 3 juta-Rp 7,5 juta. Di jalur kemitraan nilai SPI ditetapkan sesuai dengan perjanjian kerja sama ITS dengan institusi mitra. SPA dibayarkan setiap semester dari semester 2 sampai semester 6 dengan kisaran Rp 5 juta-Rp 10 juta.
Menurut Kepala Subdirektorat Admisi ITS Unggul Wasiwitono, seleksi mandiri untuk memberikan kesempatan kepada calon mahasiswa yang tidak diterima lewat seleksi nasional berbasis prestasi atau seleksi nasional berbasis tes. Calon mahasiswa seleksi mandiri prestasi dan kemitraan harus mengikuti tes kemampuan akademik dari ITS. Ujian itu berupa tes potensi akademik dan tes kemampuan bidang dengan durasi masing-masing 90 menit.
”Calon mahasiswa agar membuat akun MyITS Admission terlebih dahulu melalui laman https://admission.its.ac.id,” ujar Unggul saat dihubungi, Rabu (7/6/2023). Di laman itu, calon mahasiswa perlu mendaftar dengan memasukkan data diri dan mengunggah dokumen terutama kartu tanda penduduk.
Selanjutnya, mengutip laman https://ppmb.unair.ac.id/, Unair menetapkan dua jalur mandiri, yakni reguler dan kemitraan. Selain itu, besaran uang kuliah semester dan uang kuliah awal minimal. UKS dibayarkan per semester, sedangkan UKA dibayarkan sekali di mula perkuliahan. Nilai UKS dan UKA berbeda untuk setiap program studi atau departemen.
Jika hasil tes tidak memenuhi kriteria sedangkan kemampuan UKA besar, kami tetap tidak akan menerima.
UKS mandiri reguler berada di kisaran Rp 6 juta-Rp 15 juta. UKA minimal Rp 25 juta-Rp 99 juta. UKA minimal terendah ada di Studi Kejepangan, Ilmu Sejarah, Bahasa dan Sastra Indonesia, Statistika, dan Fisika. Untuk UKA minimal tertinggi ada di Kedokteran. UKS mandiri kemitraan setara dengan yang reguler, yakni Rp 6 juta-Rp 15 juta. Namun, UKA minimal kemitraan berkisar Rp 25 juta (ilmu sejarah)-Rp 300 juta (kedokteran).
Rektor Unair Mohammad Nasih menyatakan, jalur mandiri tidak menitikberatkan pada uang kuliah awal yang dibebankan kepada calon mahasiswa reguler atau kemitraan. Dalam jalur mandiri ada tiga pilihan, yakni nilai ujian tulis berbasis kompetensi dan tes kemampuan akademik, ujian TPA dan TPS, dan kemitraan jalur ujian tulis.
”Pada prinsipnya, seleksi jalur mandiri juga berpaku pada kemampuan calon mahasiswa. Jika hasil tes tidak memenuhi kriteria sedangkan kemampuan UKA besar, kami tetap tidak akan menerima,” kata Nasih.
Dari dua kampus terkemuka itu tergambar bahwa biaya kuliah di kampus negeri di Surabaya bisa menguras ekonomi keluarga terutama dari kalangan sederhana. Di ITS, yang tidak dikenai biaya SPI dan SPA, setidaknya harus merogoh kocek terendah Rp 7,5 juta per semester (enam bulan) atau Rp 1,25 juta per bulan.
Itu cuma biaya kuliah atau belum termasuk biaya hidup. Adapun biaya hidup minimal bisa mengacu pada nilai kebutuhan hidup layak dengan asumsi separuh dari upah minimum regional terkini (Rp 4,525 juta) atau Rp 2,26 juta.
Artinya, biaya terendah yang harus disiapkan per bulan untuk berkuliah di kampus negeri di Surabaya dengan catatan tanpa terkena SPI dan SPA ialah Rp 3,51 juta. Jika rata-rata kemampuan calon mahasiswa menyelesaikan kuliah sarjana selama empat tahun atau 48 bulan, biaya terendah yang harus disiapkan untuk jalur mandiri ialah Rp 168,5 juta. Ini belum termasuk kebutuhan membeli buku, busana almamater, biaya praktik, dan lainnya.
Penghitungan serupa jika diterapkan pada calon mahasiswa Kedokteran Unair jalur seleksi mandiri reguler akan menghasilkan angka yang cukup fantastis. Seorang mahasiswa program studi ini minimal menghabiskan Rp 15 juta per semester atau Rp 2,5 juta per bulan. Biaya hidup diasumsikan Rp 2,26 juta perbulan. UKA minimal diasumsikan Rp 100 juta.
Sampai lulus menjadi sarjana kedokteran diasumsikan empat tahun sehingga biaya yang harus disiapkan Rp 228,5 juta. Angka itu belum mencakup biaya membeli buku, pakaian almamater, dan praktik.