Penerbangan dari Bandara Kertajati ke Malaysia Pacu Pengembangan Pariwisata
Penerbangan dari Bandara Internasional Jawa Barat Kertajati di Kabupaten Majalengka menuju Kuala Lumpur, Malaysia, oleh AirAsia dapat memacu pariwisata di wilayah Jabar. Namun, pengembangannya butuh akses dan promosi.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·4 menit baca
MAJALENGKA, KOMPAS — Penerbangan dari Bandara Internasional Jawa Barat Kertajati di Kabupaten Majalengka menuju Kuala Lumpur, Malaysia, oleh AirAsia dapat memacu pariwisata di wilayah Jabar. Namun, pengembangannya membutuhkan akses jalan tol dan promosi wisata.
Penerbangan perdana oleh maskapai AirAsia untuk rute Kertajati-Kuala Lumpur dan sebaliknya itu berlangsung pada Rabu (17/5/2023). Atraksi penyemprotan air atau water salute ke badan pesawat menandai pendaratan dari Kuala Lumpur ke Kertajati sekitar pukul 10.00.
Pesawat Airbus A-320 itu membawa 64 penumpang atau sekitar 36 persen dari total kapasitas 180 tempat duduk. Adapun penerbangan rute Kertajati-Kuala Lumpur dengan nomor AK 419 yang berangkat pukul 11.00 itu berisi 125 penumpang atau okupansinya sekitar 70 persen.
”(Okupansi) ini sudah bagus untuk penerbangan pertama. Ke depan, kami berharap bisa 80 persen,” ucap CEO AirAsia Malaysia Riad Asmat. Menurut rencana, penerbangan rute Kertajati-Kuala Lumpur dan sebaliknya berlangsung dua kali sepekan, yakni setiap Rabu dan Minggu.
”Kalau permintaannya naik, kami akan meningkatkan frekuensi penerbangan. Mungkin bisa empat kali seminggu,” ujar Riad. Ia meyakini Bandara Kertajati punya potensi besar untuk penerbangan internasional. Selain luas, bandara itu juga bisa memangkas waktu transportasi.
Warga Cirebon dan sekitarnya yang ingin ke Malaysia, misalnya, tidak perlu lagi ke Bandara Internasional Soekarno-Hatta dengan menempuh waktu perjalanan sekitar empat jam. Mereka cukup ke Bandara Kertajati, sekitar 45 menit dari Cirebon. Ini dapat menekan biaya perjalanan.
”Penerbangan (Kertajati-Kuala Lumpur) ini juga untuk mengeksplor Jabar. Kami yakin ini mendukung pariwisata Indonesia, terutama Jabar,” ujarnya. Wisatawan asal Malaysia dapat lebih mudah ke provinsi itu. Sebaliknya, warga Jabar bisa berwisata ke negeri jiran via Kertajati.
Head of Government Relations Indonesia AirAsia Eddy Krismeidi menambahkan, Indonesia adalah pasar potensial untuk wisatawan Malaysia. Mengutip data Badan Pusat Statistik, hingga Maret 2023, sekitar 15 persen dari 809.000 wisatawan ke Indonesia berasal dari Malaysia.
”Kami juga yakin wisatawan mancanegara yang ke Jabar paling banyak berkebangsaan Malaysia,” ucapnya. Meski demikian, katanya, belum banyak wisatawan yang mengenal Bandara Kertajati. Itu sebabnya, ia mendorong berbagai pihak mempromosikan bandara tersebut.
”Kami juga bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah. Hari ini ada delapan media internasional dari Malaysia yang akan melakukan perjalanan di Cirebon dan sekitarnya,” ungkapnya. Upaya itu untuk mengenalkan Bandara Kertajati sekaligus pariwisata di Cirebon.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jabar Benny Bachtiar mengatakan, Cirebon dan wilayah sekitarnya memiliki potensi pariwisata yang besar. Kuliner, misalnya, ada nasi jamblang dan empal gentong. Wisata alam berupa air terjun atau curug juga tersebar di Majalengka.
”Kami sangat menunggu penerbangan ini. Kami berharap penerbangan ke Malaysia ini tidak sesaat saja. Kami akan mendukung dengan daya tarik wisatanya,” ujar Benny. Menurut dia, dengan penduduk hampir 50 juta jiwa, Jabar punya potensi bagus untuk industri penerbangan.
Direktur Utama PT Bandara Internasional Jabar (BIJB) Muhamad Singgih mengatakan, penerbangan ke Malaysia kali ini membuktikan Bandara Kertajati mampu melayani penerbangan internasional. Sebelumnya, bandara ini juga beberapa kali menerbangkan jemaah umrah.
Bahkan, akhir Mei nanti, bandara yang beroperasi sejak 2018 ini akan melayani perdana penerbangan calon jemaah haji. Adapun penerbangan domestik belum dilakukan sejak pandemi Covid-19 tahun 2020. Bandara yang mampu menampung 22 pesawat itu pun kerap sepi.
”Penerbangan ke Malaysia ini membuat bandara mulai ramai dan puncaknya saat Jalan Tol Cisumdawu (Cileunyi-Sumedang-Dawuan) selesai,” ujarnya. Jalan tol yang ditargetkan rampung bulan depan ini dapat mempercepat akses dari Bandung ke bandara menjadi hanya satu jam.
Selama ini, pengendara dari Bandung harus melalui 160 kilometer via Jalan Tol Cikampek-Purwakarta-Padalarang (Cipularang) dan Cipali dengan waktu tempuh sekitar dua jam. ”Setelah Tol Cisumdawu beroperasi penuh, penerbangan dari Bandung akan pindah ke sini,” katanya.
Kementerian Perhubungan akan memindahkan penerbangan reguler dari Bandara Husein Sastranegara di Bandung ke Bandara Kertajati secara bertahap tahun ini. Hal serupa pernah dilakukan pada 2019. Namun, pola itu tidak berlanjut karena Jalan Tol Cisumdawu belum beroperasi.
Vera (30), salah satu penumpang di Bandara Kertajati, berharap Jalan Tol Cisumdawu segera tuntas untuk memudahkan warga Bandung ke Kertajati. Apalagi, Bandara Husein tidak lagi melayani penerbangan ke Malaysia. ”Kalau ke Husein, saya cuma 15 menit. Ini ke Kertajati sampai dua jam,” ucap warga Bandung ini.