37 Warga Kebumen Terkena Bakteri ”E-coli”, Sumber Mata Air Ditutup Sementara
Sebanyak 37 warga di Kebumen terjangkit bakteri ”E-coli”. Sumber mata air ditutup sementara untuk mencegah bertambahnya kasus.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
KEBUMEN, KOMPAS — Sebanyak 37 warga Kabupaten Kebumen, khususnya yang berada di Desa Giripurno, Kecamatan Karanganyar, terserang bakteri E-coli dengan gejala diare akut. Kasus tersebut telah ditangani oleh Pemerintah Kabupaten Kebumen dan semua sudah dinyatakan sembuh. Diduga mata air tercemar kotoran hewan liar sehingga untuk sementara mata air di desa itu ditutup.
”Berdasarkan hasil uji laboratorium, bakteri E-Coli itu disinyalir bersumber dari empat sumber mata air. Kami sudah minta untuk dilakukan penutupan sementara karena harus dilakukan penanganan,” kata Bupati Kebumen Arif Sugiyanto seperti dikutip dari siaran pers, Selasa (16/5/2023).
Untuk memastikan bakteri itu tidak menyebar lagi ke warga masyarakat, Arif langsung memimpin rapat penanganan bakteri E-coli di Balai Desa Giripurno bersama dinkes, Dinas PUPR, BPBD, PDAM, aparatur kecamatan dan desa serta dari unsur TNI/Polri.
Arif prihatin atas temuan bakteri E-coli yang menyerang warga Desa Giripurno. Atas kejadian tersebut, pihaknya memutuskan untuk melakukan beberapa langkah penanganan, yakni menutup sementara sumber mata air yang digunakan oleh 37 warga tersebut.
Menurut dia, bakteri itu akibat dari kotoran hewan liar sebab lahan hutan di sana diketahui masih banyak bintang monyet liar dan babi hutan. ”Untuk sumber-sumber air tersebut, masih terus dilakukan uji lab, sekaligus dengan pemberian obat kaporit,” ujarnya.
Selain menggunakan sumber mata air dari hutan sekitar, warga Giripurno juga menggunakan air yang bersumber dari Pamsimas (program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat) dengan cara dibor di kedalaman 100 meter. Berdasarkan hasil lab, air yang bersumber dari Pamsimas aman dari bakteri, begitu juga air-air dari sumur warga.
”Kami sudah minta agar sumber-sumber air tadi untuk diberikan kaporit secara kontinu atau terus-menerus, seperti proses penyaringan air yang dilakukan PDAM, agar bakteri-bakteri itu mati, tidak berkembang,” paparnya.
Agar lebih aman, saya harap masyarakat ketika merebus air untuk minum setelah mendidih itu ditunggu sampai 3 menit, insya Allah bakteri E-coli dan Coliform mati.
Untuk sumber air yang ditutup sementara, lanjut Arif, nanti kebutuhan air warga akan disuplai dari air Pamsimas yang sudah dipastikan aman. Sebab, di Pamsimas rutin dilakukan pengecekan kondisi air.
Meski begitu agar lebih aman, Arif meminta masyarakat merebus air untuk minum hingga mendidih. ”Agar lebih aman, saya harap masyarakat ketika merebus air untuk minum setelah mendidih itu ditunggu sampai 3 menit, insya Allah bakteri E-coli dan Coliform mati,” katanya.
Arif juga berharap kepada masyarakat agar betul-betul menjaga kebersihan lingkungan dengan tidak membuang air besar sembarangan, menjauhkan sumber mata air dari kadang ternak. Arif menyebut kadar bakteri Coliform di Giripurno sangat tinggi, yakni 158, padahal ambang batasnya hanya 50.
Sementara itu, Kades Giripurno Parsum mengatakan, temuan kasus bakteri E-coli di desanya bermula ketika ada anak-anak yang dilaporkan terkena diare akut. Anak tersebut langsung dilakukan penanganan di puskesmas pada 6 Mei kemarin. Namun, kasus diare massal itu bertambah banyak.
”Setelah itu grafiknya terus naik, tanggal 7 Mei ada lagi empat, kemudian puncaknya tanggal 10 ada delapan kasus, kemudian tambah-tambah terus sampai 37 kasus, semua sudah dilakukan penanganan dan alhamdulillah sudah sembuh,” kata Parsum.
Terkait adanya kabar satu orang warga yang meninggal karena E-coli, Parsum memastikan itu tidak benar karena satu warganya yang meninggal diketahui karena gagal ginjal. Pihaknya pun ikut arahan pemerintah daerah dalam penanganan kasus ini. ”Kalau untuk penanganan sepenuhnya, kami ikut arahan dari pemerintah daerah. Soal kabar meninggalnya warga kami itu bukan karena E-coli, melainkan ada riwayat gagal ginjal,” ucapnya.