Di Jatim, Ganjar Pranowo Ingin ”Metal” alias Menang Total
Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah sekaligus calon presiden dari PDI-P, memulai safari politik di Jatim dengan harapan dapat mengulang atau melampaui kesuksesan Joko Widodo yang berjaya di kontestasi 2014 dan 2019.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sekaligus calon presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan bersafari politik di Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (6/5/2023). Kehadirannya menyapa masyarakat memperkuat jaringan sukarelawan dan pendukung, dan konsolidasi pemenangan Pemilihan Umum 2024 bersama kader PDI-P Jatim.
Ganjar merupakan satu dari tiga nama yang telah diumumkan partai politik dan koalisi menjadi calon presiden. Dua nama lainnya ialah mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Prabowo Subianto.
Anies diusung Koalisi Perubahan untuk Persatuan dari Partai Nasional Demokrat (Nasdem), Partai Demokrat, dan Partai Keadilan Sejahtera. Prabowo, calon wakil presiden 2009, calon presiden 2014, dan 2019, diusung Gerindra.
Di Surabaya, Ganjar lari pagi di Lapangan THOR. Lapangan itu sebelumnya disiapkan menjadi arena latihan Piala Dunia U-20, yang akhirnya batal. Seusai berolahraga, Ganjar berjalan dan sempat menyapa kalangan warga.
Selanjutnya, dengan berkemeja merah dan kopiah hitam, Ganjar menghadiri konsolidasi akbar kader PDI-P Jatim di Ballroom Hotel Shangri-La. Pesertanya lebih kurang 1.600 orang.
Jatim merupakan daerah pertama yang didatangi Ganjar untuk safari politik sejak diumumkan sebagai capres. ”Bukan banteng kalau gembeng (mudah menangis),” kata Ganjar di sana.
PDI-P mendulang banyak suara di Jatim pada Pemilu dan Pilpres 2019. Di provinsi berpopulasi 40 juta jiwa ini, Presiden Joko Widodo dua kali memenangi pilpres.
Di Pilpres 2014, Jokowi-Jusuf Kalla meraih 11.669.313 suara sah (53,1 persen) sehingga melampaui 10.277.088 suara sah Prabowo-Hatta Rajasa (46,8 persen).
Pada tahun 2019, Jokowi-Maruf Amien meraih 16.231.668 suara sah (65,7 persen) yang melambung di atas 8.441.247 suara sah (34,3 persen) Prabowo-Sandiaga Uno.
Ganjar menginginkan sekaligus mendapat ”beban” untuk bisa melampaui kemenangan Jokowi-Amien 2019. PDI-P Jatim akan mencoba memenangkan Ganjar dengan perolehan sampai 75 persen.
”Mesti metal alias menang total,” katanya disambut gemuruh sorak-sorai kader PDI-P.
Setelah itu, Ganjar meresmikan Posko Pemenangan Relawan Ganjar Jatim di Pandegiling. Peresmian berlangsung di Prasasti Promeg (PDI Pro Megawati) yang diresmikan pada 2001 oleh Megawati saat menjabat presiden.
Prasasti itu penanda peristiwa cap jempol darah sebagai reaksi atas Kudatuli (Kerusuhan 27 Juli 1996, perebutan kantor DPP PDI di Jakarta). Di Pandegiling, Ganjar didampingi mantan wali kota Surabaya Whisnu Sakti Buana, kini Wakil Ketua PDI Jatim. Ganjar sempat diarak dengan replika banteng.
Ganjar kemudian mengikuti acara halalbihalal dengan kalangan warga dan penggerak usaha mikro kecil menengah (UMKM) di Balai Pemuda atau Alun-alun bersama Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi.
Selanjutnya, dia menghadiri napak tilas Proklamator Soekarno di Peneleh. Di kampung kuno di tepi Kalimas inilah, Soekarno dilahirkan, tepatnya di sebuah rumah di Gang Pandean IV.
Rumah itu telah diresmikan sebagai museum. Ganjar juga mendatangi Museum HOS Tjokroaminoto, kediaman yang pernah dihuni Soekarno dan sejumlah tokoh politik pra-kemerdekaan.
Di sela acara konsolidasi, Pelaksana Tugas Ketua PDI-P Jatim Said Abdullah mengatakan, kader-kader telah siap memanaskan dan menggerakkan mesin politik untuk memenangkan Ganjar. ”Kami sebagai kader tetap solid untuk mendukung keputusan mengusung Pak Ganjar,” katanya.
Said, anggota DPR, melanjutkan, memenangi kembali pemilu dan pilpres di Jatim amat penting karena provinsi ini memegang peran vital dalam penentuan.
”Maka itu, kami diingatkan terus agar tidak menjadi banteng gembeng, tetapi banteng ketaton (terluka),” ujarnya.
Ketaton merupakan ungkapan Jawa untuk situasi terluka. Banteng yang terluka biasanya ”mengamuk” untuk memenangkan hidup.
Secara terpisah, pengamat komunikasi politik Universitas Trunojoyo Madura, Surokim Abdussalam, mengatakan, Jatim tidak bisa disepelekan oleh capres untuk memenangi kontestasi. ”Meski dari jumlah pemilih berada di bawah Jawa Barat, tetapi kalau melepas Jawa Timur, lepas juga kemenangan,” katanya.
Jatim bisa dibilang sebagai palagan paling menantang untuk capres. Alasannya, karakter kebudayaan di Jatim yang beragam.
Kalangan sosiolog biasanya membagi Jatim berdasarkan empat tlatah atau kawasan kebudayaan, yakni Mataraman, Arek, Madura, dan Pendalungan.
Namun, ada juga tlatah-tlatah kecil yang agak berbeda, yakni Madura Kepulauan, Madura Bawean, Panaragan, Tengger, Osing, dan Sedulur Sikep (Samin).