Kerja Lembur Produsen Oleh-oleh Saat Libur Lebaran
Para produsen oleh-oleh dan makanan khas di Yogyakarta dan Magelang harus bekerja lembur saat libur Lebaran. Meski tak sempat menikmati liburan, mereka merasa senang karena pendapatannya meningkat.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·4 menit baca
Saat kebanyakan orang menikmati liburan pada masa Lebaran, para produsen oleh-oleh dan makanan khas di Yogyakarta dan Magelang justru berjibaku dengan pekerjaan. Mereka harus rela bekerja lembur untuk memenuhi permintaan yang melonjak, demi mendapat cuan.
Kerja lembur itulah yang dialami Danik Ayuningrum (21), pengelola usaha kuliner Gudeg Bu Slamet di daerah Wijilan, Kota Yogyakarta. Pada masa Lebaran tahun ini, Gudeg Bu Slamet mendapat pesanan 1.000 dus nasi gudeg dari Keraton Yogyakarta serta sekitar 100 dus nasi gudeg dari dua pelanggan lain. Semua pesanan itu harus dipenuhi pada Sabtu (22/4/2023) atau bertepatan dengan hari raya Idul Fitri yang ditetapkan pemerintah.
Untuk memenuhi pesanan itu, Danik dan keluarganya pun harus memasak gudeg sejak Jumat malam hingga Sabtu. ”Saat warga lainnya sibuk takbiran, kami sekeluarga sibuk berkutat di dapur,” ujar Danik saat ditemui di warung Gudeg Bu Slamet, Senin (1/5/2023).
Gudeg Bu Slamet adalah salah satu warung gudeg yang telah lama berdiri di sentra gudeg Wijilan. Rumah makan itu didirikan oleh Bu Slamet, yang merupakan nenek Danik, sejak tahun 1946.
Pada tahun 2021, Bu Slamet meninggal sehingga warung itu kemudian dikelola oleh Danik, ayah dan ibunya, serta seorang karyawan. Namun, untuk memenuhi pesanan yang melonjak saat Lebaran, Danik mengajak suami dan kakaknya untuk ikut memasak.
Pengalaman memasak menjelang Lebaran itu sangat berkesan bagi suami Danik. Mereka baru menikah tahun 2021 sehingga pengalaman bekerja saat masa Lebaran itu tentu mengejutkan sang suami.
”Di tengah-tengah rasa lelah mengerjakan begitu banyak aktivitas di dapur, waktu itu suami saya sempat berseloroh, kita ini sebenarnya jadi Lebaran atau tidak,” ujar Danik sembari tertawa.
Selain harus memenuhi pesanan, keluarga Danik juga memutuskan tetap membuka warung Gudeg Bu Slamet saat Idul Fitri. Hal ini karena Bu Slamet dulu pernah berpesan agar tidak menutup warung, kecuali saat ada acara keluarga yang sangat penting.
Oleh karena itu, pada Sabtu (22/4/2023) pagi, ketika Danik dan suaminya menjalankan shalat Idul Fitri, warung Gudeg Bu Slamet tetap buka dengan ditunggui oleh ibunya, Ny Darminto (67).
Setelah shalat Idul Fitri dan melakukan kegiatan silaturahmi, Danik juga langsung kembali ke warung. Hari itu, warung tersebut hanya ditutup dua jam pada siang hari untuk memberi kesempatan bagi Danik dan keluarga serta karyawannya beristirahat sejenak.
Meski harus bekerja keras, Danik senang karena pesanan gudeg di warungnya tak lagi sepi seperti pada masa pandemi Covid-19 tahun 2020-2021. Pada tahun 2022, warung Gudeg Bu Slamet sudah mulai didatangi banyak pembeli. Namun, kala itu, jumlah pesanan nasi gudeg tidak terlalu banyak.
Bakpia dan getuk
Fitri Febriana (27), pemilik usaha Bakpia 731 Dewa di Kampung Pathuk, Kota Yogyakarta, juga merasakan kerja keras saat libur Lebaran. Untuk memenuhi permintaan saat libur Lebaran, Fitri dan para karyawannya telah menyiapkan stok bakpia sejak pertengahan bulan Ramadhan.
Selama sekitar dua minggu di bulan Ramadhan, delapan karyawan Bakpia 731 Dewa bekerja lembur hingga pukul 21.00. ”Kalau bekerja hingga pukul 21.00, mereka kami hitung sudah bekerja lembur selama dua hari,” katanya.
Fitri menambahkan, jumlah bahan baku tepung kacang hijau yang digunakan untuk membuat bakpia pun bertambah. Pada hari biasa, tepung kacang hijau yang digunakan hanya 1 zak atau sekitar 25 kilogram per hari. Namun, menjelang libur Lebaran, tepung kacang hijau yang digunakan bisa meningkat menjadi 4-5 zak per hari.
Untuk memenuhi permintaan saat libur Lebaran, Fitri dan para karyawannya telah menyiapkan stok bakpia sejak pertengahan bulan Ramadhan.
Usaha Bakpia 731 Dewa, yang berdiri pada tahun 1997, sebenarnya memproduksi bakpia dengan tujuh varian rasa. Namun, kacang hijau menjadi varian rasa utama sehingga tepung kacang hijau yang digunakan pun sangat banyak.
Selain menambah stok bakpia, Fitri juga menambah stok berbagai jajanan dan makanan khas yang diproduksi oleh usaha lain, seperti yangko, wajik, dan aneka keripik. ”Untuk libur Lebaran saat ini, rata-rata stok makanan khas saya tambah empat hingga lima kali lipat lebih banyak dari hari biasa,” ungkapnya.
Kerja keras saat Lebaran juga dilakoni Rifa Zulaicha (36), pemilik usaha Getuk Pojok di Pasar Rejowinangun, Kota Magelang, Jawa Tengah. Para hari pertama Lebaran, Rifa meliburkan usahanya. Namun, pada hari kedua, dia dan keluarganya kembali membuka usaha tersebut.
Tak disangka, saat itu, banyak pelanggan ramai berdatangan. Selain melayani pembeli yang datang langsung, Rifa juga masih harus melayani pesanan ke rumah-rumah pelanggan. ”Saking ramainya pembeli, waktu itu saya sampai enggak sempat minum seharian,” ujarnya.
Selama masa libur Lebaran, jumlah produksi getuk meningkat signifikan. Pada hari-hari biasa, produksi getuk di Getuk Pojok hanya memakai bahan baku 1-2 kuintal singkong per hari. Namun, pada masa libur Lebaran, bahan baku singkong yang dipakai mencapai 3-4 kuintal per hari.
Selepas H+3 Lebaran, permintaan getuk mulai berkurang. Namun, Rifa masih menerima puluhan pesanan getuk yang ditata di atas penampi beras. Tatanan getuk semacam itu biasanya diminta oleh pelanggan yang menggelar hajatan di rumah.
Bagi para pelaku usaha oleh-oleh dan makanan, masa libur Lebaran memang menjadi kesempatan untuk menambah pendapatan. Itulah kenapa, mereka rela tak libur demi kerja lembur untuk mendapat cuan.