Literasi untuk Merawat Mimpi Anak-anak di Purbalingga
Anak-anak di Desa Muntang, Kabupaten Purbalingga, merayakan Hari Pendidikan Nasional dengan beraktivitas di perpustakaan. Kegiatan literasi yang mereka lakoni diharapkan bisa ikut merawat mimpi dan cita-cita mereka.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·4 menit baca
Mata belasan anak usia balita hingga sekolah dasar itu tampak berbinar-binar. Jemari tangan mereka sibuk membolak-balik lembar demi lembar buku di pangkuan. Ada yang duduk bersila di lantai. Ada yang bersandar di kursi kayu, bahkan ada pula yang rebahan di beanbag alias bantal santai.
Anak-anak tersebut sedang berkumpul di sebuah rumah di Desa Muntang, Kecamatan Kemangkon, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, Minggu (30/4/2023) pagi. Di teras depan rumah tua itu, terdapat lebih dari 7.000 buku. Ada yang berjejer di rak-rak, ada pula yang bertumpuk dan tersebar di sejumlah meja.
Rumah tersebut merupakan milik keluarga Raden Roro Hendarti (50), pendiri Perpustakaan Bergerak Limbah Pustaka. Pagi itu, Hendarti sengaja menggelar hajatan sederhana guna menyambut peringatan Hari Pendidikan Nasional. Dia mengundang anak-anak di sekitar tempat tinggalnya untuk membaca buku, bermain, sekaligus makan bersama.
Sembari menanti persiapan acara, anak-anak yang telah datang diajak untuk memilih buku dan membacanya. Tak lama kemudian, terpal oranye digelar di halaman rumah, lalu anak-anak itu pun duduk melingkar di sana. Hendarti lalu meminta sejumlah anak tampil ke tengah lingkaran untuk menyampaikan apa cita-citanya saat besar nanti.
Salah seorang anak yang maju adalah Shafi (11), yang merupakan siwa kelas 6 SD. ”Nama saya Shafi, cita-cita saya ingin menjadi pilot. Saya ingin menerbangkan pesawat dan jalan-jalan ke luar negeri,” tuturnya.
Perkataan Shafi itu lalu disambut tepuk tangan oleh teman-temannya. Hendarti lalu mengajukan pertanyaan kepada Shafi. ”Kalau jadi pilot, sekolahnya sampai apa ya?” katanya.
Hendarti kemudian menguatkan jawaban Shafi dengan menyampaikan bahwa setelah SMA masih ada jenjang pendidikan tinggi. Untuk menjadi pilot, seseorang juga harus belajar di sekolah khusus penerbangan.
Dengan cara itu, Hendarti berupaya menanamkan kesadaran kepada anak-anak tentang pentingnya sekolah demi meraih cita-citanya. ”Shafi siap belajar sampai setinggi langit?” kata Hendarti.
“Siap!” jawab Shafi lagi sembari menerima hadiah dari Hendarti.
Setelah Shafi, Hendarti mengajak anak-anak lain maju ke depan. Namun, mereka masih malu-malu untuk tampil di muka. Dia lalu mendekati Fakih Azan Almufarid (8).
Setelah ditanya, Fakih mengaku ingin menjadi pemain sepak bola. Ketika ditanya mengapa ingin jadi pemain sepak bola, dengan lugu dia menjawab, ”Karena ingin ke luar negeri.”
”Wah iya, kalau ingin ke luar negeri, tidak hanya dengan jadi pilot ya. Jadi pemain bola juga bisa ke luar negeri,” kata Hendarti.
Hendarti juga bertanya bagaimana cara menjadi pemain sepak bola. Fakih menjawab dengan latihan dan sekolah. Kepada Fakih dan teman-temannya, Hendarti juga mengutarakan harapan semoga di desanya ada sekolah atau lembaga pembinaan sepak bola bagi anak-anak sekaligus lapangan yang memadai untuk berlatih.
Putus sekolah
Acara pagi itu merupakan bagian dari kegiatan Perpustakaan Bergerak Limbah Pustaka yang didirikan Hendarti sejak beberapa tahun lalu. Mulanya, Hendarti mengelola perpustakaan desa sejak tahun 2007. Perpustakaan yang didirikan sejak tahun 1980 itu awalnya ada di balai desa. Namun, karena sepi pengunjung, buku-buku perpustakaan itu lalu dipindahkan ke ruang tamu rumah Hendarti.
Untuk memancing kehadiran anak-anak dan remaja ke perpustakaan, Hendarti memberikan hadiah alat tulis kepada mereka. Hal itu membuat perpustakaan ramai pengunjung hingga 2015. Namun, pada tahun 2016, pengunjung perpustakaan kembali surut.
Hendarti, yang juga mengelola Bank Sampah Sahabatku, kemudian berinisiatif membawa ratusan buku berkeliling desa dengan sepeda motor roda tiga pengangkut sampah. Warga dan anak-anak bisa meminjam buku yang dibawanya sembari menyerahkan sampah daur ulang kepadanya.
Dari aktivitas inilah kemudian lahir Perpustakaan Bergerak Limbah Pustaka yang bertahan hingga sekarang. Saat ini, tercatat ada sekitar 800 orang yang pernah meminjam buku ke perpusatakaan itu. Dari jumlah tersebut, 80 persen di antaranya anak-anak.
Selain melayani peminjaman buku, Limbah Pustaka juga menggelar berbagai acara, termasuk kegiatan peringatan Hardiknas tahun ini. Menurut Hendarti, kegiatan itu digelar untuk memberi semangat anak-anak di desanya agar mereka mau bersekolah hingga jenjang tertinggi.
Hendarti mengisahkan, selama ini, pendidikan anak-anak di sekitar tempat tinggalnya masih menghadapi tantangan. Hal ini karena banyak keluarga yang kurang mendukung anak-anaknya untuk sekolah ke jenjang tinggi.
”Masih ada anak yang putus sekolah. Bukan karena orangtua tidak mampu membiayai, melainkan anak-anak itu memilih cepat kerja,” katanya.
Banyak keluarga yang kurang mendukung anak-anaknya untuk sekolah ke jenjang tinggi.
Menurut Hendarti, sebagian remaja yang baru lulus SMP di desanya lebih suka bekerja di industri rumah tangga pembuatan knalpot. Selain itu, banyak anak yang tinggal bersama kakek dan neneknya karena orangtua mereka bercerai, bekerja di luar negeri, atau terlibat kasus kriminal.
Anak-anak yang tinggal bersama kakek dan nenek itu biasanya menjalani pendidikan secara apa adanya karena tidak ada yang mengawasi secara penuh. Kondisi itulah yang mendorong Hendarti untuk menggelar berbagai kegiatan literasi melalui Limbah Pustaka.
Melalui beragam aktivitas itu, impian anak-anak di Desa Muntang diharapkan bisa terus dijaga. Dengan begitu, mereka bisa meraih cita-cita yang selama ini mereka dambakan.