Jutaan pemudik dengan sepeda motor menyemut selama arus mudik Lebaran 2023. Para pemudik harus menjaga konsentrasi, menahan penat dan panas sepanjang ratusan kilometer.
Oleh
HIDAYAT SALAM, Stephanus Aranditio
·4 menit baca
Jutaan pemudik dengan sepeda motor menyemut selama arus mudik Lebaran 2023. Mereka menempuh ratusan kilometer perjalanan dan memadati ruas-ruas jalan demi bertemu keluarga di kampung halaman. Mudik dengan sepeda motor masih digemari masyarakat meski mereka sadar moda transportasi ini punya risiko keselamatan.
Para pemudik dengan sepeda motor mengular dari DKI Jakarta menuju daerah-daerah tujuan mudik seperti di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Jumlah mereka puluhan ribu, bahkan ratusan ribu. Pada Rabu (19/4/2023) sore, hari pertama cuti bersama, pemudik sepeda motor mulai memadati jalan raya. Jumlah yang membeludak membuat pemudik sepeda motor mudah ditemui, baik di jalan raya maupun tempat-tempat istirahat.
Dari Jalan Kalimalang, Duren Sawit, Jakarta Timur, para pemudik sepeda motor menyusuri jalanan ke arah Tambun, Bekasi, Jabar, kemudian lurus ke Cikarang, Karawang, Cikampek, Camieng, Chiasem, Pamanukan, dan terus ke arah timur.
Febrianto (28), misalnya, mudik naik sepeda motor bersama istri dan kedua anaknya yang berusia 3 tahun dan 5 tahun. Keluarga ini menempuh perjalanan dari Rawamangun, Jakarta Timur, menuju Banjarnegara, Jawa Tengah.
Febrianto dan keluarga memilih naik sepeda motor untuk mengantisipasi kemacetan di jalan tol. ”Ini pertama kali kami mudik naik sepeda motor. Biasanya pakai mobil pribadi bersama ibu dan kakak saya. Kalau menggunakan mobil, saya khawatir membutuhkan waktu lebih lama untuk sampai ke kampung,” ujarnya yang ditemui di salah satu SPBU di Cikarang Utara, Bekasi.
Febrianto juga mudik ditemani saudaranya, Jayadi (29), dan ibunya. Dengan naik sepeda motor, Febrianto membonceng istrinya, Aisyah (26), yang menggendong anak keduanya di bagian belakang. Sementara anak pertamanya dibonceng oleh Jayadi dan ibunya. Keluarga ini menempuh perjalanan jauh sambil membawa sejumlah barang yang diapit di antara tubuh mereka.
Dengan mudik menggunakan sepeda motor, Febrianto memprediksi akan menempuh perjalanan selama maksimal sepuluh jam dari Jakarta Timur menuju Banjarnegara . Jika naik mobil waktu tempuhnya bisa lebih dari 10 jam karena ada kemacetan parah di jalan tol.
”Sepeda motor juga lebih fleksibel. Selama di kampung bisa dipakai untuk berkeliling dan silaturahmi. Saya tadi berangkat pukul 13.00, diperkirakan sampai tengah malam nanti,” ujarnya.
Febrianto enggan menggunakan kendaraan umum karena ongkosnya lebih mahal. Harga satu tiket bus menuju Banjarnegara bisa mencapai Rp 350.000 per orang. Sementara untuk naik sepeda motor, ia hanya mempersiapkan uang bensin sekitar Rp 200.000. Ongkos ini bisa dipakai untuk mengangkut seluruh keluarga.
Pemerintah dan sejumlah lembaga BUMN telah menyediakan program mudik gratis bagi masyarakat untuk mengurangi jumlah pemudik dengan sepeda motor. Febrianto mengaku tidak mengetahui cara mendaftarkan diri pada program mudik gratis itu.
Hal serupa juga diungkapkan Ikhya Ulumuddin (28), pemudik dari Cinere, Depok, Jabar, menuju Tegal, yang enggan mengikuti program mudik gratis karena harus berebut tiket gratis. Selain itu, akses informasi mudik gratis yang ia peroleh juga terbatas.
”Saya tidak begitu paham cara mendapatkan tiket mudik gratis. Pilihan mudik dengan sepeda motor karena lebih praktis untuk berkeliling dan silaturahmi di kampung,” tutur Ikhya yang mudik bersama istri dan anaknya yang berumur tiga tahun.
Menurut ia, dengan naik sepeda motor, ongkosnya jauh lebih hemat. Selain itu, selama perjalanan ia tidak perlu terhambat kemacetan.
Yatman (39) yang membawa istri dan mudik ke Kebumen, Jawa Tengah, beralasan sama. Ia menyebut biaya yang dikeluarkan untuk bahan bakar minyak mencapai Rp 80.000.
”Saya sudah lebih dari lima kali mudik naik sepeda motor. Kalau lancar perjalanan kami sekitar sepuluh jam saja dengan kecepatan 60 kilometer per jam,” kata Yatman.
Perjalanan pemudik sepeda motor tidak selalu mulus. Apalagi, di tengah arus mudik Lebaran saat pengguna jalan berimpitan di jalan raya.
Mereka masih harus menjaga konsentrasi, menahan penat dan panas sepanjang ratusan kilometer. Namun, mudik dengan sepeda motor tetap primadona.
Yatman tahu, mudik menggunakan sepeda motor risikonya besar. Namun, menurut dia, mudik dengan sepeda motor bisa bebas mengatur waktu perjalanan. ”Kalau risiko kecelakaan, semua kendaraan ada risikonya, tidak hanya motor. Mudah-mudahan selamat sampai tujuan,” tuturnya.
Pemerintah, lembaga BUMN, dan perusahaan swasta telah menawarkan pengangkutan sepeda motor gratis ke daerah tujuan pemudik. Namun, pemudik sepeda motor tetap membeludak.
Hasil survei Badan kebijakan Transportasi Kementerian Perhubungan, diperkirakan potensi pergerakan nasional pada Lebaran 2023 sebesar 45,8 persen dari jumlah penduduk atau sekitar 123,8 juta orang.
Dari jumlah itu, sebagian besar memilih memakai mobil pribadi, yakni 27,32 juta orang atau 22,0 persen, diikuti oleh pemudik dengan sepeda motor sebanyak 25,13 juta orang atau 20,30 persen.
Pengamat transportasi, Djoko Setijowarno, mengatakan, ada beberapa alasan yang membuat para pemudik memilih menggunakan sepeda motor. ”Aspek penghematan biaya dan kemudahan mobilitas di kampung halaman merupakan daya tarik penggunaan sepeda motor,” tutur Djoko.
Selain itu, minimnya layanan fasilitas transportasi umum di daerah membuat pemudik lebih memilih kendaraan pribadi ketimbang transportasi umum. Sebab, di kampung halaman masih dapat bermobilitas untuk silaturahmi, wisata, dan jalan-jalan.
Banyaknya pemudik dengan sepeda motor ini rentan terjadi kecelakaan lalu lintas. Apalagi, tidak sedikit pemudik bersepeda motor membawa dan anak-anaknya. Keselamatan anak-anak sering kali terabaikan saat perjalanan mudik bersepeda motor. ”Melarang pemudik membawa anak-anak sudah harus dilakukan dan terus didengungkan,” katanya.