Petani Lampung Tidak Menikmati Kenaikan Harga Kopi
Produksi kopi robusta di Kabupaten Lampung Barat, Lampung, anjlok tajam hingga 70 persen. Pasokan kopi yang terbatas membuat harga kopi meningkat.
Oleh
VINA OKTAVIA
·2 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Petani di Lampung Barat, Lampung, tidak menikmati tingginya harga kopi. Alasannya, hasil panen anjlok akibat tanaman kopi terdampak cuaca ekstrem.
Paryoto (53), petani kopi asal Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Lampung Barat, Lampung, menuturkan, harga kopi di tingkat petani berkisar Rp 30.000-32.000 per kilogram. Harga itu lebih tinggi dibandingkan tahun lalu, Rp 20.000-Rp 24.000 per kg.
Akan tetapi, petani kopi tidak bisa menikmati keuntungan. Alasannya, produksi kopi tahun ini anjlok. Hasil panen yang semula bisa mencapai 1,5 ton per hektar kini hanya setengah ton per hektar.
”Panen kopi tahun ini sedikit karena hujan deras turun bersamaan dengan masa tanaman kopi berbunga sehingga banyak yang rontok,” kata Paryoto saat dihubungi dari Bandar Lampung, Jumat (31/3/2023). Selain cuaca ekstrem, anjloknya produksi kopi juga dipengaruhi minimnya penggunaan pupuk oleh petani. Sebagian petani menanam kopi tanpa perawatan optimal.
Abdul Charis, Ketua Koperasi Kopi Agro Panca Bhakti di Kecamatan Sekincau, Lampung Barat, mengatakan, menipisnya pasokan kopi membuat pengiriman ke luar kota lantas dibatasi. Abdul Charis biasanya mengelola kopi petik merah hingga 300 kilogram. Saat ini, stok biji kopi itu mulai habis.
Dia berharap, hal ini bisa teratasi. Menurut dia, sebagian petani kopi di Kecamatan Sekincau belum selesai panen. ”Masa panen raya kopi di sini baru dimulai Mei hingga Juni,” katanya.
Untuk meningkatkan nilai tambah, sebagian petani memilih petik merah dan mengolah biji kopi menjadi green bean atau kopi bubuk secara mandiri. Biji kopi hasil petik merah dijual paling murah Rp 40.000 per kg dan kopi bubuk robusta Rp 100.000 per kg.
Dengan begitu, mereka bisa menjual kopi lebih tinggi dibandingkan sekadar menjualnya sebagai biji kopi asalan kepada tengkulak. Harga kopi asalan saat ini Rp 29.000-Rp 30.000 per kg. Hal itu membuat petani tidak bisa merasakan keuntungan yang maksimal.