Beragam cara dilakukan warga menanti saat berbuka puasa. Beberapa warga memilih menanti saat berbuka di tepian Sungai Kapuas, Kota Pontianak, Kalimantan Barat.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·4 menit baca
Beragam cara yang dilakukan warga untuk menanti saat berbuka puasa. Beberapa warga memilih menanti saat berbuka di tepian Sungai Kapuas, Kota Pontianak, Kalimantan Barat.
Sejumlah warga menikmati langit yang sedang pesta warna menjelang senja di salah satu lokasi kawasan waterfront Sungai Kapuas, Kota Pontianak, Kalimantan Barat, Minggu (26/3/2023). Di hadapan mereka telah tersedia makanan ringan untuk berbuka puasa yang akan disantap jika saatnya tiba.
Sembari menunggu berbuka, mereka menyaksikan kapal-kapal wisata yang lalu lalang. Sebagian warga juga tampak berada di kapal wisata yang membawa pengunjung menyusuri Sungai Kapuas. Kini terdapat 22 kapal wisata di Sungai Kapuas, Pontianak.
Azan berkumandang, waktu berbuka pun tiba. Mereka mulai menyantap makanan, mulai dari es hingga beragam kue. Tak lama terdengar dentuman meriam karbit. Meriam karbit salah satu keraifan lokal dari tepian Kapuas. Meriam karbit dulu menjadi penanda, misalnya tandanya jam berbuka puasa. Hingga kini, meriam karbit masih dimainkan.
”Saya baru pulang kerja. Kalau langsung ke rumah macet. Jadi, saya dan beberapa teman menanti waktu berbuka di tepian Kapuas saja,” ujar Rivan (22), salah satu warga Pontianak, Minggu sore.
Setelah berbuka puasa di tepian Kapuas, baru ia akan pulang ke rumah makan bersama keluarga. Ia juga memilih berbuka di tepian Kapuas karena suasana yang menarik baginya sembari menikmati senja. Ditambah lagi kawasan waterfront sudah dibenahi sehingga lebih representatif sebagai ruang publik.
”Saya berharap masyarakat menjaga fasilitas yang ada sehingga tetap nyaman menjadi tempat bersantai termasuk untuk saat-saat khusus berbuka puasa,” ujarnya lagi.
Selain itu, kata Rivan, jika ingin ke masjid juga bisa menyeberang menggunakan perahu cepat menuju Masjid Jami’ di Kecamatan Pontianak Timur. Pemilik perahu cepat sudah menanti di dermaga.
Fiona (20), warga lainnya yang juga berbuka puasa di tepian Kapuas, menuturkan, ia baru tahun ini berbuka di tepian Kapuas. Dengan menanti waktu berbuka di tepian Kapuas, ia juga ingin mencari suasana baru, mencari suasana segar setelah seharian berpuasa.
”Asik. Apalagi ada banyak pengunjung,” kata Fiona.
Senada dengan itu, Eva (21), pengunjung lainnya, menuturkan, ia berbuka di tepian Kapuas karena memang senang tempat yang bernuansa air. Kebetulan langit sore itu cerah, angin pun bertiup sepoi-sepoi. ”Segar di sini,” ujar Eva.
Beberapa warga juga ada yang sedang memancing sembari menunggu waktu berbuka di dermaga tepian Kapuas. Ada pula sebagian yang sekadar berjalan santai sembari mengabadikan gambar.
Kampung Caping
Di tepian Kapuas juga terdapat Kampung Wisata Caping, Pontianak, yang bisa menjadi alternatif pengunjung untuk menanti waktu berbuka. Tempat itu menyediakan kafe apung dengan beberapa makanan khas. Ada menu tertentu juga yang mesti dipesan sehari sebelumnya.
Beny Than Heri (38), pengelola Kampung Wisata Caping, menuturkan, di Kampung Caping terdapat kafe terapung yang bisa untuk tempat bersantai dan berbuka puasa bersama. Sajiannya mi bumbu yang terdiri dari bumbu kacang yang dihaluskan seperti bumbu pecal, daun sop, kecambah, dan telur rebus.
Selain itu, bisa juga menikmati ikan asam pedas atau nasi kebuli. Menu tersebut dalam paket wisata yang disebut makan saprahan. Makan saprahan merupakan tradisi makan bersama dengan duduk di lantai. Nasi dan lauk pauk dihidangkan di lantai yang telah diberi alas. Masyarakat duduk melingkar menghadap ke hidangan.
Makan saprahan bisa dilakukan di Rumah Cagar Budaya di Kampung Caping, rumah panggung adat Melayu. Makan saprahan di Rumah Cagar Budaya mungkin bisa menjadi alternatif untuk memberikan kesan tersendiri.
Bangunan itu telah berusia lebih dari 1 abad dan direkonstruksi ulang oleh Pemerintah Kota Pontianak. Tiang-tiangnya masih asli dari kayu ulin. Yang direkonstruksi adalah dinding, atap, dan lantai.
Dengan adanya Kampung Ramadhan nanti, tidak hanya pasar juadah, tetapi juga ada pesan-pesan moral berkaitan dengan syiar agama dan sebagainya.
Aktivitas warga juga menarik untuk dilihat menjelang waktu berbuka. Warga saat ini sedang membuat meriam karbit. Meriam karbit akan dimainkan pada malam Takbiran nanti sebagai kekayaan budaya Pontianak.
Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata Kota Pontianak Rizal Muthahar, seusai menghadiri peresmian KM Tepian Senghie, salah satu kapal wisata yang baru di Pelabuhan Senghie, Selasa (14/3), menuturkan, saat puasa kawasan tepian Sungai Kapuas biasanya ramai dikunjungi warga.
Apalagi, pada bulan puasa tahun ini, Kampung Ramadhan akan didirikan di Alun-alun Kapuas, yang berada di tepian Sungai Kapuas. Kampung Ramadhan di Alun-alun Kapuas dijadwalkan akan dibuka pada 2-16 April.
”Dengan adanya Kampung Ramadhan nanti, tidak hanya pasar juadah, tetapi juga ada pesan-pesan moral berkaitan dengan syiar agama dan sebagainya,” tuturnya.
Demikianlah Sungai Kapuas turut mewarnai momen-momen warga di Pontianak. Bahkan, pada saat malam Takbiran, tepian Kapuas juga meriah dengan permainan meriam karbit. Dentuman meriam akan terdengar bergantian dari berbagai lokasi di sepanjang tepian Kapuas, Kota Pontianak.