Pameran Lukisan Expression di Magelang, Kolaborasi Rasa dalam Goresan Warna
Sebanyak 12 seniman asal Indonesia dan 13 seniman Filipina berkolaborasi menggelar pameran bersama bertajuk Expression di Limanjawi Art Gouse di Kabupaten Magelang. Jumlah karya yang ditampilkan mencapai 53 lukisan.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·4 menit baca
KOMPAS/REGINA RUKMORINI
Berbagai kisah dari latar belakang budaya Indonesia dan Filipina ditampilkan dalam pameran lukisan bertajuk Expression yang digelar di Limanjawi Art House di Kecamatan Borobudur, Jawa Tengah, 19-31 Maret 2023. Pameran ini menampilkan 53 lukisan karya dari 26 seniman asal Filipina dan Indonesia.
Kerja sama lintas negara tidak melulu dituangkan dalam perjanjian formal di atas kertas. Kolaborasi beragam perbedaan isi kepala dan budaya bisa tertuang demikian cair dalam berbagai goresan kuas di atas kanvas.
Kerja sama penuh warna inilah yang ditunjukkan dalam pameran lukisan bertajuk Expression yang digelar di Limanjawi Art Housedi Desa Wanurejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, 19-31 Maret 2023. Melibatkan 13 seniman asal Indonesia dan 13 seniman asal Filipina, pameran ini menampilkan 53 karya lukisan dari berbagai macam aliran, seperti realisme, surealisme, dan abstrak.
Pameran tidak dimaksudkan untuk mengekang siapa pun yang terlibat dalam menampilkan tema tertentu yang sama. Expression yang dipakai sebagai judul pameran bermakna bahwa setiap seniman bebas untuk menuangkan ekspresi apa saja, dalam beragam karya sesuai keinginan mereka.
Namun, sebagai dua bangsa yang berasal dari rumpun budaya yang sama, sejumlah karya dari seniman Filipina pun terlihat menampilkan visual yang biasa terlihat di Indonesia.
KOMPAS/REGINA RUKMORINI
Pameran lukisan bertajuk Expression digelar di Limanjawi Art House, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, 19-31 Maret 2023. Pameran ini menampilkan 53 lukisan karya dari 26 seniman asal Filipina dan Indonesia.
Hal ini, antara lain, terlihat pada dua karya dari pelukis Roy Espinosa, yang masing-masing berjudul ”Beauty of Nature #2” dan ”Ethereal Landscape”. Dua lukisan yang semuanya berkisah tentang pemandangan tersebut menampilkan pemandangan yang sangat khas perdesaan di Nusantara, berupa pohon, batu, dengan latar belakang hijau rumput dan sebagian di antaranya menyerupai sawah.
Roy mengatakan, apa yang dilukisnya adalah pemandangan yang juga biasa ada terlihat di Filipina. Hanya saja, pada lukisan berjudul ”Beauty of Nature #2”, makna keindahan diperkuat dengan pohon yang dilukisnya menyerupai lekuk tubuh perempuan. Badan wanita acap dianggap sebagai simbol keindahan yang selalu menarik perhatian banyak orang, terutama kalangan pria dewasa.
Pada lukisan lainnya, ”Ethereal Landscape”, Roy menampilkan keindahan berupa organisme dengan beragam warna mencolok di bawah pohon. Yang ditampilkan dalam lukisan, menurut dia, adalah keindahan yang muncul sebagai dampak pandemi. Lukisan tersebut dibuat pada tahun 2022.
”Minimnya aktivitas individu di luar, termasuk interaksi antara manusia dengan lingkungan sekitar selama pandemi, memberi keleluasaan bagi tanaman dan makhluk hidup lainnya bebas tumbuh dan berkembang. Segala makhluk itu pun tumbuh dan memberikan warna-warna indah bagi kehidupan di Bumi,” ujarnya.
Tidak sekadar melukis apa yang terlihat mirip, pelukis lainnya, Roger San Miguel, menampilkan dua lukisan yang memang menggambarkan penari serta aktivitas masyarakat Bali. Dia memang sempat tinggal selama beberapa waktu di Bali.
Para seniman Indonesia dan Filipina beserta tamu undangan memainkan alat musik trunthung bersama-sama, membuka pameran bertajuk Expression di Limanjawi Art House, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Minggu (19/3/2023).
Banyak cerita lain tertuang dalam karya tangan para seniman. Dalam lukisannya berjudul ”Fish Paid Taxes”, Jinky Espanola, pelukis wanita asal Filipina, menyinggung cerita tentang kewajiban nelayan Filipina untuk membayar pajak. Adapun, dua lukisan karya Aris Bagtas, semuanya merupakan lukisan abstrak yang menggambarkan kehidupan masyarakat urban di Filipina.
Sementara itu, sebagian pelukis Indonesia hadir menampilkan isu-isu lokal. Dalam lukisannya bertajuk ”Ia”, Budi Ubrux, pelukis asal Yogyakarta, menampilkan cerita perihal keberagaman dan toleransi dalam masyarakat. Hal ini digambarkannya dengan pemandangan masyarakat di kaki Candi Borobudur. Di antara begitu banyak orang yang terlihat berpenampilan seragam, tampak satu orang yang terlihat berbeda.
Kegiatan bersama dari kelompok seniman dari dua negara ini berdampak positif, membuat kita bisa saling mempelajari budaya negara yang berbeda. (Bryan Lao)
Sementara Umar Chusaeni, pelukis asal Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, menampilkan suasana ceria pawai dan waktu istirahat, dengan memakai perilaku kerbau sebagai subyek lukisan.
Umar, yang merupakan ketua Kelompok Seniman Borobudur Indonesia (KSBI) 15 sekaligus pemiliki Limanjawi Art House, mengatakan, ide membuat pameran lukisan bersama ini muncul dari inisiatif kalangan seniman sendiri.
KOMPAS/REGINA RUKMORINI
Seorang pengunjung melihat-lihat lukisan yang ditampilkan dalam pameran lukisan Expression yang digelar di Limanjawi Art House, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magekang, Minggu (19/3/2023).
Dimulai dengan bekerja sama dengan seniman-seniman dari Filipina, ke depan, pemerintah pun diharapkan mau membantu, mendukung penyelenggaraan pameran atau kegiatan seni bertaraif internasional serupa.
”Ke depan, kami pun berharap, pameran atau kegiatan seni bertaraf internasional bisa menjadi kegiatan yang berlangsung berkelanjutan dengan melibatkan lebih banyak seniman dari negara-negara lainnya,” ujarnya.
Penyelenggaraan pameran atau kegiatan seni bertaraf internasional tersebut penting dilakukan sebagai bentuk apresiasi, penghormatan untuk Candi Borobudur yang sekaligus juga menjadi pusat budaya dunia.
Roy Espinosa mengatakan, ide membuat pameran bersama ini muncul dari pertemuan dan persahabatannya dengan sejumlah seniman dari Borobudur di tahun 2018.
Setelah menyelenggarakan di Indonesia, pada tahap berikutnya, mereka akan berupaya menggelar pameran serupa di Filipina pada akhir tahun ini atau awal tahun depan.
”Jika kali ini kami yang kemari (ke Indonesia), maka pada giliran selanjutnya seniman-seniman Indonesia akan kami undang untuk hadir di pameran di Filipina,” ujarnya.
Bryan Lao, perwakilan dari Kedutaan Besar (Kedubes) Filipina di Jakarta, mengatakan, bangsa Filipina dan Indonesia sebenarnya berasal dari satu rumpun masyarakat yang sama. Namun, karena memiliki latar belakang pengalaman yang berbeda, masyarakat dari dua negara ini akhirnya memiliki perbedaan budaya.
Pemerintah Filipina, menurut dia, mendukung kerja sama antarseniman yang diwujudkan dalam pameran lukisan semacam ini. ”Kegiatan bersama dari kelompok seniman dari dua negara ini berdampak positif, membuat kita bisa saling mempelajari budaya negara yang berbeda,” ujarnya.