Nyepi di Kota Mataram Berjalan Baik, Sejumlah Kawasan Ditutup 24 Jam
Umat Hindu di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, turut menjalani ritual catur bratha penyepian dalam hari raya Nyepi Tahun Baru Saka 1945. Sejumlah kawasan di kota itu ditutup selama 24 jam.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·3 menit baca
KOMPAS/ISMAIL ZAKARIA
Para pecalang berjaga di Lingkungan Banjar Mantri, Kelurahan Cilinaya, Kecamatan Cakranegara, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, Rabu (22/3/2023). Hal itu untuk memastikan umat Hindu yang tinggal di lingkungan tersebut bisa menjalani catur bratha penyepian dalam rangka hari raya Nyepi Tahun Baru Saka 1945 dengan khidmat.
MATARAM, KOMPAS — Sejumlah kawasan di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, ditutup selama 24 jam mulai Rabu (22/3/2023) pukul 06.00 Wita hingga Kamis (23/3) pukul 06.00 Wita. Hal itu dilakukan karena umat Hindu yang tinggal di sana tengah melaksanakan catur bratha penyepian, yakni amati geni, amati karya, amati lelungan, dan amati lelanguan dalam rangka hari raya Nyepi Tahun Baru Saka 1945. Nyepi di Mataram terpantau berjalan baik dan kondusif.
Pantauan Kompas di Kelurahan Cilinaya, kawasan yang ditutup antara lain sebagian Jalan Ismail Marzuki hingga Jalan Khairil Anwar. Mulai dari depan Pasar Karang Jasi Mataram, palang kayu sudah dipasang. Hal serupa juga dilakukan di tiap ujung jalan kecil atau gang masing-masing lingkungan.
Tidak hanya palang dari kayu, di beberapa gerbang lingkungan ditempatkan ogoh-ogoh yang pada Selasa (21/3) diikutkan parade. Pasar, toko-toko, dan usaha lain di kawasan itu ditutup. Begitu juga dengan gerbang-gerbang rumah warga. Tidak ada yang keluar, kecuali sesekali anak-anak kecil.
Selain itu, di beberapa titik, terlihat para pecalang berjaga. ”Seperti tahun-tahun sebelumnya, kami mengamankan lingkungan sendiri. Anggota kami sebanyak 30 pecalang untuk lingkungan ini. Sudah berjaga dari pukul 06.00 sampai besok, Kamis (24/3) pukul 06.00,” kata Putu Pasek Yudana (49), salah satu pecalang di Lingkungan Banjar Mantri.
KOMPAS/ISMAIL ZAKARIA
Sebuah ogoh-ogoh ditempatkan di depan gerbang salah satu lingkungan di Kelurahan Cilinaya, Kecamatan Cakranegara, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, saat umat Hindu menjalani catur bratha penyepian dalam rangka hari raya Nyepi Tahun Baru Saka 1945, Rabu (22/3/2023). Berbeda dengan tahun sebelumnya yang dilarang karena Covid-19, tahun ini umat Hindu di Lombok bisa melaksanakan parade ogoh-ogoh.
Menurut Putu, di Cilinaya, dari 10 lingkungan, sembilan di antaranya merupakan permukiman umat Hindu dan menjalankan Nyepi. Para pecalang, selain berjaga di satu titik tertentu, juga berpatroli dengan berjalan kaki keliling lingkungan. ”Hal itu untuk memastikan warga kami yang tengah Nyepi merasa aman dan kondusif,” kata Putu.
Sejak mulai pengamanan di Rabu pagi hingga siang, Nyepi berjalan lancar dan kondusif. Belum ada gangguan keamanan yang terjadi. Hanya saja, masih ada beberapa warga dari luar yang terpantau masuk meski sudah ditutup. Melihat hal itu, pecalang kemudian akan mendekati dan menanyakan tujuannya. Jika tidak jelas, orang tersebut kemudian diminta meninggalkan kawasan itu.
”Sebelum Nyepi, kami sudah mengirim surat imbauan, baik ke yang kos maupun punya usaha agar mempersiapkan diri. Misalnya kebutuhan makan mereka,” kata Putu.
Hal itu untuk memastikan, warga kami yang tengah Nyepi, merasa aman dan kondusif.
Menurut Putu, waktu paling rawan saat Nyepi adalah di malam hari. Apalagi, tidak boleh menyalakan api atau lampu (amati geni), selain tidak boleh bekerja (amati karya), tidak boleh bepergian (amati lelungan), dan tidak boleh bersenang-senang (amati lelanguan).
KOMPAS/ISMAIL ZAKARIA
Para pecalang berkeliling di Lingkungan Banjar Mantri, Kelurahan Cilinaya, Kecamatan Cakranegara, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, Rabu (22/3/2023). Hal itu untuk memastikan umat Hindu yang tinggal di lingkungan tersebut bisa menjalani catur bratha penyepian dalam rangka hari raya Nyepi Tahun Baru Saka 1945 dengan khidmat.
”Kami mengantisipasi pencurian. Hal itu yang sering terjadi dari pengalaman Nyepi sebelumnya. Oleh karena itu, untuk malam hari, pecalang dibekali dengan lampu senter,” kata Putu.
Toleransi
Berbeda dengan perayaan Nyepi sebelumnya, tahun ini Nyepi di Indonesia, termasuk di Kota Mataram, tidak lagi dalam suasana pandemi Covid-19. Oleh karena itu, rangkaian kegiatan yang melibatkan banyak orang bisa digelar, misalnya upacara Melasti pada Minggu (19/3/2023) dan parade ogoh-ogoh pada Selasa.
Berbagai harapan disampaikan dalam momentum Nyepi kali ini. Dewa Nyoman Buda Arsana (23), salah satu pecalang di Karang Lelede, bersyukur bisa menjalankan Nyepi tidak dalam kondisi pandemi.
”Kemarin kami juga bisa parade ogoh-ogoh lagi. Semoga selanjutnya tidak ada pandemi. Juga tentunya kehidupan lebih aman dan damai,” kata Dewa.
KOMPAS/ISMAIL ZAKARIA
Pecalang di Lingkungan Banjar Mantri, Kelurahan Cilinaya, Kecamatan Cakranegara, Kota Mataram, berbicara dengan warga luar yang masuk ke kawasan tersebut, Rabu (22/3/2023). Kawasan itu ditutup selama 24 jam untuk umum karena tengah menjalani catur bratha penyepian dalam rangka hari raya Nyepi Tahun Baru Saka 1945.
Putu Pasek juga berharap Nyepi menjadi momentum untuk semakin memperkuat toleransi dan saling menghargai antarumat beragama. ”Semoga dengan catur bratha penyepian, Covid juga tidak ada lagi. Itu (Covid-19 hilang) mungkin doa kita semua, tidak hanya umat Hindu,” kata Putu.
Ketua Parade Ogoh-ogoh di Mataram Made Krisna Yuda Prasetya juga mengajak seluruh umat Hindu untuk menjunjung toleransi. Salah satunya karena perayaan Nyepi tahun ini bersamaan dengan awal bulan Ramadhan bagi umat Muslim.
”Apalagi, sekarang ada momen yang sangat langka, jarang terjadi. Di mana kita umat Hindu merayakan Nyepi, lalu umat Muslim memasuki Ramadhan. Jadi, umat Hindu harus bisa ikut menjaga kekondusifan yang memang hidup berdampingan dengan umat Muslim,” kata Krisna.