Soal Isu Lingkungan, Media Diharap Tak Hanya Mengedepankan Peristiwa
Dalam pemberitaan isu lingkungan, media massa diharapkan tak hanya membahas peristiwa yang terjadi, tetapi juga mengungkap akar masalah. Selama ini, banyak media dinilai hanya membahas isu lingkungan dari sisi peristiwa.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
KOMPAS/DEFRI WERDIONO
Pembukaan lokakarya Jurnalisme Lingkungan dan Peran Industri Hulu Migas dalam Pengurangan Emisi Karbon di Kota Batu, Jawa Timur, Rabu (15/3/2023) sore. Kegiatan yang diselenggarakan oleh SKK Migas Perwakilan Jabanusa bekerja sama dengan KKKS ini diikuti puluhan awak media dari Jawa Timur dan Jawa Tengah.
BATU, KOMPAS — Dalam pemberitaan mengenai isu lingkungan, media massa diharapkan tak hanya mengedepankan peristiwa yang terjadi, tetapi juga membahas akar masalah yang melatarbelakangi sebuah kejadian. Selama ini, sebagian besar media dinilai hanya membahas isu lingkungan dalam konteks peristiwa dan belum mengungkap akar masalah yang sesungguhnya.
Demikian disampaikan peneliti Pusat Studi Komunikasi Lingkungan Universitas Padjadjaran, Bandung, Herlina Agustin, dalam lokakarya bertajuk ”Jurnalisme Lingkungan dan Peran Industri Hulu Migas dalam Pengurangan Emisi Karbon” yang berlangsung di Kota Batu, Jawa Timur, Rabu (15/3/2023) sore.
Lokakarya yang diselenggarakan oleh Satuan Kerja Khusus Pelaksanaan Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Perwakilan Jawa Bali Nusa Tenggara dan (Jabanusa) bekerja sama dengan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) itu diikuti oleh puluhan awak media di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Kegiatan berlangsung 15-16 Maret 2023.
Menurut Herlina, dalam pemberitaan mengenai isu lingkungan, pembahasan mengenai akar masalah seharusnya dikedepankan. Dengan begitu, pemberitaan media bisa membawa dampak positif bagi penanganan masalah lingkungan yang terjadi.
”Jadi, kita tahu keputusan atau solusi masalah jangka pendek dan jangka panjang, baik mitigasi maupun penanganan kasus. Ini yang sangat jarang dijadikan pertimbangan oleh media sebagai desakan kepada pemerintah untuk membuat kebijakan lebih baik dalam konteks lingkungan,” katanya.
KOMPAS/DEFRI WERDIONO
Suasana diskusi pada lokakarya bertajuk Jurnalisme Lingkungan dan Peran Industri Hulu Migas dalam Pengurangan Emisi Karbon yang berlangsung di Kota Batu, Jawa Timur, Rabu (15/3/2023) sore.
Herlina menilai, ada beberapa faktor yang menyebabkan banyak media massa hanya mengedepankan peristiwa dalam pemberitaan lingkungan. Dari sisi internal, banyak awak media yang belum paham bahwa ada masalah lingkungan yang harus diperjuangkan.
Terkadang, jurnalis juga hanya mengambil keterangan pers dari pihak terkait. Apalagi, untuk menggali data lebih dalam, kadang mereka menghadapi beragam kendala. ”Dari faktor eksternal, orang beranggapan itu (pemberitaan yang mengedepankan peristiwa) saja sudah cukup. Padahal belum cukup,” ujar Herlina.
Oleh karena itu, ke depan, dia menyarankan lembaga terkait, seperti Dewan Pers dan Komisi Penyiaran Indonesia, untuk memberikan pelatihan khusus tentang jurnalisme lingkungan. Pelatihan itu penting untuk meningkatkan kualitas pemberitaan lingkungan di Indonesia.
Dalam pemberitaan mengenai isu lingkungan, pembahasan mengenai akar masalah seharusnya dikedepankan.
Sementara itu, terkait masalah lingkungan, Manajer Senior Humas SKK Migas Jabanusa Indra Zulkarnain mengatakan, selama tahun 2022, pihaknya memiliki target menanam pohon sebanyak 1,65 juta batang di seluruh Indonesia. Namun, pohon yang ditanam ternyata melampaui target, yakni 2,06 juta batang.
Adapun tahun ini, SKK Migas memiliki target menanam 2 juta batang pohon. Khusus di wilayah Jabanusa telah ditanam sekitar 5.000 batang pohon. Jumlah itu akan terus ditingkatkan hingga akhir tahun.
KOMPAS/DEFRI WERDIONO
Rangkaian kegiatan Lokakarya Jurnalisme Lingkungan dan Peran Industri Hulu Migas dalam Pengurangan Emisi Karbon yang diselenggarakan oleh SKK Migas Perwakilan Jabanusa bekerja sama dengan KKKS dan ini diikuti puluhan awak media dari Jawa Timur dan Jawa Tengah, di Batu, Kamis (16/3/2023).
Untuk mewujudkan program itu, SKK Migas bekerja sama dengan pemerintah kabupaten di wilayah yang dinilai membutuhkan penanaman pohon. ”Kami berkoordinasi dengan dinas lingkungan hidup, baik di provinsi maupun kabupaten. Mereka yang memberi arahan jika ada lahan yang perlu ditanami,” kata Indra.
Terkait dengan lokakarya bersama awak media, Indra menjelaskan, pihaknya bersama K3S Jabanusa ingin menjalin hubungan baik dengan media di wilayah setempat, khususnya yang berada di daerah K3S. Tujuannya, agar komunikasi SKK Migas, K3S, dan media berjalan lebih erat.
”Harapannya, komunikasi menjadi lebih baik sehingga teman-teman media lebih paham kegiatan yang ada di hulu migas. Rencananya, tahun ini, SKK Migas akan menyelenggarakan tiga kali lokakarya dengan media,” ucapnya.
Indra juga menambahkan, selama 2022, SKK Migas telah memberikan kontribusi dari hasil penjualan minyak dan gas sebanyak Rp 269 triliun ke Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.