Berpulang di Magelang, Nomo Koeswoyo Dimakamkan di Jakarta
Nomo Koeswoyo berpulang di Magelang, Rabu (15/3/2023) malam. Diantar para penggemarnya, jenazah dibawa ke Jakarta untuk dimakamkan di TPU Jeruk Purut, Jakarta.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
RIAN SEPTIANDI
Nomo Koeswoyo menunjukkan lagu-lagu ciptaannya dan bercerita tentang kegiatan sehari-hari di rumahnya di Magelang, Yogyakarta, Jumat (18/1/2019). Baginya, bernyanyi adalah obat di usia senja yang pada 21 Januari 2019 umurnya menginjak 80 tahun.
MAGELANG, KOMPAS — Musikus, anggota grup band legendaris Koes Plus, Nomo Koeswoyo (85), tutup usia di Magelang, Rabu (15/3/2023). Menjalani perawatan di rumah selama seminggu terakhir, almarhum sebelumnya diketahui menderita komplikasi penyakit, antara lain gula dan kolesterol tinggi.
Nomo diketahui berpulang pada Rabu malam pukul 19.15. Putra bungsu Nomo, Reza Wicaksono Koeswoyo, mengatakan, sebelumnya ayahnya dibopong dan dimandikan di kamar mandi. Saat diletakkan kembali ke tempat tidur, dia melihat pupil mata almarhum mengecil. Mengetahui ada sesuatu hal yang tidak beres, dia pun buru-buru menghubungi rumah sakit.
”Sebelum percakapan di telepon selesai, tiba-tiba saja istri saya sudah berteriak dari kamar tidur bapak, mengabarkan bahwa bapak sudah meninggal,” ujarnya, Kamis (16/3/2023) dini hari.
Pagi itu juga, jenazah Nomo diberangkatkan ke Jakarta. Sesuai permintaan yang pernah disampaikan almarhum, jenazah Nomo akan dimakamkan di Tempat Pemakanan Umum (TPU) Jeruk Purut, satu liang dengan jenazah istrinya, Fatimah Fransisca, yang sudah meninggal lebih dahulu.
Reza mengatakan, keluarga baru mengetahui almarhum menderita penyakit gula sekitar dua bulan lalu. Namun, Nomo sering menolak untuk berobat, apalagi dirawat inap di rumah sakit. Dia pun sering mengatakan dirinya baik-baik saja.
”Bapak adalah orang yang paling jago menutupi sakit yang diderita,” ujarnya.
KOMPAS/REGINA RUKMORINI
Sejumlah penggemar Koes Plus mengantarkan jenazah Nomo Koeswoyo yang dibawa ambulans untuk dimakamkan di Jakarta, Kamis (16/3/2023) pukul 00.45.
Seminggu lalu, Nomo mulai menunjukkan gejala sakitnya. Puncaknya, tiga hari lalu dia minta berobat ke dokter. Namun, karena tetap tidak mau dirawat inap, akhirnya dokter dari rumah sakit pun pulang pergi memberikan perawatan di rumah, hingga akhirnya Nomo berpulang di kediamannya di Jalan Soekarno-Hatta, Kelurahan Tidar Utara, Kecamatan Magelang Selatan, Kota Magelang, Jawa Tengah.
Gusmanto (68), salah seorang rekan, sesama personel band Nomo Koeswoyo (NK) Plus, mengatakan, dirinya sudah mengenal Nomo sejak tahun 1976 di Jakarta. Sejak itu, dia sudah merasa menjadi anak asuh, dan selalu mendapatkan bimbingan dari Nomo.
Bapak adalah orang yang paling jago menutupi sakit yang diderita. (Reza Wicaksono Koeswoyo)
Tahun 1976 itu pula, Gusmanto berhasil membentuk Dedelan Band. Di bawah binaan Nomo, band ini pun berhasil membuat empat album.
Gusmanto sering diajak almarhum untuk berkolaborasi membuat lagu. Salah satu lagu adalah lagu berbahasa Jawa, berjudul Piweling, yang dalam bermakna petuah atau pesan.
Gusmanto mengenal Nomo sebagai sosok yang sangat enerjik dan produktif membuat lagu. Di luar menciptakan lagu untuk band, dia pun sering membuat lagu-lagu jingle untuk iklan ataupun kampanye parpol.
”Dalam kondisi sakit, sebelum dia meninggal, almarhum masih sempat menciptakan lagu pada Selasa (14/3/2023) lalu,” ujarnya.
Aji, anggota NK Plus lainnya, mengatakan, Nomo sering terlihat berperangai keras. Namun, sebenarnya, yang bersangkutan tipikal orang yang berperasaan halus. Dia gampang tersentuh, sering bersikap welas asih, memberi bantuan apa saja kepada teman-temannya.
Sejumlah pelayat, yang merupakan para penggemar Koes Plus, datang melayat ke rumah Nomo Koeswoyo di Kota Magelang, Jawa Tengah, Kamis (16/3/2023) dini hari.
Mario, salah seorang anggota komunitas Tembang Kenangan, komunitas pencinta Koes Plus di Magelang, mengatakan, semua pencinta Koes Plus kerap datang ke rumah Nomo setiap hari ulang tahun yang bersangkutan, 21 Januari. Di hari itu, perayaan ulang tahun dilakukan dengan bermain musik dan menyanyikan lagu-lagu Koes Plus bersama-sama.
Tidak hanya dari Magelang, rumah Nomo juga kerap didatangi para pencinta Koes Plus dari berbagai penjuru Nusantara.
Nomo selalu menyambut kedatangan semua penggemar dengan baik. Namun, saat bertemu pada hari ulang tahunnya terakhir Januari lalu, Mario mengatakan, Nomo sudah terlihat kurang sehat. ”Semula kami menduga hal itu semata-mata karena faktor usia,” ujarnya.
Ketua Dewan Kesenian Kota Magelang M Nafi mengatakan, meninggalnya Nomo adalah kehilangan besar bagi masyarakat Indonesia, terutama bagi warga Magelang.
Sejak tinggal di Kota Magelang tahun 1996, Nomo juga terus berkesenian, berkiprah di kota yang ditinggalinya ini. Tahun 2009, bersama-sama dengan sejumlah tokoh seniman lainnya, dia mendirikan lembaga Akademi Magelang, lembaga yang memberikan masukan kepada masyarakat dan pemerintah terkait berbagai hal menyangkut seni dan budaya.