Lampung yang tahun ini berusia 59 tahun menjadi magnet baru di wilayah barat Indonesia. Daerah transmigrasi yang dahulu masih berupa semak belukar itu bersolek menjadi provinsi yang semakin maju di segala sektor.
Oleh
VINA OKTAVIA
·6 menit baca
KOMPAS/PRIYOMBODO
Foto aerial ruas jalan Tol Trans-Sumatera dengan latar belakang kesibukan di pelabuhan penyeberangan Bakauheni, Lampung, Sabtu (24/12/2022). Aktivitas penyeberangan di Pelabuhan Merak-Bakauheni mengalami peningkatan pada puncak arus mudik libur Natal dan Tahun Baru 2023.
Provinsi Lampung genap berusia 59 tahun pada Sabtu (18/3/2023). Derap pembangunan di daerah transmigrasi itu berlangsung cepat dalam satu dekade terakhir. Kini, Lampung menjadi magnet baru di wilayah barat Indonesia.
Pembangunan infrastruktur jalan Tol Trans-Sumatera menjadi modal utama yang mendongkrak pertumbuhan ekonomi di Lampung. Sejak jalan Tol Bakauheni-Terbanggi Besar diresmikan pada 8 Maret 2019, tempat wisata dan perhotelan tumbuh subur di Lampung.
Sebut saja Pulau Pahawang dan Pulau Tegal Mas di Kabupaten Pesawaran yang menjadi salah satu destinasi unggulan di Lampung. Saat ini, tempat pariwisata di sana sudah dilengkapi berbagai fasilitas penginapan yang mewah. Setiap akhir pekan, wisatawan dari Sumatera Selatan, Jabodetabek, dan sekitarnya berdatangan ke Lampung.
Di Kabupaten Pesisir Barat, Lampung juga mempunyai destinasi wisata pantai yang dicari para peselancar dari berbagai penjuru dunia. Pantai Tanjung Setia, Pantai Mandiri, dan Labuhan Jukung disebut-sebut mempunyai ombak yang menawan, tak kalah dengan debur ombak di Bali dan Hawaii.
KOMPAS/VINA OKTAVIA
Suasana kota Bandar Lampung, ibu kota Provinsi Lampung, Kamis (16/3/2023).
Sementara di Kabupaten Lampung Selatan, kebangkitan pariwisata ditandai dengan pembangunan Kawasan pariwisata terpadu Bakauheni Harbour City. Berada di dekat Pelabuhan Bakauheni, kawasan itu menjadi etalase kemajuan Provinsi Lampung yang merupakan gerbang Sumatera.
Kini, Lampung tak hanya dikenal sebagai magnet baru pariwisata. Lampung juga semakin meneguhkan diri sebagai daerah lumbung pangan.
Bertetangga dengan Pulau Jawa, Lampung menopang kebutuhan pangan untuk masyarakat wilayah Jabodetabek dan sebagian provinsi di Sumatera. Berbagai komoditas, mulai dari beras, daging sapi, sayuran, hingga pisang dipasok setiap hari melalui jalan tol dan Pelabuhan Bakauheni.
Hasil perkebunan berupa kopi, lada, dan cengkeh juga diekspor ke berbagai negara. Buah nanas dan pisang asal Lampung juga merajai pasar-pasar modern di berbagai belahan dunia.
Geliat aktivitas pertanian yang tak pernah berhenti inilah yang menjadi denyut perekonomian Lampung di tengah tekanan pandemi Covid-19. Pada 2021, perekonomian Lampung tumbuh sebesar 2,77 persen. Laju perekonomian Lampung semakin membaik pada 2022 dengan pertumbuhan sebesar 4,28 persen.
Dalam berbagai kesempatan, Gubernur Lampung Arinal Djunaidi menyatakan, Lampung sangat prospektif sebagai daerah lumbung pangan dengan berbagai potensi di sektor pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan. Untuk mendukung hal itu, ia menggagas Program Kartu Petani Berjaya (KPB). Program ini ditujukan untuk memberikan kepastian ketersediaan pupuk dan benih unggul bagi petani. Lewat program KPB, petani juga mendapat pembinaan, asuransi, dan akses permodalan untuk pengembangan usaha pertanian.
Presiden Joko Widodo memimpin kirab seusai upacara pelantikan pasangan Arinal Djunaidi dan Chusnunia Chalim sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Lampung masa jabatan 2019-2024 di Istana Negara, Jakarta, Rabu (12/6/2019).
Menurut Arinal, Pemprov Lampung terus melakukan terobosan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerah dan mengurangi kesenjangan ekonomi masyarakat. Salah satunya lewat strategi membangun daerah dari perdesaan secara terintegrasi lewat program Smart Village (desa pintar). Strategi pembangunan yang digerakkan dari perdesaan itu dilakukan untuk mengentaskan warga dari kemiskinan dan menurunkan tingkat kesenjangan di Lampung.
Kemiskinan
Kepala Badan Perencanan dan Pembangunan Daerah Lampung Mulyadi Irsan menuturkan, pertumbuhan ekonomi Lampung berkorelasi dengan turunnya angka kemiskinan di daerah.
Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung melansir, jumlah penduduk miskin di Lampung pada September 2022 sebanyak 995.590 jiwa. Jumlah itu setara dengan 11,44 persen dibandingkan dengan jumlah penduduk Lampung yang tercatat 9 juta penduduk.
Persentase penduduk miskin di Lampung pernah mencapai 1.091.140 jiwa atau setara dengan 12,76 persen pada September 2020. Dengan strategi dan koordinasi antardinas terkait, pengentasan 95.550 penduduk miskin tercapai dalam dua tahun terakhir.
KOMPAS/VINA OKTAVIA
Suasana kota Bandar Lampung, ibu kota Provinsi Lampung, Kamis (16/3/2023).
Indeks gini yang menjadi indikator kesenjangan pendapatan antarpenduduk juga membaik. Pada September 2022, indeks gini Lampung tercatat 0,313 (moderat) atau lebih baik dibandingkan dengan indeks gini pada September 2020 yang tercatat 0,320.
Menurut Mulyadi, komitmen dan koordinasi yang baik antardinas terkait menjadi kunci keberhasilan pemerintah dalam mengentaskan warga dari kemiskinan di tengah situasi pandemi Covid-19. Selain memberikan bantuan sosial untuk keluarga miskin, pemerintah menekan risiko stunting atau tengkes di sejumlah daerah yang menjadi kantong kemiskinan.
Ia mengatakan, sejumlah target pembangunan Pemprov Lampung hingga tahun 2022 telah tercapai. Selain pertumbuhan ekonomi dan penurunan kemiskinan, indikator makro lainnya adalah indeks pembangunan manusia yang mencapai 70,45 dan produk domestik regional bruto per kapita mencapai Rp 45,1 juta telah sesuai target.
Indikator lain yang menjadi capaian pembangunan Pemprov Lampung adalah terjaganya inflasi di angka 5,51 persen, di tengah kondisi pelemahan ekonomi dunia dan ancaman resesi. Meski belum mencapai target pemerintah yang menghendaki inflasi di kisaran angka 3 persen, Mulyadi menilai upaya pemerintah menekan gejolak harga pangan lewat operasi pasar sudah cukup baik.
Kendati begitu, hal lain yang masih menjadi perhatian adalah tingkat pengangguran terbuka di Lampung yang masih mencapai 4,52 persen pada 2022. Komposisi penduduk usia kerja di Lampung pada Agustus 2022 mencapai 6,56 juta jiwa. Sementara jumlah pengangguran sebanyak 208.000 jiwa. Pemerintah menghendaki tingkat pengangguran terbuka bisa ditekan hingga 4,3 persen.
Kepala BPS Lampung Endang Retno Sri Subiyandani menuturkan, perekonomian Lampung masih bertumpu pada sektor pertanian, kehutanan, perikanan, industri pengolahan, dan perdagangan besar dan eceran. Aktivitas pertanian yang dipengaruhi dengan musim umumnya melambat pada triwulan IV setiap tahun dan berpotensi memicu kontraksi ekonomi.
Karena itulah, BPS Lampung mendorong agar pemerintah daerah memacu pertumbuhan ekonomi di sektor lain, di antaranya sektor transportasi dan pergudangan atau penyediaan akomodasi dan makan minum. Salah satu strateginya adalah menggelar berbagai festival pariwisata atau acara besar lainnya menjelang akhir tahun.
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung Nairobi menilai, pertumbuhan ekonomi Lampung yang berkorelasi dengan penurunan kemiskinan penduduk miskin menunjukkan, pembangunan yang dilakukan pemerintah daerah telah dirasakan oleh semua kalangan, termasuk kelompok masyarakat miskin di perdesaan. Sejumlah program prioritas, seperti Kartu Petani Berjaya, Smart Village, dan pengembangan BUMDes dinilai cukup efektif untuk menggerakkan perekonomian di perdesaan.
KOMPAS/VINA OKTAVIA
Kepala Bappeda Lampung Mulyadi Irsan (tengah) didampingi Kepala BPS Lampung Endang Retro Sri Subiyandani dan Kepala Dinas Kominfotik Lampung Ganjar Jationo memaparkan capaian makro Pemerintah Provinsi Lampung di Bandar Lampung, Jumat (10/3/2023).
Meski demikian, Nairobi menambahkan, pemerintah perlu menambah pasokan listrik untuk menopang pembangunan Lampung. Ketersediaan listrik menjadi hal penting agar investor tertarik mengembangkan usahanya di Lampung. Masuknya investor tentu akan membuka lapangan kerja dan diharapkan dapat menurunkan jumlah pengangguran.
Saat ini, sebagian besar pasokan listrik Lampung masih dipasok dari wilayah Sumatera Selatan. Untuk itu, eksplorasi sumber energi listrik, seperti panas bumi yang melimpah di Lampung, perlu didorong.
Sementara itu, Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Lampung Irwan Sukri Banuwa menilai, Lampung perlu mendorong hilirisasi produk pertanian. Dengan demikian, petani mendapatkan nilai tambah dari usaha tani. Hal lain yang juga perlu ditingkatkan adalah pembangunan infrastruktur menuju kawasan sentra pertanian, perkebunan, dan perikanan di Lampung.
Inilah Lampung, magnet baru di wilayah barat Indonesia yang tahun ini berusia 59 tahun. Daerah transmigrasi yang dahulu masih berupa semak belukar itu telah bersolek menjadi provinsi yang semakin maju di segala sektor.