Antisipasi Erupsi dan Hujan Abu Merapi, Sejumlah Sekolah Tiadakan Pembelajaran Tatap Muka
Aktivitas vulkanik Gunung Merapi yang masih fluktuatif membuat sejumlah sekolah di Magelang, Jateng, memutuskan meniadakan pembelajaran tatap muka. Hal ini dilakukan untuk menjaga keselamatan dan kesehatan anak-anak.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
KOMPAS/REGINA RUKMORINI
Deretan ruang kelas di SD Negeri Krinjing 2 di Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, tampak lengang, Senin (13/3/2023) siang, karena para siswa diinstruksikan untuk belajar di rumah.
MAGELANG, KOMPAS — Sejumlah sekolah di Kota Magelang dan Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, meniadakan sementara pembelajaran tatap muka untuk mengantisipasi dampak erupsi dan hujan abu vulkanik dari Gunung Merapi. Para siswa diminta melakukan pembelajaran jarak jauh dari rumah untuk menjaga keselamatan dan kesehatan mereka.
Salah satu sekolah yang meniadakan pembelajaran tatap muka adalah SD Negeri Krinjing 2, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang. Sekolah tersebut hanya berjarak sekitar 5 kilometer dari puncak Gunung Merapi.
Kepala SD Negeri Krinjing 2, Kartini, mengatakan, berdasar kesepakatan dengan orangtua murid, mulai Senin (13/3/2023), pembelajaran bagi 60 siswa di sekolah itu diputuskan berlangsung secara jarak jauh. Keputusan itu diambil demi menjaga keselamatan dan kesehatan anak-anak dari dampak erupsi Merapi.
”Saat ini, aktivitas vulkanik Merapi masih terus fluktuatif. Kami pun tidak bisa tenang-tenang saja karena sekolah ini hanya berjarak sekitar 5 kilometer dari puncak Merapi,” ujar Kartini, Selasa (14/3/2023).
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA
Sejumlah fotografer mengabadikan fenomena awan panas guguran dari Gunung Merapi dari Desa Tunggularum, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Selasa (14/3/2023).
Sabtu (11/3/2023) siang, Gunung Merapi mengalami erupsi dengan mengeluarkan rangkaian awan panas guguran. Kartini menyebut, setelah terjadinya erupsi itu, terjadi hujan abu cukup lebat di SD Negeri Krinjing 2 dan sekitarnya.
Para murid yang belum pernah melihat kondisi itu justru tertarik melihat sekeliling dan bertanya-tanya situasi apa yang terjadi. Namun, para guru yang panik langsung menyuruh murid masuk ke ruangan. Para guru juga langsung menelepon orangtua murid untuk menjemput anak-anak mereka.
Pengalaman itulah yang membuat para guru dan orangtua murid sepakat mengganti pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran jarak jauh untuk sementara. Kartini menjelaskan, dalam pembelajaran jarak jauh itu, para siswa diminta datang ke sekolah tiap hari untuk mengambil tugas.
Tugas itu harus dikerjakan di rumah dan diserahkan keesokan harinya ke sekolah sekaligus untuk mengambil tugas baru. Para siswa juga bisa berkonsultasi secara daring dengan guru menggunakan telepon seluler.
Kartini menyebut, pihaknya belum bisa memastikan kapan pembelajaran tatap muka akan kembali dilaksanakan. Sebab, hingga sekarang, aktivitas Gunung Merapi masih fluktuatif.
KOMPAS/REGINA RUKMORINI
Seorang guru di TK Kanisius Pendowo, Kota Magelang, tampak menyemprotkan air untuk membersihkan abu di halaman sekolah, Senin (13/3/2023) siang.
Sekolah lain yang meniadakan pembelajaran tatap muka adalah TK Kanisius Pendowo, Kota Magelang. Sejak Senin lalu, sekolah itu menginstruksikan 30 siswanya untuk belajar di rumah. Instruksi ini berlaku hingga Rabu (15/3/2023).
Kepala TK Kanisius Pendowo, Puji Rahayu, mengatakan, pembelajaran tatap muka ditiadakan sementara untuk menghindari paparan abu vulkanik pada anak-anak. Hal ini karena sekolah tersebut turut dilanda hujan abu vulkanik dari Merapi.
Puji menyebut, paparan abu itu dikhawatirkan akan berdampak buruk pada kesehatan anak-anak. Apalagi, kondisi tubuh anak-anak masih rentan dan sensitif.
”Anak-anak itu kan juga suka lari-lari dan lompat ke sana kemari. Di tengah kondisi penuh abu seperti sekarang, perilaku semacam itu sangat rawan mengundang munculnya penyakit pada sistem pernapasan mereka,” kata Puji.
Pada Senin dan Selasa, para guru masih sibuk membersihkan lingkungan sekolah beserta berbagai barang dari paparan abu vulkani. Agar pembersihan abu bisa benar-benar tuntas, Puji berharap ada bantuan penyemprotan air dari Pemerintah Kota Magelang. Dia juga menyebut, jika pembersihan belum tuntas hingga Rabu besok, akan digelar pembelajaran secara daring.
KOMPAS/REGINA RUKMORINI
Sejumlah guru membersihkan sisa abu vulkanik di jendela, lorong dan sekitar ruang kelas di TK Kanisius Pendowo, Kota Magelang, Senin (13/3/2023). Karena lingkungan sekolah yang berdebu terpapar abu, murid TK diminta untuk belajar di rumah hingga Rabu (15/3/2023).
Kepala Dinas Pendidikan Kota Magelang Imam Baihaqi mengatakan, sekalipun terdampak hujan abu, semua sekolah diminta tetap melaksanakan kegiatan pembelajaran di sekolah. Agar suasana lebih nyaman, pihak sekolah juga diminta untuk membersihkan abu yang ada.
Untuk menghindari paparan abu, sekolah juga diminta untuk tidak melaksanakan aktivitas di luar kelas untuk sementara. Selain itu, para guru dan siswa juga diminta untuk memakai masker selama berada di sekolah.
Meski begitu, Imam menyebut, khusus untuk anak-anak di lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD), mereka disarankan melakukan pembelajaran di rumah. ”Anak-anak yang masih sangat kecil seperti balita itu masih sangat rentan dan mudah terserang penyakit. Suasana penuh abu seperti sekarang berisiko buruk pada kesehatan mereka,” ujarnya.
Agar pembersihan abu bisa benar-benar tuntas, Puji berharap ada bantuan penyemprotan air dari Pemerintah Kota Magelang.