Peringatan Serangan Umum 1 Maret Gugah Kesadaran Ihwal Cita-cita Bangsa
Fakta sejarah lengkap tentang peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 harus terus disosialisasikan kepada masyarakat luas. Hal itu penting untuk menggugah kesadaran masyarakat mengenai cita-cita bangsa.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Fakta sejarah lengkap tentang peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) harus terus disosialisasikan kepada masyarakat luas. Hal itu penting untuk menggugah kesadaran masyarakat mengenai cita-cita bangsa sekaligus menumbuhkan semangat untuk menjaga kedaulatan negara.
”Di tengah situasi dunia yang makin kompleks serta kehidupan negara kita yang masih menghadapi isu perpecahan, seperti separatisme, sejarah tentang Serangan Umum 1 Maret perlu untuk disampaikan kembali,” ujar Kepala Dinas Kebudayaan DIY Dian Lakshmi Pratiwi dalam talkshow peringatan Hari Penegakan Kedaulatan Negara, Rabu (1/3/2023), di Yogyakarta.
Sejak tahun 2022, pemerintah menetapkan tanggal 1 Maret sebagai Hari Penegakan Kedaulatan Negara. Penetapan itu menunjukkan pengakuan bahwa Serangan Umum 1 Maret 1949 memiliki peran penting untuk menegakkan kedaulatan Indonesia.
Untuk memperingati Hari Penegakan Kedaulatan Negara, Dinas Kebudayaan DIY menggelar sejumlah acara. Salah satunya adalah talkshow dengan tema ”Jembatan Emas Tiga Daerah Yogyakarta-Bangka-Sumatera Barat Menegakkan Kedaulatan Negara (1948-1949)”. Digelar pula aksi teatrikal tentang Serangan Umum 1 Maret 1949 serta peluncuran buku Yogyakarta-Bangka, Menegakkan Negara 1948-1949.
Dian memaparkan, fakta sejarah ihwal Serangan Umum 1 Maret 1949 harus disampaikan secara utuh. ”Fakta sejarah perlu diungkap untuk mengingatkan masyarakat bahwa sejak awal yang selalu diperjuangkan oleh para pendahulu kita adalah NKRI, Bhinneka Tunggal Ika, Pancasila, dan berkibarnya Sang Merah Putih,” ucapnya.
Sejarawan Universitas Gajah Mada, Sri Margana, mengatakan, Serangan Umum 1 Maret 1949 berkait dengan rangkaian peristiwa di tiga daerah, yakni DIY, Bangka Belitung, dan Sumatera Barat. Oleh karena itu, sejumlah peristiwa di tiga daerah tersebut perlu diketahui untuk memahami Serangan Umum 1 Maret 1949 secara utuh dan lengkap,
Margana menyebut, banyak cerita tentang Serangan Umum 1 Maret 1949 yang belum terungkap. Salah satu contohnya adalah cerita tentang sejumlah tokoh bangsa saat diasingkan di Bangka.
”Banyak orang juga tidak tahu bahwa warga Bangka, termasuk ibu -ibu, ketika itu rela menjual harta benda mereka demi mendapatkan uang gulden untuk membebaskan para tokoh dari pengasingan dan memulangkan mereka kembali ke Yogyakarta,” kata Margana.
Kepala Dinas Kebudayaan Sumatera Barat Syaifullah mengatakan, sejarah Serangan Umum 1 Maret 1949, termasuk tentang Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI), perlu disampaikan kembali kepada masyarakat luas. Sebab, dia menyebut, banyak warga Sumbar, terutama generasi muda, yang belum memahami peristiwa bersejarah itu.
”Banyak anak-anak muda di sini bahkan mengira bahwa PDRI itu sama dengan gerakan PRRI (Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia),” ucap Syaifullah.
Kepala Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Kepemudaan, dan Olahraga Bangka Belitung Herwanita mengatakan, tempat pengasingan Soekarno, Hatta, dan sejumlah tokoh bangsa lain di Bangka Belitung akan dijadikan destinasi wisata. Hal ini untuk memberikan edukasi lebih baik kepada masyarakat mengenai sejarah perjuangan kemerdekaan.
Sejak tahun 2022, pemerintah menetapkan tanggal 1 Maret sebagai Hari Penegakan Kedaulatan Negara.
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X mengatakan, peringatan Hari Penegakan Kedaulatan Negara merupakan momentum untuk menjaga persatuan Indonesia. Sebab, peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 juga merefleksikan bersatunya berbagai elemen bangsa untuk melawan penjajahan.
”Hari ini dapat pula dimaknai sebagai refleksi semangat rakyat, yang senantiasa menunjukkan keberanian dan ketangguhan,” ucap Sultan.