Seni Menyentosakan Indonesia
Sebanyak 45 seniman memamerkan 65 lukisan mereka dalam pameran bertajuk Seni Agawe Santoso di Kota Semarang, Jawa Tengah. Pameran itu diharapkan bisa membawa kesejukan jelang tahun politik.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F02%2F25%2Ff0a729ea-86dc-4b49-bec2-4b3d378f7892_jpg.jpg)
Penikmat seni melihat karya dalam pameran seni rupa bertajuk Seni Agawe Santoso di Semarang Contemporary Art Gallery, Kota Semarang, Jawa Tengah, Kamis (23/2/2023). Sebanyak 65 lukisan yang dibuat oleh 45 seniman asal Jateng dan Daerah Istimewa Yogyakarta itu diharapkan bisa menginspirasi semua pihak untuk mengupayakan kesentosaan dalam kehidupan berbangsa, terutama jelang tahun politik.
Menjelang tahun politik, situasi Tanah Air diperkirakan bakal menghangat. Lewat pameran seni rupa bertajuk Seni Agawe Santoso, puluhan seniman dari Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta berharap bisa mencegah situasi hangat itu kebablasan menjadi mendidih.
Karya-karya indah yang dipamerkan dalam kesempatan itu diharapkan bisa menginspirasi semua pihak untuk mengupayakan kesentosaan dalam kehidupan berbangsa.
Pameran lukisan yang diselenggarakan di Semarang Contemporary Art Gallery, Kota Semarang, Jateng, itu dibuka pada Kamis (23/2/2023) malam dan akan digelar hingga 24 Maret mendatang. Ada 65 karya seni rupa dua dimensi dari 45 seniman yang dipamerkan pada kesempatan itu.
Lihat juga : Pameran Lukisan Unlimited Art
Seni Agawe Santoso yang dipilih sebagai judul pameran terdengar familiar karena mengingatkan kita pada piwulang atau ungkapan Jawa, yakni, rukun agawe santoso, crah agawe bubrah (rukun membuat sentosa, bertengkar membuat buyar). Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, seni agawe santoso berarti ’seni membuat sentosa’.
Saat masuk ke ruang pameran, pengunjung akan disambut lukisan karya Budi Ubrux yang berjudul ”Cukup Dua Saja”. Di atas kanvas berukuran 100 sentimeter x 80 sentiemter itu, Budi menggambar Presiden Joko Widodo yang sedang mengacungkan jari telunjuk dan jari tengah tangan kanannya. Pada tangan kirinya, Jokowi memegang sebuah buku yang di sampulnya tertulis kata ”Konstitusi”.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F02%2F28%2Fca08641c-8204-4879-aedf-182402ee7d91_jpg.jpg)
Lukisan Budi Ubrux tentang Presiden Joko Widodo berjudul Cukup Dua Saja yang dipamerkan dalam pameran bertajuk Seni Agawe Santoso di Semarang Contemporary Art Gallery, Kota Semarang, Jawa Tengah, Selasa (28/2/2023). Pameran yang diikuti 45 seniman asal Jateng dan DI Yogyakarta itu akan digelar hingga 24 Maret 2023.
Kebanyakan pengunjung yang hadir betah berlama-lama berdiri di depan lukisan itu. Entah apa yang membuat mereka begitu lekat menatap lukisan itu. Mungkin mereka sedang menerka maksud Budi menggambarkan Jokowi sebagai sosok berambut panjang. Mungkin juga karena mereka ingin meyakinkan diri bahwa yang digambar di dada Jokowi benar-benar simbol-simbol sila Pancasila dan bendera Merah Putih.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F02%2F28%2F460e5925-1694-47eb-989f-d0827b212edd_jpg.jpg)
Pengunjung melihat lukisan Budi Ubrux tentang Presiden Joko Widodo dan lukisan Sigit Santosa tentang Presiden Soekarno yang dipamerkan dalam pameran bertajuk Seni Agawe Santoso di Semarang Contemporary Art Gallery, Kota Semarang, Jawa Tengah, Selasa (28/2/2023). Pameran yang diikuti 45 seniman asal Jateng dan DI Yogyakarta itu akan digelar hingga 24 Maret 2023.
Tepat di sebelah kanan lukisan Jokowi, pengunjung disuguhi lukisan Presiden Soekarno yang duduk di kursi kayu. Di kursi tidak hanya ada Soekarno, tetapi juga peci hitam. Letaknya di samping kanan Soekarno.
Ada yang unik dalam lukisan itu. Salah satu kaki kursi yang diduduki Soekarno digerogoti tikus. Dalam lukisan karya Sigit Santosa yang berjudul ”Ecce Homo” itu, Soekarno digambarkan memakai kaus singlet dan sarung serta sandal jepit. Tangan kanan Soekarno memegang rokok.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F02%2F25%2F50f52fed-11f4-4d18-a6dd-f182ed12571b_jpg.jpg)
Pengunjung memotret salah satu karya seni yang dipamerkan dalam pameran seni rupa bertajuk Seni Agawe Santoso di Semarang Contemporary Art Gallery, Kota Semarang, Jawa Tengah, Kamis (23/2/2023). Sebanyak 65 lukisan yang dibuat oleh 45 seniman asal Jateng dan Daerah Istimewa Yogyakarta itu diharapkan bisa menginspirasi semua pihak untuk mengupayakan kesentosaan dalam kehidupan berbangsa, terutama jelang tahun politik.
Selain Soekarno dan Jokowi, ada politisi lain yang sosoknya dipajang di lantai satu galeri tersebut, yakni Gubernur Jateng Ganjar Pranowo. Ada dua lukisan yang menggambarkan Ganjar di lantai satu tersebut.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F02%2F28%2F9e3e3368-322a-4fb6-9f98-b746c5a3b0d4_jpg.jpg)
Pengunjung melihat lukisan Hartono tentang Presiden Joko Widodo dalam momen penyatuan air dan tanah di Ibu Kota Negara Nusantara, Kalimantan Timur, yang dipamerkan dalam pameran bertajuk Seni Agawe Santoso di Semarang Contemporary Art Gallery, Kota Semarang, Jawa Tengah, Selasa (28/2/2023). Pameran yang diikuti 45 seniman asal Jateng dan DI Yogyakarta itu akan digelar hingga 24 Maret 2023.
Di lantai dua, lukisan tentang Jokowi kembali disuguhkan. Kali ini, Jokowi digambarkan sedang menuang air dari sebuah bejana berukuran kecil ke dalam sebuah gentong air. Penuangan air itu dilakukan Jokowi bersama dengan Ganjar. Situasi itu mirip dengan penyatuan tanah dan air di Ibu Kota Negara Nusantara, Kalimantan Timur, beberapa waktu lalu. Lukisan berjudul ”Air Kehidupan” itu dibuat oleh Hartono.
Baca juga : Pameran Lukisan untuk Menyemai Harapan
Sebenarnya, tak semua seniman dalam pameran itu menggambar politisi. Kartika Affandi, misalnya, melukis perahu eretan. Agus Noor memilih menggambar Yesus Kristus. Ulama kondang asal Rembang, Ahmad Mustofa Bisri, melukis Wali Songo. Lalu, Butet Kartaredjasa membuat lukisan dari kata nusantara.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F02%2F25%2F61459f36-b196-4f86-af73-18ac877f6153_jpg.jpg)
Para pengunjung menikmati pameran seni rupa bertajuk Seni Agawe Santoso di Semarang Contemporary Art Gallery, Kota Semarang, Jawa Tengah, Kamis (23/2/2023). Dalam pameran itu, ada 45 seniman yang ikut serta. Mereka memamerkan 65 karya. Pameran itu akan digelar hingga 24 Maret mendatang.
Kurator pameran Seni Agawe Santoso, Suwarno Wisetrotomo, mengatakan, pameran itu merupakan bagian dari perayaan keriuhan hidup bersama. Pameran itu memperbincangkan beragam persoalan sehari-hari ataupun masalah sosial, politik, agama, hukum, kewargaan, kebangsaan, hingga keindonesian.
”Kami membayangkan seni itu tidak absolut. Setiap orang punya cara memahami masing-masing. Di situ, pemahaman atau saling pengertian antar-orang terjadi. Kalau pemahaman terjadi, apalagi didasari sikap respek atau menghargai pendapat orang lain tanpa merasa paling benar, dari situ sentosa tercipta,” kata Suwarno, Kamis malam.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F02%2F28%2Fe153c61d-e114-4853-bc6e-29aa0fc851bf_jpg.jpg)
Pengunjung melihat lukisan Agus Noor berjudul Perjamuan Khong Guan: Kopi Penghabisan Sebelum Penyaliban yang dipamerkan dalam pameran bertajuk Seni Agawe Santoso di Semarang Contemporary Art Gallery, Kota Semarang, Jawa Tengah, Selasa (28/2/2023). Pameran yang diikuti 45 seniman asal Jateng dan DI Yogyakarta itu akan digelar hingga 24 Maret 2023.
Perupa dalam pameran itu berasal dari lintas generasi dan berbagai latar belakang. Kondisi itu dinilai menarik oleh Suwarno karena seni tidak ada tepinya.
Pameran itu terselenggara berkat inisiatif Butet. Butet mengaku resah dengan ritual politik lima tahunan, baik pemilihan umum presiden maupun pemilihan umum legislatif, yang akan dilakukan tahun depan. Hajatan itu yang kerap kali mengancam kerukunan bangsa.
Butet khawatir, masyarakat dimainkan oleh kepentingan politik praktis jangka pendek. Apalagi, jika politik identitas digunakan sebagai senjata dalam pertarungan politik. Ini membahayakan.
”Membayangkan situasi ini, maka kesenian mencoba berperan menggunakan kekuatannya, yakni merekatkan tali jiwa dari setiap komponen masyarakat. Mencoba bikin sejuk, meredam hawa panas yang mungkin berembus,” tutur Butet.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F02%2F25%2Fabd33a29-d06f-47ff-9ebc-53581310918d_jpg.jpg)
Butet Kartaredjasa (kanan, memegang mikrofon) memberikan sambutan dalam pembukaan pameran seni bertajuk Seni Agawe Santoso di Semarang Contemporary Art Gallery, Kota Semarang, Jawa Tengah, Kamis (23/2/2023).
Melalui pameran tersebut, Butet berharap masyarakat bisa menikmati dan mengapresiasi pesan yang disampaikan oleh para perupa. Pesan itu mungkin tersembunyi dan menunggu para penikmat seni menafsir karya-karya tersebut secara bebas dan merdeka.
”Kesenian yang baik memang bukan verbalititas yang telanjang. Tapi sesuatu yang menggoda orang untuk selalu berpikir, menafsir, menginspirasi, dan merenung. Merenungi keindonesiaan kita yang terus berproses menjadi sebuah bangsa yang bermartabat,” ujarnya.
Memukau
Pameran itu dinilai menarik oleh para penikmat seni. Hujan yang turun di Kota Semarang pada malam pembukaan tidak menyurutkan niat mereka untuk hadir. Dari ratusan orang yang hadir pada Kamis malam, ada Asrida Ulinuha (43) yang rela berkendara lebih kurang 15 kilometer dari rumahnya ke galeri untuk menyaksikan pameran tersebut.
Lihat juga : Pameran Lukisan Tanpa Kuas Suharmanto
”Pelukis-pelukis dalam pameran ini adalah seniman yang terkenal selalu membuat kejutan-kejutan melalui karyanya. Rasanya sayang kalau saya melewatkan kejutan-kejutan itu begitu saja,” ucap Ulinuha.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F02%2F25%2Faebd2abc-a965-45ba-bced-54fe0edfab9a_jpg.jpg)
Pengunjung menikmati pameran seni rupa bertajuk Seni Agawe Santoso di Semarang Contemporary Art Gallery, Kota Semarang, Jawa Tengah, Kamis (23/2/2023). Dalam pameran itu, ada 45 seniman yang ikut serta. Mereka memamerkan 65 karya. Pameran itu akan digelar hingga 24 Maret mendatang.
Ulinuha mengaku terkesan dengan hampir semua karya yang dipamerkan. ”Saya seperti diajak maju sedikit atau mundur sedikit untuk melihat simbol-simbol tersembunyi yang ada di tiap-tiap lukisan itu. Seru sekali,” imbuhnya.
Para seniman peserta pameran juga tak kalah terkesan, termasuk Agus Noor. Pria yang dikenal sebagai sastrawan itu memamerkan dua lukisan yang berjudul ”Perjamuan Khong Guan: Kopi Penghabisan Sebelum Penyaliban” dan ”The Holy Fleur di Lis”.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F02%2F28%2F1b8233e0-9696-43f1-b13f-348a19fb38b9_jpg.jpg)
Lukisan Agus Noor berjudul Perjamuan Khong Guan: Kopi Penghabisan Sebelum Penyaliban yang dipamerkan dalam pameran Seni Agawe Santoso di Semarang Contemporary Art Gallery, Kota Semarang, Jawa Tengah, Selasa (28/2/2023). Pameran yang diikuti 45 seniman asal Jateng dan DI Yogyakarta itu akan digelar hingga 24 Maret 2023.
”Sekitar sepuluh tahun lalu, saya pernah melakukan pameran lukisan bersama. Ini merupakan kesempatan saya setelah tidur lama. Jika menulis itu membebaskan diri dari kegilaan, melukis itu menertibkan pikiran-pikiran liar saya,” kata Agus.
Baca juga : Seniman Malang Raya Membingkai Kesadaran Sosial melalui Patung dan Lukisan
Agus menikmati proses mempertanyakan gagasan, mengolah gagasan, menimbang gagasan, ataupun meragukan gagasan. Pergulatan-pergulatan itu ia tuangkan dan terapkan dalam lukisan.
Pada lukisan ”Perjamuan Khong Guan”, Agus menggambar sosok Yesus Kristus di malam sebelum ia mati disalib. Berbeda dengan lukisan ”The Last Supper” karya Leonardo da Vinci yang menggambarkan Yesus ditemani murid-muridnya, pada lukisan ”Perjamuan Khong Guan”, Yesus duduk sendirian.
Agus mengatakan, lukisan itu terinspirasi dari kisah seorang teman yang ibunya disuntik mati. Kisah itu dihubungkan oleh Agus dengan peristiwa besar yang mirip, yakni perjamuan terakhir.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F02%2F25%2Fc24fa55b-3a88-46c6-b76e-b3f3bf13326b_jpg.jpg)
Suasana pembukaan pameran seni rupa bertajuk Seni Agawe Santoso di Semarang Contemporary Art Gallery, Kota Semarang, Jawa Tengah, Kamis (23/2/2023).
”Saya ingin tahu bagaimana perasaan Kristus yang saat itu tahu dia akan ditangkap, akan dibunuh. Saya membayangkan, Kristus itu adalah kita, bagaimana perasaan kita kalau tahu besok akan mati?” ujarnya.
Tanggung jawab
Pameran itu terselenggara atas dukungan berbagai pihak, termasuk Bank Jateng. Direktur Utama Bank Jateng Supriyatno mengatakan dukungan Bank Jateng terhadap pameran itu sebagai bentuk menunaikan tanggung jawab industri terhadap pengembangan kesenian dan kebudayaan.
”Para seniman sudah menyuplai karya. Saya kira, kewajiban industri adalah menciptakan demand-nya. Mudah-mudahan para pebisnis melirik, dengan demikian kehidupan kesenian akan menjadi lebih berkembang dan menjadi lebih terjamin,” ucap Supriyatno.
Baca juga : Karya Nyoman ”Si Tangan Emas” Gunarsa Dipamerkan di Santrian Gallery
Ia menambahkan, pihaknya sering menyelenggarakan program tanggung jawab sosial yang berkaitan dengan seni budaya. Dalam waktu dekat, Bank Jateng akan menyelenggarakan konser musik dengan mengundang grup band rock asal Inggris, Deep Purple. Sebelumnya, Bank Jateng juga telah menyelenggarakan konser musik yang menghadirkan Dream Theater, grup band metal progresif asal Amerika Serikat.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F02%2F25%2Fc71b10f6-19f2-4e47-bf30-54246cd8f531_jpg.jpg)
Pengunjung menikmati pameran seni rupa bertajuk Seni Agawe Santoso di Semarang Contemporary Art Gallery, Kota Semarang, Jawa Tengah, Kamis (23/2/2023). Dalam pameran itu, 45 seniman ikut serta memamerkan 65 karya. Pameran itu akan digelar hingga 24 Maret mendatang.
Bank Jateng juga menaruh perhatian pada pelestarian seni-seni tradisional, seperti ketoprak, wayang orang, dan wayang kulit. Sejumlah pertunjukan seni tradisional telah digelar berkat dukungan Bank Jateng. Supriyatno berkomitmen, pihaknya akan terus mendukung kegiatan-kegiatan seni dan budaya di Jateng agar bisa semakin sentosa.