Handry TM, sastrawan asal Kota Semarang, Jawa Tengah, berpulang. Kepergian Handry meninggalkan duka yang mendalam di dunia sastra Kota Semarang. Sosoknya dikenal gigih dan produktif.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·3 menit baca
Kompas
Handry TM
SEMARANG, KOMPAS — Handry TM, sastrawan asal Kota Semarang, Jawa Tengah, meninggal pada Jumat (24/2/2023) malam karena sakit. Hingga akhir hayatnya, Handry masih aktif menulis karya-karya sastra. Meninggalnya Handry disebut sebagai kehilangan besar dunia sastra Kota Semarang.
Sastrawan yang memiliki nama asli Handriyo Utomo itu berpulang pada Jumat pukul 23.50 dalam usia ke-60. Handry mengembuskan napas terakhirnya di Rumah Sakit Umum Daerah KRMT Wongsonegoro, Kota Semarang, setelah berada dalam kondisi koma beberapa hari terakhir.
”Sakitnya sudah sejak lama, tetapi anfal sampai kritis itu dari 17 Februari 2023,” kata Martiyana Nurhartanti, adik Handry, saat dihubungi, Sabtu (25/2/2023) malam.
Kondisi kesehatan Handry, disebut Martiyana, menurun sejak tahun 2022. Kala itu, Handry didiagnosis menderita gagal ginjal. Kondisi itu membuat Handry harus menjalani cuci darah dua kali dalam sepekan. Selain gagal ginjal, Handry juga menderita diabetes militus sejak tahun 2018.
Jenazah Handry dimakamkan pada Sabtu pukul 13.00 di Tempat Pemakaman Umum Mbapi, Kecamatan Semarang Barat. Sebelumnya, Handry disemayamkan di rumahnya, Kelurahan Meteseh, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang.
Kompas
Handry TM
Selain aktif dalam dunia kepenulisan sastra, Handry juga aktif dalam penulisan naskah film. Handry diganjar setidaknya tiga penghargaan terkait film, yakni 10 Besar Lomba Skenario Film Nasional Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata tahun 2014, 10 Nominator Lomba Skenario Film Nasional Departemen Kebudayaan dan Pariwisata tahun 2006, serta Juara II Lomba Skenario Film Nasional Departemen Kebudayaan dan Pariwisata tahun 2005.
Selama puluhan tahun, Handry malang melintang di dunia kesenian Kota Semarang. Hingga pada tahun 2017, Handry terpilih sebagai sebagai Ketua Dewan Kesenian Kota Semarang. Mantan wartawan surat kabar Suara Merdeka itu menjabat hingga tahun 2021.
Daniel Hakiki, Sekretaris Dewan Kesenian Kota Semarang periode 2017-2021, mengenal Handry sebagai sosok yang berhati lembut. Handry disebut amat menghindari konflik. ”Sebelum mengenal Handry secara langsung, saya sudah mengenal dirinya lewat karya-karyanya,” ujar Daniel.
Dalam sejumlah karyanya, Handry banyak mengangkat kesenian dan kebudayaan Kota Semarang. Novel berjudul Bintang Stamboel yang diterbitkan tahun 1995 dan trilogi Gang Pinggir misalnya.
Daniel juga kagum dengan semangat menulis Handry yang tak pernah padam meski tubuhnya digerogoti penyakit. Selama sakit, Handry tetap produktif. Kepada Daniel, Handry mengaku lebih khawatir dirinya tidak bisa menulis dibandingkan kondisi kesehatannya.
ARSIP PRIBADI
Handry TM
”Satu-satunya yang dia khawatirkan adalah ketika dia tidak bisa menulis. Dia adalah orang yang gigih dalam persoalan menyelesaikan karya. Dalam kondisi sakit, ia tetap produktif menulis,” imbuhnya.
Seniman sekaligus teman dekat Handry, Marco Marnadi, juga mengakui kegigihan Handry dalam berkarya. Sampai di akhir hayatnya, Handry masih menulis, bahkan meluncurkan buku.
Buku terakhir yang ditulis Handry berjudul Ruang Tunggu. Menurut Marco, buku itu berisi tentang kisah Handry sebagai pasien cuci darah yang menanti dipanggil di dalam ruang tunggu.
”Buku itu rencananya mau diluncurkan pada 8 Maret mendatang. Namun, Handry sepertinya sudah ada firasat akan pergi, makanya dia memutuskan untuk meluncurkan buku itu lebih awal bersama para pasien cuci darah di rumah sakit,” tutur Marco.
Buku berjudul Ruang Tunggu itu sudah dicetak sebanyak 500 buku. Separuh dari buku itu sudah dibagikan kepada para pasien gagal ginjal. Adapun sisanya dibagikan kepada teman-teman dekat Handry.
”Kepergian Handry ini adalah kehilangan besar bagi dunia sastra Kota Semarang,” kata Marco.