Presiden Ajak Pemuda Muhammadiyah Jadikan Peluang Bonus Demografi
Presiden mengajak Pemuda Muhammadiyah menyambut bonus demografi. Pemuda Muhammadiyah menyambutnya dan berkomitmen menjadikan moderasi beragama dalam menjalankan gerakan.
Oleh
SUCIPTO
·3 menit baca
KOMPAS/SUCIPTO
Presiden Joko Widodo memberi sambutan dalam Muktamar XVIII Pemuda Muhammadiyah di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, Rabu (22/2/2023).
BALIKPAPAN, KOMPAS — Presiden Joko Widodo mendorong Pemuda Muhammadiyah untuk mendongkrak kualitas anak muda Indonesia dalam menyambut bonus demografi. Itu diharapkan bisa menjadi modal bagi Indonesia untuk melompat menjadi negara maju.
Hal tersebut disampaikan Presiden Jokowi dalam sambutan Muktamar XVIII Pemuda Muhammadiyah di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, Rabu (22/2/2023). Tajuk kegiatan itu, ”Pemuda Negarawan Harmoni Memajukan Indonesia”. Di hadapan ribuan pemuda, Presiden mengatakan, ia menaruh harapan besar pada Muktamar Pemuda Muhammadiyah untuk bisa menghasilkan agenda dan langkah besar.
Pertama, kata Presiden, karena Muhammadiyah adalah nama besar sekaligus organisasi pelopor pembaruan di Indonesia. Kedua, jumlah pemuda di Indonesia saat ini sangat besar. Tahun 2023, kata Presiden, jumlah penduduk Indonesia 280 juta jiwa. Adapun 66,3 juta jiwa di antaranya adalah pemuda usia 15-30 tahun.
”Oleh sebab itu, ke depan, pemuda sangat penting bagi negara kita. Bonus demografi di negara kita jangan sampai menjadi beban, tetapi mestinya jadi modal kita untuk melompat maju menjadi negara yang adil, makmur, dan berkemajuan,” ujar Presiden.
Muktamar itu dihadiri pula oleh presiden kelima Indonesia, Megawati Soekarnoputri, Panglima TNI Laksamana Yudo Margono, Kepala Polri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, Menteri BUMN Erick Thohir, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, Menteri Investasi Bahlil Lahadalia, Menteri Sosial Tri Rismaharini, Menteri ATR/BPN Hadi Tjahjanto, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dan Gubernur Kaltim Isran Noor.
Presiden mengatakan, pembangunan sumber daya manusia amat penting untuk membawa Indonesia menjadi negara maju. Ia berharap pemuda Muhammadiyah bisa terus memberi kontribusi nyata dan membantu pemuda Indonesia untuk maju.
KOMPAS/SUCIPTO
Presiden Joko Widodo menabuh rebana saat membuka Muktamar XVIII Pemuda Muhammadiyah di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, Rabu (22/2/2023).
Moderasi beragama
Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Pemuda Muhammadiyah Sunanto mengatakan, Pemuda Muhammadiyah dalam gerakannya membangun Indonesia bertitik pijak pada moderasi. Itu dilakukan tidak hanya dalam gerakan, tetapi juga dalam kegiatan sosial-politik.
”Sebab, moderasi menebalkan persatuan dan menyamarkan perbedaan,” kata Sunanto.
Ia menyatakan, toleransi dan kasih sayang adalah kartu identitas umat Islam di Indonesia. Sebab, negeri ini adalah rumah besar keberagaman. Oleh karena itu, kata Sunanto, penting menjadikan kasih sayang dan toleransi menjadi titik pijakan gerakan Pemuda Muhammadiyah.
Ia mengajak kader Muhammadiyah untuk melanjutkan gerakan dengan menolong sesama manusia tanpa melihat ras, suku, agama, dan golongan. Hal itu, lanjut Sunanto, adalah cara Pemuda Muhammadiyah menghadirkan nilai agama, yakni dengan kelembutan, bukan cacian.
KOMPAS/SUCIPTO
Suasana pembukaan Muktamar XVIII Pemuda Muhammadiyah di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, Rabu (22/2/2023).
Adapun Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir mendorong Pemuda Muhammadiyah untuk mengutamakan kepentingan umum, rakyat, dan bangsa, selain kepentingan diri sendiri. Sebab, menurut dia, pemuda adalah masa depan negeri ini.
Terkait dengan bonus demografi, Haedar mengatakan, Muhammadiyah sudah membangun empat perguruan tinggi di Papua dan tiga perguruan tinggi di Nusa Tenggara Timur. Di dua tempat tersebut, 80 persen mahasiswanya beragama Katholik dan Kristen yang juga diberi pengajaran agama sesuai dengan keyakinan masing-masing.
”Apa yang kami lakukan adalah dua hal. Satu, kami mempraktikkan bhineka tunggal ika, bukan dengan kata-kata. Kedua, selaras dengan kebijakan pemerintah, yakni membangun Indonesia dari pinggir,” kata Haedar.