Pergerakan Dua Gajah Sumatera yang Muncul di Sumbar Masih Dipetakan
Tim gabungan sejumlah instansi masih menelusuri dan memetakan pergerakan dua ekor gajah sumatera jantan yang muncul di Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat. Hingga sekarang, data yang terkumpul masih minim.
Oleh
YOLA SASTRA
·5 menit baca
DOKUMENTASI WARGA
Dua gajah sumatera jantan muncul di Nagari Durian Gadang, Kecamatan Sijunjung, Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat (Sumbar), Selasa (14/2/2023). Sumber: tangkapan layar video warga di akun Instagram @sijunjung_traveling
PADANG, KOMPAS — Tim gabungan dari sejumlah instansi masih menelusuri dan memetakan pergerakan dua ekor gajah sumatera jantan yang muncul di Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat. Hingga sekarang, data yang terkumpul masih minim sehingga belum dapat dianalisis penyebab munculnya gajah yang tak terpantau selama puluhan tahun di Sumbar.
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumbar Ardi Andono mengatakan, pada Rabu (15/2/2023) kemarin tim belum bertemu langsung dengan kedua gajah tersebut. Walakin, tim menemukan jejak, kotoran, bekas makanan, dan pohon yang dimakan kedua hewan dengan nama latin Elephas maximus sumatranus itu.
”(Petugas di lapangan) masih mencari. Setelah diketahui jejak dan lain-lain, kami akan memetakan pergerakannya,” kata Ardi, Kamis (16/2/2023).
Sebelumnya, kemunculan gajah-gajah tersebut direkam warga pada Selasa (14/2/2023). Berdasarkan video berdurasi 30 detik yang diunggah akun Instagram @sijunjung_traveling, dua gajah itu berjalan di bawah tebing di antara pepohonan. Disebutkan pula, gajah merusak tanaman sawit warga.
BKSDA Sumbar membenarkan informasi kemunculan kedua gajah itu. Warga melaporkan kemunculan dua gajah jantan di Nagari Durian Gadang, Kecamatan Sijunjung, pada Selasa sekitar pukul 06.00. Posisi gajah berada di hutan lindung yang masuk kawasan Geopark Silokek.
Anggota tim gabungan sejumlah instansi dan warga yang dikoordinasikan BKSDA Sumatera Barat menemukan kotoran gajah sumatera di Sijunjung, Sumatera Barat, Rabu (15/2/2023). Tim berupaya menelusuri dan memetakan pergerakan dua gajah yang muncul di Sijunjung yang sudah puluhan tahun tidak muncul di Sumbar.
Ardi memaparkan, karena belum bertemu langsung dengan gajah-gajah itu, petugas belum mendapat data memadai untuk analisis. Ardi pun belum bisa menjelaskan apakah kedua gajah jantan usia remaja itu terpisah dari kelompoknya atau memang memisahkan diri.
”Belum (terlihat jejak gajah lain, di luar kedua gajah itu). Tapi, kemungkinan itu selalu ada. (Dua gajah yang muncul) kemarin bukan gajah dominan. Masih remaja semua, gadingnya pendek,” ujar Ardi. Satu kelompok gajah biasanya ditandai dengan seekor gajah jantan dominan.
Sebelumnya, Ardi menuturkan, kemungkinan besar gajah yang muncul di sekitar Hutan Lindung kawasan Geopark Silokek itu berasal dari Kabupaten Bungo, Jambi, seperti kemunculan tahun 2014 di perbatasan Jambi-Dharmasraya. Kemungkinan besar asalnya dari koridor Taman Nasional Kerinci Seblat wilayah Jambi.
Menurut Ardi, kemunculan gajah di wilayah Sumbar tidaklah mengherankan. Sebab, Sumbar termasuk salah satu daerah lintasan gajah. Rutenya, antara lain, dari Bungo, Dharmasraya, Sijunjung, dan kembali ke Riau.
”(Kemunculan gajah) ini merupakan sejarah baru bagi Sumbar. Setelah 43 tahun, gajah muncul kembali. Terakhir gajah ditemukan (di wilayah Sumbar) tahun 1980 di Solok Selatan,” kata Ardi.
DOKUMENTASI WARGA
Dua gajah sumatera jantan muncul di Nagari Durian Gadang, Kecamatan Sijunjung, Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat (Sumbar), Selasa (14/2/2023). Sumber: tangkapan layar video warga di akun Instagram @sijunjung_traveling.
Adapun laporan Kompas (22/6/2000) menyebutkan, gajah sumatera diduga tidak ada lagi atau punah di kawasan hutan Sumbar. Kondisi itu dipicu perburuan tidak terkendali sejak 15 tahun terakhir. Sejak 1987, keberadaan gajah tak terpantau lagi di kawasan hutan Sumbar.
Pada tahun 1986, kawanan enam ekor gajah disebut masih ditemukan di Jorong Sikijang dan Sukabumi, Kabupaten Solok (sekarang masuk Kabupaten Solok Selatan). Sejak saat itu, kemunculan gajah tidak terpantau di daerah Sumbar hingga akhirnya terpantau pada Selasa (14/2/2023) lalu.
Karena belum bertemu langsung dengan gajah-gajah itu, petugas belum mendapat data memadai untuk analisis.
Laporan warga
Sementara itu, Ketua Harian Badan Pengelola Geopark Ranah Minang Silokek, Ridwan, mengatakan, selain menemukan jejak kedua gajah itu, tim gabungan sejumlah instansi juga memberikan sosialisasi kepada masyarakat setempat agar waspada dan tidak mengganggu satwa dilindungi itu.
”Tim saat ini terus memantau lokasi tersebut dan siap menerima laporan dari masyarakat jika menemukan gajah tersebut,” kata Ridwan, yang anggotanya ikut dalam tim gabungan.
Gajah tersebut pertama kali dilaporkan muncul di Jorong Silukah, Nagari Durian Gadang, Kecamatan Sijunjung. Namun, Ridwan menyebut, pada Rabu malam dirinya menerima laporan melalui pesan Whatsapp dari warga Nagari Paru, Kecamatan Sijunjung, bahwa kebun sawit di Nagari Paru banyak rusak akibat ulah gajah. Padahal, lokasi Jorong Silukah dengan Nagari Paru dipisahkan Sungai Kuantan.
DOKUMENTASI BADAN PENGELOLA GEOPARK RANAH MINANG SILOKEK
Polisi dan tentara anggota tim gabungan sejumlah instansi dan warga yang dikoordinasikan BKSDA Sumatera Barat menunjukkan jejak tumbuhan yang dimakan gajah sumatera di Sijunjung, Sumatera Barat, Rabu (15/2/2023). Tim berupaya menelusuri dan memetakan pergerakan dua gajah yang muncul di Sijunjung yang sudah puluhan tahun tidak muncul di Sumbar.
Pada Kamis siang ini, Ridwan juga mendapat telepon dari warga Nagari Durian Gadang. Mereka menyebut, beberapa waktu lalu ada warga yang melihat tiga ekor gajah menyeberang Sungai Kuantan.
”Artinya, (gajah) menyeberang dari Silukah ke Paru. Jadi, dengan informasi ini, kemungkinan beberapa gajah sudah masuk ke Nagari Paru. Kami akan terus berkoordinasi dengan para pihak untuk memastikan informasi ini,” ujarnya.
Ridwan menambahkan, warga Jorong Silukah juga menginformasikan bahwa di tempat mereka ada lokasi yang sejak dulu disebut ”Lompatan Gajah” oleh masyarakat. Lokasi itu merupakan jalur penyeberangan gajah dari Jorong Silukah ke Nagari Paru melalui Sungai Kuantan.
”Artinya jalur gajah di Silukah ini memang sudah lama ada sehingga gajah yang kemarin itu menelusuri jalur yang telah lama ada,” ungkapnya.
DOKUMENTASI BADAN PENGELOLA GEOPARK RANAH MINANG SILOKEK
Anggota tim gabungan sejumlah instansi dan warga yang dikoordinasikan BKSDA Sumatera Barat menunjukkan jejak kaki gajah sumatera di Sijunjung, Sumatera Barat, Rabu (15/2/2023). Tim berupaya menelusuri dan memetakan pergerakan dua gajah yang muncul di Sijunjung yang sudah puluhan tahun tidak muncul di Sumbar.
Secara terpisah, Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sumbar Wengki Purwanto mengatakan, satwa dilindungi, seperti gajah dan harimau, mempunyai jalur jelajah sendiri. Ketika satwa tersebut muncul secara tidak lazim, hal itu menjadi sinyal atau alarm terjadinya sesuatu di ekosistem mereka.
Kawasan munculnya gajah itu, kata Wengki, termasuk dalam koridor ekosistem Rimba (Riau, Jambi, Sumbar) yang terdiri atas sejumlah suaka margasatwa, taman nasional, cagar alam, dan hutan lainnya. Sebagian ekosistem itu bagian dari kawasan lindung atau kawasan budidaya yang antara lain berfungsi sebagai alur migrasi satwa.
”Kami belum bisa pastikan apa penyebabnya. Namun, dari catatan kami, setidaknya di Sumbar, itu pertanda, alarm, atau indikator bahwa ada terjadi sesuatu di koridor Rimba itu,” kata Wengki.
Wengki menyebut, terdapat aktivitas eksploitasi hutan di koridor Rimba wilayah Sumbar, baik melalui izin hak penguasaan hutan (HPH) oleh perusahaan di Sijunjung sejak 2011 maupun pembalakan liar di sekitar Cagar Alam Batang Pangean dan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS).
”Artinya memang di koridor Rimba, salah satunya merupakan koridor gajah, ada persoalan. Apakah karena ruang hidup gajah semakin terdesak oleh aktivitas ilegal, kemudian mencari tempat lebih aman, atau ada hal lain, perlu dicek lebih lanjut. Menurut catatan kami, ada tekanan di koridor itu, setidaknya dari eksploitasi melalui izin HPH dan pembalakan liar di Batang Pangean dan TNKS,” ungkapnya.