Kecelakaan Perairan, Tiga Warga NTT Tewas dalam Sepekan Terakhir
Tiga warga Nusa Tenggara Timur tewas dalam sepekan terakhir akibat kecelakaan perairan. Nelayan dan masyarakat umum diingatkan agar selalu mengikuti informasi prakiraan cuaca dari otoritas setempat.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·3 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Sebanyak tiga warga Nusa Tenggara Timur tewas dalam sepekan terakhir akibat kecelakaan perairan di tiga kabupaten berbeda. Nelayan dan masyarakat umum diingatkan agar selalu mengikuti informasi prakiraan cuaca dari otoritas setempat.
Terbaru adalah kasus yang menimpa Markus Kalambar Retang (43), nelayan asal Pahunga Lodu, Kabupaten Sumba Timur. Kepala Polres Sumba Timur Ajun Komisaris Besar Wajar WLS, Rabu (15/2/2023), mengatakan, Markus dilaporkan hilang saat mencari ikan di perairan Maukewini, Kecamatan Pahungalodhu, Selasa (14/2/2023).
Saat itu, korban bersama tiga nelayan lain mencari ikan dengan cara suluh di sekitar perairan Pantai Maukewi, Desa Lambakara, Kecamatan Pahunga Lodu.Keempat nelayan itu menggunakan satu perahu tradisional.
Keempat nelayan tersebut melaut pada pukul 19.00 Wita. Markus pun menyelam dengan alat bantu lampu senter. Ketiga rekannya telah melarang karena kondisi laut belum bersahabat, tetapi korban tetap nekat turun.
Tinggi gelombang saat itu sekitar 3 meter. Selang tiga menit kemudian, korban tidak terpantau keberadaannya oleh ketiga nelayan yang masih berada di atas perahu. Mereka berusaha mencari korban di sekitar lokasi kejadian, tetapi tidak ditemukan.
Hingga Rabu pukul 01.00, ketiga rekan Markus kembali ke daratan karena air laut sudah pasang. Mereka menunggu Markus di tepi pantai. Sekitar pukul 02.00, terlihat senter yang digunakan korban masih menyala di dalam laut.
Ketiganya mendekati lokasi itu dan memanggil korban dengan suara keras dari permukaan laut, teapi tidak ada jawaban. Mereka pun tidak berani turun ke laut karena gelombang masih tinggi.
Ketiganya kemudian kembali ke darat dan melaporkan kejadian itu ke Polsek Pahunga Lodu. Laporan itu diteruskan Pos SAR Waingapu untuk ditindaklanjuti. Pangkalan TNI AL Pulau Rote melalui jajaran Pos TNI AL (Posal) Waingapu pun melakukan pencarian terhadap korban.
Operasi SAR gabungan dilakukan sekitar pukul 09.30. Sekitar pukul 12.30, tim SAR gabungan bersama nelayan setempat menemukan korban di perairan Maukewini dalam kondisi tak bernyawa. Jenazah korban langsung dievakuasi ke Puskesmas Mangili menggunakan mobil Pos TNI AL Waingapu.
Kasus berikutnya menimpa Bernadus Bungu (42), nelayan Desa Ledeae, Kecamatan Hawu Mehara, Kabupaten Sabu Raijua. Dia ditemukan tewas, Sabtu (11/2/2023), saat dalam perjalanan pulang melaut. Saat itu perahu korban diterjang gelombang tinggi sehingga dia terpental ke laut.
Adapun kasus ketiga terjadi di Kabupaten Sikka. Jibreng (18), pemuda Desa Urung Pigang, Kecamatan Alok Barat, tenggelam dan meninggal di air terjun Aimitat. Korban melompat ke dalam kolam air terjun pada Minggu (12/2/2023). Korban ditemukan tim SAR sehari setelah kejadian pada kedalaman 4 meter.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTT Ambros Kodo mengimbau nelayan dan masyarakat umum agar selalu waspada di tengah cuaca yang kurang bersahabat saat ini. Masyarakat pun diminta selalu mengikuti prakiraan cuaca dari BMKG yang beredar luas di media massa dan media sosial.
”Tidak hanya cuaca laut, tetapi masyarakat yang menetap di lereng gunung, tebing, dan perbukitan pun selalu waspada, terutama saat hujan dengan intensitas tinggi dan berlangsung beberapa hari berturut-turut,” katanya.
Sementara itu, di Pantai Oli’o, Kelurahan Merdeka, Kabupaten Kupang, warga menemukan potongan jenazah yang sudah mengeluarkan bau tak sedap, Minggu (12/2/2023). Potongan jenazah itu tersangkut di pohon mangrove dengan kondisi usus terburai.
Menurut ahli forensik Polda NTT, Ajun Komisaris Besar Edi Hasibuan, sesuai hasil pemeriksaan potongan tubuh korban di Rumah Sakit Bhayangkara, Kupang, dipastikan potongan jenazah itu berjenis kelamin laki-laki. Dari panjang tulang paha diperkirakan tinggi korban 165-170 sentimeter dan warna kulit kuning langsat.
Penyebab kematian korban belum bisa dipastikan karena yang ditemukan hanya potongan tubuh bagian perut sampai ke kaki. Jenazah itu ditemukan Tobias Loek (54) bersama istri, warga setempat, saat pulang mencari kerang di Pantai Oli’o.