Mandi di Dekat Tambak, Bocah di Berau Diterkam Buaya
Seorang bocah 11 tahun belum ditemukan setelah diterkam buaya saat mandi di perairan Berau. Dibutuhkan pemetaan, sosialisasi, dan langkah pencegahan agar insiden tak berulang.
Oleh
SUCIPTO
·3 menit baca
KOMPAS/SUCIPTO
Buaya muara berteduh di salah satu sudut Penangkaran Buaya Teritip, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, Sabtu (31/12/2022).
BALIKPAPAN, KOMPAS — Seorang anak berusia 11 tahun diterkam buaya saat mandi di sebuah tambak di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Dibutuhkan pemetaan, sosialisasi, dan langkah pencegahan yang tepat agar insiden ini tidak terulang.
Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Kelas A Balikpapan Melkianus Kotta mengatakan, peristiwa itu terjadi pada 29 Desember 2022 sekitar pukul 07.15 Wita. Saat itu, Marni (42) bersama keponakannya, Sapril (11) dan Rizky (8), mandi di sekitar tambak milik masyarakat di kampungnya, Desa Pegat Batumbuk, Kecamatan Pulau Derawan.
Saat ketiganya mandi, tiba-tiba muncul buaya dan langsung menerkam Sapril. Marni sempat mencoba menyelamatkan korban. Namun, upaya itu tak berhasil. Korban ditarik buaya ke dalam air dan menjauhi Marni dan Rizky.
”Kami mendapat laporan itu pada Minggu (1/1/2023). Saat ini tim masih melakukan pencarian (korban),” ujar Melkianus, dihubungi pada Senin (2/1/2023).
Anggota Badan Pencarian dan Pertolongan Kelas A Balikpapan bersiap melakukan pencarian anak yang hilang diterkam buaya di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, Minggu (1/1/2023).
Pemetaan wilayah
Kepala Seksi Operasi dan Siaga Kantor Basarnas Balikpapan Basri mengatakan akan berkoordinasi dengan pemerintahan daerah setempat agar kasus ini tak terulang. Setidaknya ada pemasangan papan peringatan di tempat di mana selama ini pernah terjadi insiden buaya menerkam manusia.
Menurut dia, mula-mula diperlukan kerja sama lintas sektor untuk memetakan wilayah mana saja yang menjadi habitat buaya di kampung tersebut. Setelah terpetakan, papan peringatan bisa dipasang di wilayah-wilayah yang menjadi habitat buaya. Dengan papan peringatan, warga bisa memutuskan beraktivitas di dekat air yang aman.
”Sebaiknya warga tak mandi di perairan sekitar lokasi kejadian terlebih dahulu. Kalaupun itu sumber air warga, sebaiknya dibuat saluran pipa yang mengarah ke darat sehingga warga tak harus berendam di perairan. Jarak aman sekitar lebih dari 3 meter dari perairan,” ujar Basri.
Tulisan peringatan ditempatkan di banyak sudut di Tempat Penangkaran Buaya Teritip, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, Sabtu (31/12/2022).
Dalam beberapa kasus, kata Basri, konflik manusia dan buaya terjadi lantaran manusia beraktivitas di teritori buaya. Aktivitas manusia di wilayah tersebut bisa memicu serangan dari buaya karena wilayah itu memang menjadi tempatnya untuk berkembang biak, hidup, dan mencari makan. Oleh karena itu, kata Basri, pemetaan habitat buaya menjadi penting.
Selain itu, pada musim kawin, biasanya buaya jantan akan mengusir dan menyingkirkan buaya jantan lain dari wilayahnya. Akibatnya, beberapa buaya jantan itu bermigrasi ke tempat lain. Saat itulah biasanya buaya jantan akan mendekat ke permukiman warga terdekat dari habitatnya.
”Untuk menghindari itu, bisa juga dengan memasang jaring di sejumlah aliran sungai yang menuju permukiman warga. Jadi, buaya tak bisa bermigrasi lebih jauh mendekati manusia,” katanya.
Biasanya konflik manusia dan buaya terjadi lantaran habitat buaya beralih fungsi. Kondisi tersebut membuat buaya tidak nyaman. Berkaca dari kasus sebelumnya, sejumlah habitat buaya berubah menjadi lokasi industri atau sejenisnya. Hal itu membuat buaya berpindah tempat dan mencari tempat yang nyaman dan cukup makanan buat mereka.
Contoh lain, lanjut Basri, lantaran habitat buaya beralih fungsi menjadi tempat aktivitas manusia, buaya yang hidup di sana terlebih dahulu bisa saja menyerang saat ada kesempatan. Saat manusia beraktivitas di dekat air, misalnya, buaya bisa saja menerkam.