Budidaya padi apung mulai dicoba di Kalimantan Selatan untuk mengatasi penurunan luas tambah tanam akibat banyak lahan pertanian yang terendam.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·3 menit baca
BANJARMASIN, KOMPAS — Dalam upaya meningkatkan produksi padi dengan cara menambah luas tambah tanam, Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalimantan Selatan mulai mencoba budidaya padi apung. Dengan inovasi budidaya itu, lahan pertanian yang terendam ataupun lahan rawa tetap bisa dioptimalkan menjadi lahan produktif.
Berdasarkan temuan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Perwakilan Provinsi Kalimantan Selatan, produksi padi di Kalsel pada 2022 menurun dibandingkan dengan produksi 2021 akibat berkurangnya luas tambah tanam. Luas tambah tanam padi di Kalsel pada 2022 menurun 90.107 hektar atau 16,83 persen apabila dibandingkan dengan luas tambah tanam padi pada 2021.
Sebagaimana disampaikan Kepala Perwakilan BPKP Provinsi Kalsel Rudy M Harahap, pekan lalu, penurunan luas tambah tanam padi di Kalsel mengakibatkan produksi padi pada 2022 juga menurun sebanyak 159.985,77 ton gabah kering giling (GKG). Jumlah itu mencakup 15,74 persen apabila dibandingkan dengan produksi padi tahun 2021.
Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) Provinsi Kalsel Syamsir Rahman tidak membantah temuan BPKP tersebut. Berdasarkan data Dinas TPH Kalsel, produksi padi Kalsel pada 2022 diperkirakan sekitar 873.000 ton GKG atau lebih rendah dari produksi padi pada 2021 yang mencapai 1,05 juta ton GKG.
”Penurunan luas tambah tanam, yang berdampak pada penurunan produksi padi itu, akibat banyak lahan pertanian di Kalsel yang terendam sehingga tidak bisa ditanami pada tahun ini,” kata Syamsir di Banjarmasin, Jumat (23/12/2022).
Untuk mengatasi persoalan lahan pertanian yang terendam, dia menyebutkan, di beberapa lokasi akan dilakukan pengerukan atau normalisasi sungai supaya air di lahan pertanian bisa mengalir lancar ke sungai. ”Khusus di lahan yang selalu terendam sepanjang tahun, akan diupayakan budidaya padi apung,” ujarnya.
Budidaya padi apung merupakan suatu teknik budidaya padi yang memanfaatkan rakit sebagai media tanam. Padi apung ini menggunakan model rakit dengan sirkulasi hara terbuka atau alami. Media tanamnya menggunakan rakit styrofoam yang dilubangi dan diset dengan penjepit sederhana dari bambu.
Menurut Syamsir, budidaya padi apung sudah dicoba pada dua lokasi di Kalsel, yaitu di Hulu Sungai Utara dan Hulu Sungai Selatan. Hasilnya cukup menggembirakan. Untuk jenis padi lokal Banjar, produksinya sekitar 9 ton, sedangkan jenis padi unggul mencapai 12 ton. ”Kami masih diminta oleh Kementerian Pertanian untuk melakukan uji coba lagi di lahan seluas 5 hektar. Kalau hasilnya tetap bagus, penanaman padi apung akan terus diperluas,” katanya.
Syamsir menyebutkan, ada potensi lahan rawa untuk padi apung seluas 32.000 hektar di Hulu Sungai Utara. Selain itu, juga ada lahan yang cukup luas di Hulu Sungai Selatan. ”Kalau program tanam padi apung bisa diperluas, luas tambah tanam dan produksi padi Kalsel dipastikan akan kembali meningkat,” ujarnya.
Dia juga memastikan, Kalsel masih surplus beras sekitar 42.000 ton meskipun penurunan produksi padi di Kalsel pada tahun ini cukup besar. Hal itu karena kebutuhan beras di Kalsel sekitar 400.000 ton per tahun. ”Kelebihan produksi beras di Kalsel selama ini selalu dikirim ke Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur,” katanya.
Gubernur Kalsel Sahbirin Noor menyatakan, pemerintah provinsi menjamin stok pangan, terutama beras, masih aman di masa Natal dan Tahun Baru. Untuk membantu masyarakat mendapatkan beras dengan harga terjangkau, pemerintah provinsi bersama Perum Bulog melakukan operasi pasar beras bersubsidi. Beras kualitas premium seharga Rp 11.000 per kilogram (kg) hanya dijual Rp 8.000 per kg.
”Saya juga minta beras dari cadangan pangan pemerintah (CPP) sebanyak lebih kurang 5 ton agar dibagikan secara gratis kepada masyarakat yang tidak mampu. Upaya ini untuk membantu warga yang terdampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) beberapa waktu lalu,” katanya.