Sebanyak 9.000 Pekerja Migran Diprediksi Pulang ke Jatim Saat Natal dan Tahun Baru
Sebanyak 9.000 pekerja migran yang berada di luar negeri diprediksi bakal tiba di Jawa Timur pada momen perayaan Natal dan Tahun Baru 2023. Tidak ada pengetatan aturan perjalanan meski pandemi Covid-19 belum berakhir.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·5 menit baca
RUNIK SRI ASTUTI
Salah satu fasilitas VVIP bagi pekerja migran adalah camilan dan kopi gratis di longue pekerja migran Indonesia di Bandara Juanda Surabaya, Rabu (14/12/2022). Acara ini dihadiri Kepala Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia Beny Ramdhani.
SIDOARJO, KOMPAS — Sebanyak 9.000 pekerja migran yang berada di luar negeri diprediksi bakal tiba di Jawa Timur pada momen perayaan Natal dan Tahun Baru 2023. Mereka merupakan pekerja yang mengambil cuti tahunan untuk pulang ke kampung halaman. Tidak ada pengetatan aturan perjalanan meski pandemi Covid-19 belum berakhir.
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jatim Himawan Estu Bagijo mengatakan, jumlah pekerja migran yang akan pulang saat libur akhir tahun tersebut berasal dari sejumlah daerah. Adapun kantong-kantong pekerja migran di Jatim, antara lain, empat kabupaten di Pulau Madura.
”Selain itu, Situbondo, Bondowoso, Bojonegoro, Lumajang, dan Lamongan. Jumlah pekerja migran yang pulang saat Natal dan Tahun Baru biasanya tidak sebanyak saat Lebaran,” ujar Himawan saat ditemui di Bandara Juanda Surabaya, Rabu (14/12/2022).
Dia menambahkan, total jumlah pekerja migran Indonesia asal Jatim yang pulang ke kampung halaman selama tahun 2022 diprediksi sekitar 25.000 orang. Berdasarkan data yang dihimpun hingga November 2022, jumlah pekerja yang pulang sudah mencapai 16.000 orang.
Dari total sebanyak 16.000 pekerja migran Indonesia yang kembali ke Jatim tahun ini, sebagian merupakan pekerja yang berangkat secara ilegal atau tidak melalui prosedur yang resmi. Jumlah pekerja ilegal yang terdata mencapai 345 orang.
KOMPAS/RUNIK SRI ASTUTI
Sebanyak 149 pekerja migran dari Brunei Darussalam tiba di Bandara Juanda, Senin (31/1/2022).
Kepulangan mereka difasilitasi Pemprov Jatim. Dari total 345 pekerja ilegal tersebut, sebanyak 58 orang pulang dalam kondisi meninggal. Kondisi tersebut sangat memprihatinkan mengingat para pekerja migran merupakan pahlawan devisa bagi Indonesia.
Temuan yang mengejutkan, lanjut Himawan, para pekerja ilegal ini kebanyakan bukan orang baru. Mereka sudah berkali-kali mencoba berangkat secara ilegal dan saat tertangkap dipulangkan ke kampungnya. Namun, alih-alih jera, para calon pekerja ilegal justru terus mencoba mencari celah.
Oleh karena itulah, menurut Himawan, tantangan penanganan pekerja migran di Jatim tahun 2023 adalah mencegah pekerja ilegal dan memerangi sindikat yang memberangkatkannya. Untuk mewujudkan hal itu perlu kerja sama atau kolaborasi dengan berbagai pihak mulai dari pemerintah desa, polisi, TNI, hingga bupati atau wali kota.
Disnakertrans Jatim sejak tahun lalu sudah turun ke beberapa kabupaten dan kota untuk menyosialisasikan pentingnya bekerja di luar negeri melalui jalur resmi. Sosialisasi itu melibatkan babinkamtibmas, koramil, dan pemerintah desa. Mereka diajak turut serta mengawasi warganya yang akan bekerja ke luar negeri sebagai upaya deteksi dini pemberangkatan secara ilegal.
Tahun depan, Himawan berencana menggandeng Polda Jatim dan Pangdam V Brawijaya untuk memperluas kegiatan pencegahan pekerja migran Indonesia ilegal di kabupaten dan kota. Pihaknya akan mendorong daerah yang menjadi kantong-kantong pekerja migran memberikan pelatihan khusus kepada kepala desa, babinsa, dan babinkamtibmas agar lebih proaktif mengedukasi warganya dan mendeteksi sindikat pemberangkatan pekerja secara ilegal.
Selain memerangi pekerja migran ilegal, tantangan yang harus dihadapi Jatim tahun depan adalah meningkatkan keterampilan calon pekerja. Dengan berbekal keterampilan yang baik, para pekerja migran asal Jatim diharapkan bisa bekerja di sektor formal dan bukan sektor informal seperti pembantu rumah tangga.
Kepala Bidang Penta Disnakertrans Jatim Budi Raharjo menambahkan, seiring dibukanya kembali sejumlah negara tujuan penempatan, jumlah pekerja migran yang berangkat terus meningkat. Sampai dengan Oktober 2022 tercatat 38.000 pekerja asal Jatim berangkat bekerja ke luar negeri.
Adapun negara tujuan penempatan pekerja migran asal Jatim terbanyak adalah Taiwan, Hong Kong, dan Singapura. Dari jumlah 38.000 pekerja migran yang berangkat tahun ini, mayoritas atau 60 persen bekerja di sektor domestik atau rumah tangga. Selebihnya, sebanyak 40 persen, bekerja di sektor formal atau sebagai tenaga terampil (specific skill worker).
”Kondisi ini sudah jauh lebih baik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Dulu, komposisi jumlah pekerja migran yang bekerja di sektor domestik mencapai 80 persen. Diharapkan kondisi tahun depan jauh lebih baik atau minimal sama dengan tahun ini, yakni 40 persen pekerja migran yang berangkat bekerja di sektor formal,” ucap Budi.
Sebagai kantong pekerja migran terbesar nasional, Jatim mendukung kebijakan pemerintah pusat untuk menciptakan regulasi yang berpihak kepada pekerja. Contohnya, menyediakan layanan yang memproses pemberangkatan pekerja secara cepat, mudah, dan berbiaya terjangkau.
Masih dalam upaya meningkatkan profesionalitas pekerja migran, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jatim bersama Pemprov Jatim telah membuat kesepakatan dengan Pemerintah Arab Saudi pada awal Desember 2022 lalu. Kesepakatan itu terkait dengan rencana penempatan tenaga kerja profesional di Arab Saudi.
Wakil Ketua Umum Bidang Sumber Daya Manusia dan Ketenagakerjaan Nurul Indah Susanti mengatakan, pekerja migran Indonesia di Arab Saudi selama ini didominasi sektor domestik. Padahal, kebutuhan tenaga profesional di negara tersebut sangat besar.
”Kebutuhannya sekarang mencapai 8 juta skill worker di sejumlah bidang, di antaranya pariwisata dan perhotelan (hospitality), kesehatan, serta bidang konstruksi,” kata Nurul saat dikonfirmasi dari Surabaya, Kamis (1/12/2022).
DOK BURUH MIGRAN CERDAS
Suasana belajar kewirausahaan yang diikuti buruh migran indonesia di Hong Kong.
Direktur Kadin Institute ini menambahkan, pihaknya telah bekerja sama dengan pengusaha penempatan pekerja migran Indonesia dan agensi di Arab Saudi untuk bersama-sama meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dengan demikian, tenaga kerja yang akan dikirim merupakan tenaga profesional atau tenaga terampil yang memiliki kompetensi sesuai bidang yang dibutuhkan.
”Saat ini di Arab Saudi membutuh tenaga kerja pada sektor konstruksi, kesehatan dan pariwisata. Tentu sebelumnya, tenaga kerja ini akan dibekali dengan pelatihan sesuai kompetensinya, bahasa negara tujuan, dan pengetahuan budaya,” ujarnya.
Mereka juga akan mengantongi sertifikat kompetensi dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi melalui Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP). Pelatihan dan sertifikasi akan dilaksanakan oleh Kadin Institute bekerja sama dengan kurang lebih 45 LSP.