Ekspor Anak Ayam Buka Peluang Indonesia Isi Ceruk Pasar Global
Ekspor anak ayam jadi pembuka jalan bagi industri unggas dalam negeri untuk mengisi ceruk pasar global. Selain itu, eksportasi diyakini menjadi solusi untuk mengatasi melimpahnya produksi unggas yang memicu harga murah.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·6 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Sebanyak 85.850 anak ayam umur sehari jenis petelur diekspor ke Singapura. Transaksi senilai Rp 1,4 miliar ini diyakini bakal menjadi pembuka jalan bagi industri unggas dalam negeri untuk mengisi ceruk pasar global. Selain itu, eksportasi bisa menjadi solusi untuk mengatasi melimpahnya produksi unggas yang memicu harga murah.
Ekspor anak ayam umur satu hari (day old chick/DOC) jenis ayam petelur (layer) dilakukan oleh PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) melalui anak perusahaannya, PT Charoen Pokphand Jaya Farm (CPJF), yang berlokasi di Gempol, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Ekspor DOC untuk kali pertama tujuan Singapura itu dilakukan secara resmi di Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya, Senin (28/11/2022).
Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak Kementerian Pertanian (Kementan) Agung Suganda mengatakan, upaya mengekspor anak ayam umur sehari ke Singapura bukan perkara mudah karena negara tersebut menerapkan standar keamanan pangan yang tinggi. Standar keamanan pangan tersebut setara dengan negara-negara di Uni Eropa, Amerika Serikat, dan Jepang.
”Hal ini menunjukkan bibit niaga ayam ras asal Indonesia mampu bersaing untuk mengisi ceruk pasar ekspor global,” ujar Agung di Sidoarjo.
Ekspor DOC layer ke Singapura, ujar Agung, melalui proses panjang, di antaranya tahapan audit, onsite review, dan kesesuaian di lapangan terkait persyaratan dan ketentuan dari negara tujuan. Oleh karena itulah, pemerintah menaruh harapan besar terhadap industri perunggasan nasional untuk berorientasi pada daya serap pasar dan adaptif terhadap berbagai tantangan, termasuk memanfaatkan peluang ekspor.
Pelepasan ekspor DOC tersebut, menurut dia, menjadi momentum bersama untuk meningkatkan produktivitas di dalam negeri dan daya saing di pasar global agar situasi perekonomian nasional semakin membaik serta pulih lebih cepat. Selain itu, tumbuh menjadi lebih kuat untuk kemakmuran masyarakat.
Berdasarkan data Kementan, kemajuan perunggasan dalam negeri sangat pesat seiring dengan meningkatnya produksi daging ayam dan telur ayam ras. Produksi ayam ras tercatat telah memberikan kontribusi 60 persen terhadap produk domestik bruto (PBD) peternakan. Adapun kontribusi produk unggas dalam bentuk daging dan telur ayam ras sebesar 80,7 persen terhadap produksi peternakan.
Dalam hal konsumsi, kontribusi produk unggas mencapai dua pertiga dari konsumsi protein hewani masyarakat Indonesia. Produksi daging ayam ras kurun waktu 2017-2022 tumbuh rata-rata 3,98 persen setiap tahun. Adapun kebutuhan konsumsi masyarakat tumbuh sekitar 2,77 persen setiap tahun.
Sementara itu, poduksi telur ayam ras pada periode yang sama tumbuh 5,19 persen per tahun dan kebutuhannya tumbuh 2,78 persen per tahun. Potensi produksi ayam ras nasional tahun 2022 tercatat 3,60 juta ton, sementara kebutuhannya 3,19 juta ton sehingga suplus 473.043 ton.
Adapun potensi produksi telur ayam ras tahun 2022 tercatat 5,57 juta ton, sementara kebutuhannya 5,5 juta ton sehingga terjadi potensi surplus 63.066 ton. Hal ini menunjukkan Indonesia merupakan negara yang mampu menyuplai kebutuhan unggas dan produk turunannya bagi kebutuhan pangan global.
Agung menjelaskan, di sisi lain, kelebihan produksi produk unggas telah memicu rendahnya harga layer bird atau ayam hidup dan telur ayam ras di tingkat peternak. Oleh karena itulah, pemerintah terus berupaya menjaga keseimbangan antara pasokan dan permintaan serta membenahi struktur hilir agar melimpahnya produksi dapat memberikan manfaat dari sisi ketersediaan ataupun keterjangkauan.
Selain itu, mampu memenuhi kebutuhan pangan seluruh rakyat dengan mengedepankan aspek kesejahteraan bagi peternak. Untuk mengatasi surplus produksi ini, salah satu upayanya mendorong peningkatan ekspor unggas beserta produk turunannya.
Kebijakan itu merupakan bagian dari gerakan tiga kali lipat ekspor yang digaungkan oleh Kementan. Berdasarkan data Kementan, kinerja ekspor komoditas peternakan periode Januari-Oktober 2022 tercatat 878 juta dollar AS atau setara dengan Rp 13,2 triliun. Pertumbuhan nilai ekspor ini mencapai 3,03 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Adapun realisasi ekspor unggas Januari-Oktober 2022 tercatat 2 juta dollar AS atau meningkat 7,4 persen ketimbang realisasi tahun lalu sebesar 2,5 juta dollar AS. Negara tujuan ekspor, antara lain, Singapura, Jepang, Papua Niugini, Timor Leste, Myanmar, Bangladesh, dan Filipina.
Negara-negara tersebut juga terus mengaudit beberapa perusahaan produsen produk unggas. Bahkan, Singapura baru-baru ini melakukan audit untuk menambah unit usaha produk unggas yang dapat diekspor ke negara jiran tersebut.
Berdasarkan informasi yang diperoleh Kementan, kebutuhan telur di Singapura pada 2021 sebanyak 2,14 miliar butir atau setara 137.005 ton. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, Singapura memerlukan populasi layer produktif sebanyak 7,21 juta ekor. Padahal, produksi dalam negeri Singapura saat ini masih di bawah 30 persen dari kebutuhan.
Ke depan, Singapura telah menargetkan kenaikan produksi nasional secara gradual setiap tahun sampai dengan minimal 30 persen dari kebutuhannya. Hal itu menunjukkan Indonesia berpeluang besar memenuhi seluruh kebutuhan Singapura mengingat potensi surplus DOC FS Layers tahun 2022 sebanyak 36,89 juta ekor atau 18,07 persen dari kebutuhan nasional.
Berdasarkan data stok layer PT Charoen Pokphand Indonesia tahun 2022 secara kumulatif sebanyak 42 juta ekor atau 17,42 persen terhadap produksi total breeding farm nasional. Hal ini menunjukkan perusahaan dapat terus melanjutkan ekspor DOC ke Singapura secara rutin. Saat ini sudah ada dua unit breeding farm yang sudah disetujui oleh Singapura, salah satunya unit di Gempol, Pasuruan.
Presiden Direktur PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk Tjiu Thomas Effendy mengatakan, persiapan ekspor ini melalui audit ketat oleh pihak SFA (Singapore Food Agency). Seluruh proses audit dapat dilalui dengan baik berkat dukungan dari berbagai pihak, seperti Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur, dan Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya.
Setelah melalui proses audit, produknya berhasil menarik minat salah satu perusahaan peternakan ayam petelur Singapura untuk pembelian DOC FS Layer Strain HyLine Brown. Pengiriman perdana ini, sebanyak 85.850 ekor dari Bandara Juanda Surabaya. Nilai transaksinya 127.500 dollar Singapura atau setara dengan Rp 1.454.392.500.
Setibanya di Singapura nanti, anak ayam akan menjalani serangkaian uji laboratorium selama lebih kurang 10 (sepuluh) hari untuk menentukan kualitas dan keamanannya. Setelah lolos uji, DOC dapat diterima dan dipelihara untuk dibesarkan di Farm Layer Singapura.
Thomas menambahkan, kemampuan Singapura untuk mengembangkan Farm Layer merupakan salah satu inisiatif untuk meningkatkan ketahanan pangan domestik, dalam hal ini telur ayam ras sebagai salah satu sumber protein yang dibutuhkan masyarakatnya.
Adapun CPIN telah berpengalaman memasarkan produknya di pasar ekspor. Pada Juli 2022, misalnya, perusahaan mengekspor daging ayam beku ke Singapura. Bahkan, hingga akhir 2022 diharapkan dapat mengirim 1.000 ton karkas ke negara tersebut.
”Selain Singapura, sejak 2017, kami juga telah melakukan ekspor, antara lain, Timor Leste, Papua Niugini, Jepang, dan Qatar. Produk yang diekspor meliputi daging ayam, DOC Broiler, DOC Layer, dan pakan ternak. Sejak awal hingga semester pertama 2022, ekspor CPIN telah mencapai 500 kontainer dan 1.269.390 ekor DOC,” jelas Thomas.