Presiden: Jaga Kondusivitas Politik Menuju Pemilu 2024
Presiden Joko Widodo meminta agar para elite politik menjaga kondusivitas menjelang Pemilihan Umum 2024. Pasalnya, kondisi perekonomian dunia sedang tak menentu.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·4 menit baca
SURAKARTA, KOMPAS — Presiden Joko Widodo meminta agar para elite politik menjaga kondusivitas menjelang Pemilihan Umum 2024. Pasalnya, kondisi perekonomian dunia sedang tak menentu. Persoalan tersebut bakal semakin sulit dihadapi jika stabilitas politik tidak terjaga. Hendaknya kontestasi politik yang berlangsung tak mengakibatkan perpecahan di masyarakat.
Hal itu disampaikan Presiden dalam pembukaan Musyawarah Nasional Ke-17 Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi), di Kota Surakarta, Jawa Tengah, Senin (21/11/2022). Dalam kesempatan tersebut, turut hadir sejumlah pejabat tinggi negara, seperti menteri dan kepala daerah.
Para menteri terdiri dari Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir, Menteri Investasi Bahlil Lahadalia, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Teten Masduki, Ketua DPR RI Puan Maharani, Ketua MPR RI Bambang Soesatyo, dan Ketua DPD RI La Nyalla Matalitti. Sementara kepala daerah yang hadir ialah Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka.
”Dalam kondisi dunia yang sangat rentan seperti ini, kita semua harus menjaga agar kondusivitas dan situasi politik itu tetap adem. Kalau bisa. Kalau enggak bisa, paling banter (kencang) anget saja, tetapi jangan panas,” kata Presiden dalam pidatonya.
Kondusivitas politik, jelas Presiden, sangat diperlukan dalam situasi perekonomian yang tak menentu. Terdapat ancaman krisis ekonomi. Dicontohkannya, pada 1997 dan 1998, krisis ekonomi hanya mengancam sedikitnya lima negara. Itu jauh berbeda dengan kondisi yang terjadi sekarang. Sejauh ini, lanjutnya, ada 14 negara yang sedang menjadi ”pasien” dari IMF (Dana Moneter Internasional). Masih ada sebanyak 28 negara lainnya yang mengantre agar memperoleh bantuan dari lembaga itu.
”Diperkirakan itu bisa sampai ke 66 negara. Itu enggak mungkin dapat bantuan semuanya. Karena juga keterbatasan dari IMF,” ucap Presiden.
Presiden menyatakan, pesan itu disampaikannya kepada calon presiden dan calon wakil presiden. Para calon juga hadir dalam ruangan tersebut. Namun, pihaknya enggan menjelaskan secara mendetail siapa saja sosok yang dimaksud sebagai kandidat pemilihan presiden dan wakil presiden kelak.
Tak bisa dimungkiri, sejumlah pejabat yang hadir memang kerap disebut namanya dalam berbagai survei elektoral. Beberapa di antaranya ialah Ganjar, Puan, dan Erick. Ketiga sosok itu digadang-gadang sebagai sosok yang nantinya bakal berkontestasi dalam pesta politik pada 2024. Dari ketiga nama, sejauh ini memang Ganjar yang lebih sering unggul di berbagai survei.
”Saya hanya titip itu pada calon-calon presiden dan calon wakil presiden yang sebenarnya juga hadir di sini. Saya tidak mau sebut siapa. Tetapi, secara blak-blakan, Pak Menteri Investasi (Bahlil) sudah sampaikan. Jadi, saya tidak usah mengulang,” kata Presiden.
Lebih lanjut, ungkap Presiden, kondusivitas politik mampu terjaga jika para elite politik tak memanfaatkan isu-isu yang berpotensi memecah belah rakyat. Jangan sampai dilakukan politisasi agama ataupun bermain di ranah politik identitas. Imbas dari tindakan tersebut dapat membuat keterbelahan di tengah masyarakat bertahan lama.
”Lakukan politik gagasan. Politik-politik ide. Jangan masuk ke politik SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan), politisasi agama, hingga politik identitas. Jangan. Itu sangat berbahaya bagi negara sebesar Indonesia yang sangat beragam,” kata Presiden.
Lakukan politik gagasan. Politik-politik ide. Jangan masuk ke politik SARA.
Sindiran soal Pemilu 2024 telah disampaikan Menteri Investasi Bahlil Lahadalia yang dapat kesempatan lebih dahulu memberikan sambutan. Tiga nama sosok kuat yang diisukan bakal maju ke pencalonan presiden dan wakil presiden, yakni Ganjar, Puan, dan Erick, disebutkannya pada pidato. Ia menyampaikan wacana pencalonan dengan sedikit menggoda mereka.
Misalnya, Bahlil menyebutkan, Puan merupakan sosok perempuan dan anak muda yang punya karier politik cemerlang. Sebab, sosok tersebut mampu menjabat menteri hingga Ketua DPR. Tak kurang-kurang, Puan juga disebutnya memiliki partai. Itu dikarenakan posisinya sebagai putri dari Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri.
”Ini satu-satunya (bakal) capres yang sudah punya tiket partai hanya Mbak Puan. Cuma ada masalah. Ciri anak muda itu, kan, harus punya keberanian. Kita tunggu kapan deklarasinya. Agak ngeri-ngeri sedap ini,” kata Bahlil seraya tersenyum, yang selanjutnya disambut riuh rendah peserta acara.
Selanjutnya, Bahlil juga memuji Erick yang disebut punya kans melaju sebagai calon wakil presiden. Itu bergantung dari partai yang mengusungnya nanti. Namun, ia juga menambahi pujian dengan ledekan.
”Pak Erick ini sempat menjadi pengurus di Hipmi semasa kepemimpinan Pak Sandi (Sandiaga Uno, yang juga sempat menjadi Ketua Umum Hipmi). Mungkin hari ini Pak Sandi tidak datang karena takut kalah popularitas dengan Pak Erick,” kata Bahlil sambil tertawa.
Ganjar juga tidak luput dari sasaran Bahlil. Sedikit berkelakar, Bahlil mengaku gemetar saat menyebut nama Ganjar. Sebab, Puan juga berada dalam ruangan yang sama. Hubungan keduanya diduga sempat memanas akibat wacana pencalonan presiden. Namun, Bahlil menilai, ketegangan itu tidak terjadi pada momen Munas Hipmi. Bahkan, ia menyebut, Ganjar dan Puan justru tampak akrab dalam kesempatan itu.
”Saya lihat Pak Ganjar dan Mbak Puan berjalan berbarengan. Pak Ganjar menjemput Mbak Puan. Insya Allah satu mobil, Pak. Saya bilang, kemesraan ini jangan cepat berlalu. Semua ini harus terjadi untuk rakyat, bangsa, dan negara. Ini untuk kesejahteraan kita semua,” kata Bahlil.